Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melongok ke Museum Penuh Senapan sampai Panser

Kompas.com - 14/04/2012, 15:33 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

Terdapat banyak diorama di museum ini, mencapai 75 diorama yang menampilkan peristiwa kemiliteran TNI. Ada pula ruangan jenderal-jenderal besar, seperti salah satunya ruangan Jenderal Sudirman, lengkap dengan tandu yang biasa dipakai Sudirman.

Aneka senapan terpampang di etalase kaca, pun berbagai panji dan lambang kesatuan. Sementara di luar museum, pengunjung bisa melihat pesawat militer, jeep yang pernah dikendarai Sudirman, sampai panser, tank, dan ambulan yang dipakai pada masa-masa peperangan.

Museum Mandala Wangsit Siliwangi, Jawa Barat. Senjata primitif yang masih tradisional sampai senjata modern bisa Anda lihat di museum yang terletak di Jl. Lembong, Bandung. Senjata tradisional misalnya tombak, kujang, dan panah. Lalu ada bom molotov sampai senjata modern seperti senapan yang digunakan prajurit Kodam III Siliwangi. Tak heran, museum ini disebut-sebut sebagai museum senjata.

Ya, museum tersebut didirikan oleh Kodam Siliwangi untuk menampilkan benda bersejarah yang menggambarkan perjuangan Kodam III Siliwangi. Ada pula bendera, simbol dan tanda kesatuan, peta musuh, sampai foto-foto. Kendaraan lapis baja dan panzer salah satu yang dipamerkan pula di museum ini.

Museum Dirgantara Mandala, Yogyakarta. Penggila pesawat wajib datang ke museum ini. Apalagi koleksi yang ditampilkan adalah aneka pesawat tempur. Bahkan terdapat pesawat dari negara-negara blok barat maupun blok timur.

Pengunjung juga dapat melihat peninggalan para pahlawan dirgantara, pesawat miniatur, sampai senjata. Sedangkan koleksi yang berhubungan dengan peralatan pendukung dirgantara adalah radar, mesin pesawat, parasut, sampai roket.

Museum ini merupakan milik TNI AU untuk mengabadikan peristiwa bersejarah di lingkungan TNI AU. Pada masa penjajahan Jepang, bangunan yang ditempati museum tersebut merupakan hanggar pesawat terbang. Museum tersebut berlokasi di Jalan Kolonel Sugiono Lanud Adisutjipto, Yogyakarta.

Monumen Kapal Selam, Jawa Timur. Saat pensiun, kapal selam yang tampak gagah itu pun dijadikan monumen. Ya, Monumen Kapal Selam yang berada di Bantaran Kalimas, Jl Pemuda 39, Surabaya itu memang benar-benar kapal selam.

Kapal selam itu adalah KRI Pasopati dengan nomor lambung 410. Ia telah pensiun sejak 25 Januari 1990. Sebelumnya kapal selam tersebut sudah mengarungi lautan sejak 1962 dalam misi menghancurkan garis lintas musuh dan pengintaian.

Salah satunya aktif terlibat langsung di garis depan pada saat Operasi Trikora saat merebut Irian Barat. Para awak menggunakan KRI Pasopati untuk memberikan tekanan-tekanan psikologis terhadap lawan.

Pengunjung dapat masuk ke dalam lumbung kapal selam yang terdiri dari tujuh ruangan, seperti ruang torpedo haluan, ruang makan, ruangan periskop, sampai tempat motor pengendalian. Foto-foto para awak pun terpampang di salah satu ruangan.

Museum Mini Morotai, Maluku Utara. Museum ini sebenarnya buatan pribadi secara mandiri oleh penduduk lokal Morotai bernama Mushlis. Morotai sendiri merupakan kepulauan yang sempat menjadi basis tentara Jepang dan Sekutu di masa Perang Dunia II.

Museum ini memang mini, karena hanya berukuran tiga kali tiga meter. Melangkah masuk, aneka peninggalan Perang Dunia II dapat Anda lihat. Seperti senapan dan peluru tentara Jepang dan Amerika Serikat. Lalu ada pula deretan botol Coca-Cola, perkakas makan seperti sendok garpu, sampai uang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com