Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesona Laweyan, Belanja Batik Bonus Wisata Sejarah

Kompas.com - 07/06/2012, 16:54 WIB

SEKITAR akhir abad ke-19 dan ke-20, sebuah kampung di Solo, Jawa Tengah, terkenal sebagai pusat perdagangan batik Indonesia. Di kampung inilah batik tulis dan cap diproduksi, kemudian didistribusikan ke seluruh Nusantara hingga luar negeri. Tak hanya melahirkan saudagar-saudagar batik yang termasyhur namanya, di kampung ini juga lahir tokoh pergerakan nasional lewat Sarekat Dagang Islam, KH Samanhoedi.

Laweyan, itulah nama yang terkenal dengan kawasan Kampoeng Batik Laweyan. Deretan tembok kuno setinggi 5-7 meter yang berdiri kokoh di beberapa jalan sempit menuju kawasan kampung batik itu merupakan peninggalan saudagar-saugadar batik di daerah tersebut. Jalan-jalan sempit yang masuk dari Jalan Radjiman, Solo, itu seakan menjadi gerbang sebelum menelusuri rumah-rumah batik atau gerai batik yang tersebar di kampung tersebut.

Ketika menapaki jalan-jalan di Kampoeng Batik Laweyan, pengunjung seakan menapak tilas dan mengenang kejayaan batik di daerah yang pernah menjadi tempat bermukim Kyai Ageng Henis, keturunan Raja Brawijaya V dari Majapahit.

Di kampung ini banyak gang sempit yang hanya bisa dilewati kendaraan roda dua. Konon, selain untuk menjaga kerahasiaan usaha batik, tembok-tembok tinggi yang mengelilingi rumah menyerupai benteng itu juga dibangun karena para saudagar berusaha menciptakan daerah ”kekuasaan” di lingkungan mereka. Zaman dulu, pintu-pintu rumah itu jarang dibuka lebar.

Bahkan, di antara tembok-tembok tinggi tersebut ada sebuah rumah besar perpaduan arsitektur Eropa dan Jawa seluas 1.800 meter persegi. Rumah di Jalan Sidoluhur 18 yang dibangun tahun 1915 oleh pemiliknya, Tjokrosoemarto (almarhum), ini masih berdiri megah dengan nuansa keindahan tempo dulu. Hampir setiap sudut rumah, termasuk perabotan, dipenuhi beragam motif batik. Orang Solo menyebut rumah ini sebagai nDalem Tjokrosoemartan.

Semakin dalam menyusuri Kampoeng Batik Laweyan, pengunjung bisa menemukan rumah-rumah berarsitektur Jawa dengan atap limasan yang menjadi toko atau gerai batik sekaligus tempat produksi atau gudang batik. Beberapa menambah menambah kaca transparan di bagian depan rumah agar produk-produk batik yang dipajang terlihat dari luar.

Deretan papan nama setiap gerai batik pun langsung menyambut pengunjung. Di tiap gang ada petunjuk galeri-galeri batik. Jika datang membawa mobil pribadi, mobil bisa diparkir di dalam kampung batik tersebut. Namun, jika menggunakan bus, bus bisa diparkir di pinggir Jalan Radjiman, kemudian pengunjung berjalan kaki ke Kampoeng Batik Laweyan atau naik becak.

Rumah-rumah batik yang biasanya dibuka mulai pukul 08.00 hingga pukul 17.00 ini menawarkan berbagai produk batik, mulai dari kain, pakaian, kaus, serta berbagai kerajinan dari batik (seprai, tas, sandal, dan sepatu), hingga perlengkapan interior rumah dari aplikasi batik. Produk ini dibuat dari kain batik berbahan katun, sutra, satin, dorby, paris, atau primis-primissima dengan beragam motif.

Biasanya, ketika berbelanja, pengunjung langsung dilayani pemilik rumah batik. Kendati hanya disuguhi air mineral, karena berada di rumah, suasana belanja kadang tidak terasa seperti di toko. Pengunjung sering larut dalam obrolan dengan pemilik rumah batik. Beberapa rumah batik dibuka hingga bagian dalam rumah sehingga pengunjung bisa duduk selonjoran di lantai sambil memilih-milih batik yang akan dibeli. Untuk kenyamanan pengunjung, beberapa butik menggunakan pendingin ruangan.

Bagi yang belum pernah melihat pembuatan batik, di sejumlah rumah batik, pengunjung bisa menyaksikan cara membuat batik, bahkan bisa ikut coba-coba memegang canting (alat untuk membatik) dan menorehkan malam (lilin) ke kain-kain putih yang disediakan pemilik rumah batik. Beberapa menempatkan pekerjanya yang tengah membatik di bagian depan rumah sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi calon pembeli.

Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan yang menjadi wadah perajin batik di Laweyan menawarkan kursus singkat membatik selama dua jam dengan biaya Rp 30.000 per orang dan peserta minimal 10 orang. Hasil karya dan canting dibawa pulang. Jika menambah Rp 10.000 per orang, pengunjung mendapat makanan dan minuman khas Jawa.

Setiap rumah batik biasanya punya ciri khas sendiri-sendiri dalam hal motif dan potongan busana. Ini karena sebagian besar dari mereka memproduksi sendiri kain batik atau busana yang ditawarkan. Umumnya batik yang dijual dari batik tulis dan cap, tetapi beberapa sudah mulai menawarkan printing (tekstil bermotif batik).

Harga produk batik pun bervariasi, mulai dari Rp 50.000 hingga jutaan rupiah, tergantung dari bahannya. Jika terbuat dari batik tulis, apalagi yang menggunakan bahan pewarna alami, harga sepotong kain batik tulis bisa di atas Rp 500.000.

Untuk pembayaran, bagi yang tidak membawa uang tunai cukup, jangan khawatir. Beberapa rumah batik sudah menyiapkan alat pembayaran elektronik untuk kartu debet atau kartu kredit. Namun, jumlahnya belum begitu banyak.

Untuk melayani para pembeli, satu-dua galeri batik di Laweyan mulai memberanikan membuka pelayanan hingga 24 jam, terutama di Jalan Radjiman, seperti Batik Beteng dan Batik Omah Laweyan. Biasanya toko dibuka 07.30-22.00. Namun, di luar jam itu, pembeli yang datang dibukakan pintu oleh pramuniaga yang berjaga.

Toko-toko ini biasanya berupaya jemput bola dan melihat peluang seringnya tamu kesulitan memperoleh batik di luar ”jam normal”. Pelayanan 24 jam terutama bagi tamu luar kota yang ingin beli oleh-oleh batik, tetapi waktunya terbatas karena mengikuti acara seharian dan harus pulang keesokan harinya. Bahkan, ada yang memberi layanan antar jemput gratis bagi tamu dari penginapan ke rumah batiknya.

Jika masih ada waktu, beberapa situs sejarah juga menanti dikunjungi, antara lain Masjid Laweyan yang menjadi satu kompleks dengan makam Kyai Ageng Henis dan Kyai Ageng Beluk, situs rumah dan makam KH Samanhoedi (pendiri Sarekat Dagang Islam), situs Bandar Kabanaran, Langgar Merdeka, serta Langgar Laweyan. Kuliner lokal, seperti apem dan leker khas Laweyan, juga layak dibawa sebagai oleh-oleh. Jika ingin semakin menyelami atmosfer Laweyan, beberapa hotel dan penginapan siap menaungi tidur Anda, misalnya Roemahku dan Hotel Laweyan. (Sri Rejeki/Sonya Hellen S)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com