Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pajura, Tinju di Bawah Sinar Bulan

Kompas.com - 14/03/2012, 16:37 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

WANOKAKA, KOMPAS.com - Pantai Tentena di Kecamatan Wanokaka, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur tampak dipadati masyarakat setempat. Mereka datang dari seluruh desa di kecamatan tersebut untuk mengikuti ritual Pajura.

Pajura merupakan tradisi masyarakat Sumba yaitu adu tinju antara desa. Para peninju adalah anak-anak muda dengan menggunakan sarung tinju terbuat dari alang-alang. Ritual ini berlangsung pada dini hari, mulai pukul 00.00 sampai sekitar jam 04.00 pagi.

Uniknya, tinju ini berlangsung di tepi pantai. Deru ombak dan teriakan penonton saling bersahut-sahutan membuat suasana tinju semakin panas. Sementara para peninju meneriaki suara ringkikan seperti kuda.

"Ada 14 desa yang biasanya ikut. Tak tentu jumlah yang ikut tinju. Tergantung siapa yang mau main," kata Lukas, seorang penonton dari Desa Tarmanu kepada Kompas.com, Rabu (13/3/2012) pagi.

Ia menuturkan para peninju bertinju sampai terluka. Masyarakat setempat percaya semakin berdarah maka hasil panen diyakini akan melimpah.

Suasana malam di Pantai Tentena yang gelap gulita itu pun menjadi riuh. Penerangan satu-satunya adalah cahaya bulan. Sesekali sinar dari telepon genggam dan api rokok melintas.

Sementara lampu sorot hanya bisa nyala di saat persiapan sebelum tinju berlangsung. Lampu sorot digunakan untuk memudahkan pengawas dalam mengecek tangan peninju agar pertandingan berlangsung adil.

Tradisi Pajura hanya boleh mengandalkan sinar bulan. Sehingga peninju saling melemparkan tinju ke lawan di tengah gelap malam. Tak heran, foto-foto dokumentasi Pajura sangat jarang beredar.

Sebab, jika ada cahaya flash kamera yang mengenai para peninju, sontak mereka berteriak agar flash mati. Hal sama dialami Sonny, fotografer AFP.

"Setiap saya foto, saya langsung disoraki karena flash. Susah sekali fotonya, karena gelap," katanya.

Tua-muda ramai menonton ritual adat yang muncul setiap tahun. Mereka bahkan rela jauh-jauh berjalan kaki menuju arena tinju.

"Saya jalan kaki 3 jam saja," ungkap Meri (15) dari Desa Waigale dengan enteng.

Masyarakat Sumba terbiasa jalan kaki dalam jarak jauh. Akses transportasi masih minim di daerah ini. Untuk menuju Pantai Tentena, jalanan aspal, jalan setapak, dan tangga batu menurun ke bibir pantai berjumlah sekitar 100 anak tangga, harus dilewati.

Perjalanan dari Waikabubak, ibu kota Sumba Barat, ditempuh sekitar 45 menit dengan mobil menuju Pantai Tentena. Memasuki daerah Wanokaka, jalanan gelap gulita. Penerangan sangat minim. Memang, pasokan listrik di Sumba Barat masih kecil. Mati lampu menjadi hal yang biasa.

Ritual Pajura masih satu rangkaian dengan Pasola. Festival Pasola merupakan festival tahunan yang dirayakan masyarakat Sumba Barat saat memulai masa tanam. Festival ini sudah masuk kalender pariwisata Indonesia dan bertahun-tahun telah menarik minat wisatawan mancanegara.

Dalam perayaan ini, masing-masing kampung akan beradu ketangkasan dengan menunggang kuda sambil melempar lembing ke lawan sampai lawan berdarah.

Perayaan ini sebenarnya untuk menyambut masa panen dan memprediksi hasil panen. Semakin banyak darah yang tercurah saat Pasola, masyarakat setempat percaya hal itu berarti hasil panen berlimpah. Tahun ini, Festival Pasola dirayakan pada 14 Maret 2012.

Di Sumba Barat, Pasola berlangsung tiga kecamatan yaitu Wanokaka, Lamboya, dan Gaura. Pagi hari sebelum Pasola, diadakan tradisi nyale. Sementara dua hari sebelum Pasola, ritual Pajura diselenggarakan di Tentena, Kecamatan Wanokaka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com