Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semalam di Kamar Sang Fajar

Kompas.com - 09/04/2012, 14:25 WIB

Oleh Runik Sri Astuti

Sejak berabad silam, Blitar tumbuh sebagai kota kecil penuh pesona di Jawa Timur bagian selatan. Kawasan di kaki Gunung Kelud (1.730 meter di atas permukaan laut) ini memiliki hawa sejuk dan panorama alam memukau, serta sarat budaya lokal. Sebagai kota tua, Blitar juga menyimpan romantisme sejarah yang luar biasa. Sebuah alternatif tempat liburan yang rekreatif dan penuh pengetahuan.

Hari menjelang senja ketika kaki menginjak Kota Blitar, Jumat (16/3/2012). Setelah berkeliling mencari penginapan, kuputuskan bermalam di Hotel Tugu Sri Lestari. Selain lokasinya yang tepat berada di jantung kota, hotel ini begitu tersohor karena menjadi bagian dari sejarah kota berjuluk patria ini.

Resepsionis memastikan masih ada kamar yang terjangkau bagi kantongku. Harga diskon pun kudapatkan dengan fasilitas corporate rate. Melegakan.

Sebelum memasuki gerbangnya, aku sedikit ragu untuk menginap karena bangunan dan desain hotel yang klasik alias kuno. Ternyata, setiba di dalam, terasa nyaman sekali.

Dengan meminta izin kepada pengelola hotel, aku berkesempatan mengunjungi kamar favorit proklamator Republik Indonesia, Soekarno. Pemandu hotel yang menemaniku, Dodik, mengatakan, Bung Karno selalu bermalam di kamar ini setiap kali pulang ke kampung halamannya, Blitar.

Bukan karena Bung Karno sombong, tidak mau menginap di rumah kakaknya, Soekarmini Wardoyo. Pertimbangannya lebih pada kenyamanan beristirahat karena setiap kali tersiar kabar Soekarno pulang kampung, ribuan rakyatnya memadati rumah yang lebih dikenal dengan julukan Istana Gebang itu. Selepas menemui rakyatnya, baru Soekarno ke hotel.

Sang Fajar Room. Itulah nama yang diberikan bagi kamar istimewa ini. Ditilik dari ukurannya, kamar ini sangat luas. Paling besar dari 55 kamar yang ada di hotel ini. Kira-kira ya seluas lapangan bulu tangkis. Ada dua ruang di dalamnya, ruang tidur dan ruang kerja. Fasilitas kamar mandinya pun dua, masing-masing satu di setiap ruang.

Yang paling mengesankan adalah tempat tidurnya yang begitu lebar sehingga bisa menampung lima orang sekaligus. Dipannya terbuat dari kayu jati berumur ratusan tahun dengan penampilan elegan dan kokoh. Sayang, kasurnya telah diganti dengan kasur pegas, bukan kasur asli yang terbuat dari kapuk buah randu.

Di bawah dipan terdapat bonang, alat musik tradisional Jawa yang biasa dimainkan bersama gamelan. Dodik bercerita, Soekarno kerap tidur dalam buaian alunan musik bonang, terutama saat tokoh karismatik itu sulit tidur karena banyak yang ia pikirkan. Penabuh bonang akan memainkan musik sampai pencetus Pancasila sebagai dasar negara ini terlelap.

Keaslian bangunan kamar, lengkap dengan ornamen dan perabotnya, begitu terpelihara dengan apik. Sejumlah koleksi Bung Karno ditambahkan untuk melengkapi. Misalnya topi dan tongkat Soekarno semasa hidup serta sejumlah buku dan album koleksi beliau.

Bagi yang tertantang bermalam di kamar ini, silakan saja, pintu terbuka lebar-lebar, asalkan pemesanan kamar dilakukan minimal seminggu sebelum hari H. Alasannya, mengantisipasi tamu negara yang mendadak bermalam. Soal harga, terjangkau loh. Cukup Rp 2,850 juta per malam.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah menginap di kamar ini. Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri apalagi. Almarhum KH Abdurrahman Wahid, Amien Rais, hingga Raja Thailand Bhumibol Adulyadej tak ketinggalan. Dari kalangan artis juga ada, seperti Rano Karno, Setiawan Djodi, dan Donna Harun.

