Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyelusup Air Terjun Lereng Rinjani

Kompas.com - 30/03/2012, 06:37 WIB

Roberto Guindolin (45), pengunjung asal Trevisio, Italia, mengatakan puas dengan panorama Air Terjun Sindang Gila. Ia membandingkannya dengan Air Terjun Marmore di Perugia, Italia. Air terjun ini sangat tinggi, yang terselip dan menyelusup di antara rerimbunan pepohonan.

”Yang kurang adalah kelengkapan sarana prasarana pendukung, seperti tempat istirahat dan toilet,” katanya.

Puas menikmati Sindang Gila, perjalanan dilanjutkan ke air terjun selanjutnya, Tiu Kelep. Jalan setapak dihiasi batu vulkanik besar dan kayu besar yang tumbang melengkapi eksotis. Sayang sekali jika tidak didokumentasikan dengan kamera. Pengunjung juga harus menyusuri sungai dipenuhi batu besar dan air jernih yang bisa langsung diminum. Rasa lelah menaiki dan menuruni bukit kecil setinggi 35 meter ini terbayar saat mata tertuju curahan air di depan mata.

Dalam bahasa Sasak, tiu diartikan sebagai pusaran. Adapun kelep adalah luapan air yang lama-lama menghilang. Sesuai dengan namanya, Tiu Kelep terlindungi tebing batu. Berbeda dengan Sindang Gila yang hanya mempunyai dasar kolam yang dangkal, pengunjung di Tiu Kelep bisa berenang sesuka hati.

Dengan kedalaman sekitar 1 meter, air kolam Tiu Kelep cukup aman bagi pengunjung dalam dan luar negeri. Keistimewaan lainnya adalah pantulan air yang membentuk hujan gerimis di sekitarnya.

Dengan geografis yang berbentuk cekungan itu, air yang jatuh terperangkap dan memantul kembali ke udara seperti air hujan. Apabila beruntung, air yang memantul itu akan membiaskan sinar matahari sehingga membentuk pelangi berwarna-warni.

Delmas (29), pengunjung dari Marseille, Perancis, yang datang bersama empat anggota keluarganya, mengatakan puas dengan panorama Tiu Kelep. Alasannya, keindahan yang ia dapatkan dari cerita rekannya ia temui di Tiu Kelep. Sensasi bias warna pelangi dikatakannya menjadi momen yang sangat indah.

Kejutan tidak berhenti sampai di situ. Meniti perjalanan pulang, pengunjung bisa melewati jalur alternatif saluran air irigasi yang dibangun warga setempat.

Lorong air sepanjang 200 meter dengan ketinggian sekitar 2 meter dengan lebar hanya 1 meter itu dibangun tetua adat Sasak. Tujuan utamanya adalah mengalirkan air dari Tiu Kelep menuju saluran irigasi mengairi ratusan hektar sawah warga Senaru.

”Seram juga melewati lorong ini karena cahayanya hanya berasal dari lubang bekas buang tanah yang jaraknya 10 meter-15 meter. Namun, air yang mengalir di bawah kaki kita memberikan sensasi yang berbeda,” kata Delmas.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com