Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyatukan Betawi dalam Sebuah Warung

Kompas.com - 12/04/2012, 08:00 WIB

Oleh Andy Riza Hidayat

Kekayaan kuliner Betawi sungguh luar biasa. Bukan hanya sekadar rasa, melainkan juga cerita di baliknya. Kekayaan ini terwujud dalam aneka jajanan, minuman, hingga makanan berat. Tidak mudah mendapatkan semua sajian itu di satu tempat.

Salah satu lokasi yang bisa menjadi pilihan adalah Warung Betawi Ngoempoel di Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Beji, Depok, Jawa Barat.

Di warung ini, Anda dapat menemukan masakan sayur besan, gabus pucung, pecak ikan mas, bir pletok, semur jengkol, pepes peda, sambal blecon, sambal dengkek, sayur ciput, pepes lindung, dan beberapa makanan lain. Di warung ini juga tersedia sajian kekayaan budaya Betawi dalam wujudnya sebagai etnis.

Ada ondel-ondel laki-laki dan perempuan di pintu utama, lagu-lagu Betawi, delman, kursi rotan, kaca rias zaman dulu, serta rumah adat Betawi dengan teras luas.

”Warung ini kami dirikan karena banyak warung makan Betawi yang lokasinya terpisah-pisah. Saya harus keluyuran ke kampung-kampung untuk mencari masakan khas Betawi asli. Saya berpikir mengapa tidak disatukan saja di satu tempat,” tutur Nuroji, pemilik Warung Betawi Ngoempoel, Kamis (29/3/2012), di Depok.

Sejak berdiri tahun lalu, warung ini mendapat respons positif sebagaimana terlihat dari penggemar kuliner Betawi yang rajin menyambangi. Salah satunya adalah Ida (42), guru di Tanah Baru yang datang bersama rekan seprofesinya.

Ida menggemari semur jengkol, gabus pucung, dan sayur besan. Diiringi irama musik Betawi, Ida larut dalam hidangan di atas meja makan. Semurnya, kata Ida, khas sekali sehingga dia harus mengambil nasi beberapa kali sebagai pendamping makan.

”Ntar kita ngobrol lagi ya, ini lagi nanggung,” katanya sambil menunjuk hidangan yang tersaji.

Beberapa rasa masakan masih orisinal sesuai dengan masakan di rumah orang Betawi, seperti sayur asem isi oncom yang disantap dengan gabus kering serta sambal dengkek. Rasanya, hmmm….

Ada juga beberapa rasa masakan yang mengalami modifikasi agar dapat diterima pengunjung, terutama mereka yang enggan merasakan rasa tajam. Rasa ini dapat terlihat pada masakan pecak ikan mas. Ketajaman paduan bumbu asam, pedas, dan manis tidak terlalu muncul.

Senada dengan menu yang disajikan, masakan di Warung Betawi Ngoempoel merupakan masakan khas budaya pinggir. Budaya Betawi pinggir itu terwujud dalam makanan gabus pucung dan pecak ikan yang tidak menggunakan santan.

Tren merayakan rasa

Sejarawan dari Komunitas Bambu, JJ Rizal, mengatakan, saat ini sedang berkembang tren untuk merayakan rasa. Tren ini juga melanda penikmat kuliner Betawi yang membuat masakan tradisional ”naik pangkat”.

Menurut Rizal, ungkapan ini sebagai gambaran bahwa banyak orang tidak hanya memikirkan makanan dari segi rasa, yaitu memasukkan makanan dari mulut, lalu merasakannya, kemudian masuk ke perut.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com