Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dam Sabo Perlu Ditata Ulang

Kompas.com - 08/03/2012, 13:35 WIB

Awan panas

Teknologi dam sabo, yang dikenalkan oleh Jepang tahun 1970-an guna menahan aliran lahar supaya tidak membahayakan daerah hilir, pernah memicu kontroversi, yaitu saat aliran awan panas Merapi yang meluncur di Kali Gendol meluap, dan mengubur obyek wisata Kaliadem pada 2006.

Aliran piroklastik tidak mengikuti alur sungai ke hilir, tetapi meluap ke Kaliadem, terus meluncur ke Kali Opak. Luapan itu diduga karena luncuran awan panas tertahan dam sabo yang dibangun di sebelah timur Kaliadem di dekat belokan alur sungai pada jarak 5-6 kilometer dari puncak Merapi.

Kasus serupa terjadi saat letusan Merapi 2010. Keberadaan dam sabo di Kali Gendol dituding warga sebagai penyebab terjangan awan panas ke Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. ”Karena tertahan dam, awan panas meluap dan berlari ke kanan kiri Kali Gendol. Sebagian besar permukiman di Kepuharjo habis tersapu awan panas,” kata Kepala Desa Kepuharjo Heri Suprapto.

Tercatat, 200 hektar kawasan Desa Kepuharjo tersapu awan panas. Desa itu kini jadi lautan pasir dan batu. Dari 200 hektar, baru 17 hektar lahan yang dikeruk pasir dan batunya untuk ditanami kembali oleh warga.

Tak seperti erupsi sebelumnya, di aliran Kali Gendol, letusan Merapi tahun 2010 meluncurkan awan panas sejauh 17 kilometer. Keberadaan dam sabo yang berlapis-lapis di sepanjang sungai ini tak mampu menahan derasnya aliran lahar serta awan panas Merapi.

Guru Besar Geografi UGM Sutikno mengatakan, dam sabo yang berfungsi mengendalikan lahar seharusnya dibangun di luar jangkauan awan panas supaya tidak membelokkan awan panas ke permukiman.

Selain itu, menurut Sutikno, dam sabo semestinya tidak dibangun di belokan sungai. "Kalau di belokan, laharnya pasti meloncat ke luar. Sedimen di dam sabo juga harus rutin dikeruk," katanya.

Meski demikian, tahun ini pemerintah tetap memprioritaskan perbaikan infrastruktur dam sabo di sepanjang sungai- sungai yang berhulu di Merapi. Pemerintah masih yakin bahwa dam sabo mampu mengantisipasi terjangan lahar Merapi.

Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, yang ditemui di Yogyakarta, pertengahan Januari 2012, mengatakan, pihaknya akan mendata ulang dam sabo di sepanjang aliran sungai di Merapi, mana yang perlu diperbaiki dan dipertahankan.

Djoko mengakui, kondisi dam sabo di lereng Merapi sebagian besar penuh terisi material vulkanik. Untuk itu, masyarakat bisa memanfaatkan endapan material vulkanik berupa pasir dan batu untuk ditambang.

Kepala Balai Sabo Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum Untung Budi S mencontohkan, aliran lahar dingin di Kali Code yang berhulu di Kali Boyong relatif bisa dikendalikan. Dengan adanya dam sabo, daya rusak lahar dingin bisa dikendalikan.(Indira Permanasari/Aryo Wisanggeni/Ahmad Arif)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com