Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kayu Lukis Tanah Papua

Kompas.com - 22/03/2012, 07:19 WIB

Martha dan perajin lain di Pulau Asei Besar mempertahankan pembuatan lukisan dengan cara tradisional. Tangkai buah kelapa digunakan sebagai kuas lukis. Pewarnaan alami antara lain memanfaatkan perasan daun untuk warna hijau, arang periuk untuk warna hitam, dan kunyit untuk warna kuning.

Selain simbol suku-suku di Pulau Asei Besar, lukisan kulit kayu juga dipercantik dengan gambar burung cendrawasih atau cicak. Mempekerjakan tujuh pegawai, Martha juga mulai memodifikasi produk lukisan kulit kayu yang dijual di kios miliknya.

Dari hanya berupa hiasan lembaran kulit kayu lukis, Martha berinisiatif membuat sarung telepon seluler, dompet, topi, dan tas dari kulit kayu. Produk baru ini terbukti digemari turis asing yang mencari kerajinan kulit kayu langsung ke Kampung Asei Besar.

Sebelum dilukis, kulit khombouw harus dicuci untuk menghilangkan getahnya, digetok, lalu dijemur. Proses ini memakan waktu satu hari. ”Tak perlu bahan pengawet, kulit khombouw bisa awet sampai yang memakainya bosan. Kulit khombouw juga tidak bisa dimakan rayap,” kata suami Martha, Jackson Kere.

Pohon langka

Menurut Jackson, kendala utama yang dihadapi perajin lukisan kulit kayu adalah makin langkanya bahan baku. Pohon khombouw di Pulau Asei Besar sudah habis ditebang. Kulit tersebut harus diambil dari pohon liar di hutan. Jika dibudidayakan, kualitas kulit khombouw akan turun.

Perajin akhirnya harus mencari kulit khombouw di hutan-hutan yang jaraknya sekitar 50 kilometer dari Asei Besar. Perajin antara lain mendatangkan bahan kulit khombouw dari Geryem, Lereh, Senggi, dan Obhec. ”Jauh sekali. Mereka antar kulit khombouw ke kami,” kata Jackson.

Kulit khombouw tak tergantikan pohon lain karena kulitnya bisa melar seperti karet ketika ditarik. Jackson lalu menunjukkan bagaimana kulit khombouw bisa melar hingga tiga kali lipat ukuran asli setelah digetok dengan menggunakan bilah besi.

Dalam sehari, perajin bisa membuat satu hingga dua lembar lukisan kulit kayu berukuran masing-masing 30 x 60 cm. Ada lebih dari 20 ragam motif simbol lukisan yang ditawarkan. Harga lukisan kulit kayu beragam dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah per lembar.

Penduduk Pulau Asei Besar akan menggelar dagangan kerajinan kulit kayu ini di halaman muka rumah mereka begitu wisatawan asing berdatangan. Terletak di tengah Danau Sentani, Kampung Asei Besar memang menjadi destinasi utama wisatawan mancanegara.

Setiap pesawat yang mendarat di Bandara Sentani pasti melintas di atas Kampung Asei Besar. Dari bandara, wisatawan hanya perlu mengeluarkan ongkos naik perahu Rp 3.000. Martha lalu menunjukkan gambar Pulau Asei Besar yang tercetak di balik kartu namanya.

Luas Pulau Asei Besar, lanjut Jackson, tak lebih besar dari ruang pamer di JCC. Rumah-rumah di pulau ini masih mempertahankan bentuk tradisional dengan tiang. Selain Asei Besar, terdapat beberapa pulau lain di tengah Danau Sentani, seperti Pulau Ajau, Pulau Yobeh, dan Pulau Yonokom.

Asisten Manajer Bisnis Mikro Kantor BRI Cabang Sentani Erys Parlin Saragih yang mendampingi Martha dan Jackson ke Jakarta berharap perajin lukis kulit kayu bisa merambah pasar lokal. Selama ini, mereka hanya mengandalkan kunjungan wisatawan asing. (Mawar Kusuma)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com