Mendengarkan cerita Dodik tentang kamar Sang Fajar dari masa ke masa sungguh menarik. Tak terasa waktu bergulir cepat hingga malam pun mulai merayap. Perjalanan 167 kilometer yang kutempuh dalam waktu empat jam dengan kendaraan pribadi dari Surabaya seperti terbayar lunas. Selain kendaraan pribadi, Blitar juga bisa dijangkau dengan bus dari Terminal Bungurasih, Surabaya. Tarifnya sekitar Rp 20.000 per orang.

Akhirnya kuputuskan menghabiskan malam ini dengan beristirahat di hotel. Untuk mengisi perut yang mulai keroncongan, restoran Hotel Tugu Sri Lestari menjadi pilihan. Soto ayam khas Blitar dengan irisan daging ayam kampung yang tebal bercampur irisan telur rebus, kentang goreng, dan bihun menjadi hidangan makan malamku.

Harga sewa kamar di sini mulai dari Rp 150.000 hingga Rp 2,850 juta per malam. Adapun menu makanannya selain enak juga terjangkau untuk kalangan menengah. Rata-rata Rp 25.000-Rp 100.000 per porsi.

Pasar pagi

Waktu telah menunjuk pukul 06.00 saat aku terbangun. Udara dingin perlahan menyusup ke dalam pori-pori kulit, bergerak menusuk persendian. Andai aku tidak penasaran dengan cerita seorang kawan tentang pasar pagi di Istana Gebang, pasti kutarik selimut tebal yang melorot.

Pasar pagi Istana Gebang digelar di halaman rumah kakak kandung Bung Karno, Soekarmini Wardoyo. Letaknya berada di pusat kota, tepatnya Jalan Sultan Agung 59, Kelurahan Sanan Wetan. Dari hotel hanya butuh waktu 10 menit. Jalanan Kota Blitar relatif lengang dan teduh karena dinaungi pohon-pohon besar. Benar-benar kontras dengan suasana jalan di Surabaya, apalagi Jakarta, yang macet dan panas.

Di pasar yang buka mulai pukul 05.00 hingga pukul 08.00 ini pengunjung bisa membeli aneka produk kerajinan sebagai oleh-oleh. Tidak ada lapak, apalagi kios. Dagangan digelar lesehan beralas terpal. Pembeli dan pedagang membaur tanpa sekat. Tawar-menawar harga pun berlangsung dalam suasana akrab, ditimpali canda sesekali. Jangan kaget jika harga di sini sangat murah.

Puas belanja, aku pun berteduh di bawah pohon trembesi berdaun rindang. Udara segar bebas polusi berlompatan menyergap saluran pernapasan. Mengusir jauh-jauh racun-racun polusi dari rongga dadaku. Sejurus kemudian, sekitar pukul 07.00, pintu utama Istana Gebang dibuka. Seperti koloni lebah, ratusan wisatawan yang sebelumnya menjejali pasar pagi berbondong-bondong masuk ke rumah masa kecil Putra Sang Fajar.

Sejak dibeli dari ahli warisnya oleh Pemerintah Kota Blitar dengan bantuan dana dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur tahun 2011, Istana Gebang dibuka sebagai destinasi wisata. Perjuangan panjang nan berliku mewarnai upaya penyelamatan rumah seluas 1,4 hektar ini. Sejak diumumkan penjualannya tahun 2007, baru tahun 2011 kesepakatan tercapai. Negosiasi pelik tak bisa dihindari untuk mendapatkan rumah seharga Rp 35 miliar dari penawaran ahli waris Rp 50 miliar.

Setiap bulan Juni digelar pertunjukan seni tradisional, seperti wayang kulit, macapatan, dan tari jaranan, untuk memperingati haul Bung Karno. Acara ini seratus persen pesta rakyat karena diselenggarakan oleh dan untuk mereka.

Andai aku punya cukup waktu untuk berlibur, jalan-jalan pasti akan kulanjutkan. Apalagi masih banyak tempat wisata romantis di Blitar. Misalnya, merasakan detak jantung Soekarno di Perpustakaan Bung Karno, berziarah ke makamnya, dan berfoto di bawah monumen tokoh pergerakan tentara Pembela Tanah Air (PETA), Sudanco Suprijadi.

Jangan lupa mampir ke depot es mini di Jalan dr Wahidin Sudirohusodo. Irisan aneka buah segar dipadu dengan sirup dan susu kental manis menyegarkan tenggorokan. Pada musim durian, Anda akan mendapatkan bonus satu pongge buah durian yang legit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com