Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Weekend di Yogya dan Dieng

Kompas.com - 09/06/2012, 14:22 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

Di kaki Bukit Sikunir, terdapat telaga. Namanya Telaga Cebong. Disebut Cebong, karena dilihat dari ketinggian, bentuk telaga ini menyerupai cebong atau anak katak.
 
Berdampingan dengan perkebunan kentang, paduan keduanya menciptakan  panorama asri yang indah sekali. Kontur lansekap yang berbukit-bukit, tetap dapat dimaksimalkan penggunaannya oleh para petani kentang dengan membuat kebun berundak.

Mata pencaharian masyarakat Dieng memang bertani atau berkebun kentang. Musim panen biasanya seminggu dua kali dan sekali panen bisa menghasilkan berkuintal-kuintal kentang.

Oya, jika Anda memutuskan bermalam di Dieng, Anda boleh mencoba menginap di rumah penduduk yang disewakan (homestay). Seiring makin dikenal sebagai destinasi wisata, Dinas Pariwisata Banjarnegara, kemudian membuka peluang bagi penduduk setempat untuk membuka usaha penginapan.

Dinas Pariwisata menetapkan sejumlah syarat bagi penduduk yang akan menyewakan rumahnya untuk wisata. Antara lain, rumah yang disewakan memenuhi unsur keamanan, kebersihan, dan kenyamanan. Bahkan si empunya rumah diharuskan berada di lingkungan rumah untuk menciptakan suasana kekeluargaan, ciri khas masyarakat Dieng.

Sampai saat ini, ada sekitar 46 penginapan yang berada di kawasan Dieng Banjarnegara, yang telah mendapat izin dari Dinas Pariwisata.

Ingin membawa buah tangan khas Dieng? Manisan Carica jawabannya.  Ya, Carica adalah buah khas Dieng. Hanya tumbuh dengan keunikannya di Dieng.

Buah ini, tak beda dengan pepaya, namun bentuknya imut. Termasuk tumbuhan tumpang sari yang bisa tumbuh di mana saja. Carica lantas diolah menjadi manisan yang berpotensi ekonomis.

Kalau Anda berniat lebih lama tinggal di Dieng, silahkan mampir ke tempat-tempat yang tak hanya cantik di mata, tetapi juga menyimpan cerita yang kaya filosofi. Seperti, Kawah Sikidang, sebuah kawasan kaya belerang dan dikenal karena letak lubang keluarnya gas selalu berpindah-pindah seperti kijang.

Ada pula komplek Candi Dieng, yang diduga merupakan candi tertua di Jawa, yaitu Candi Arjuna dan Candi Bima. Anda bisa juga mampir ke Museum Dieng Kailasa, tempat disimpannya benda-benda purbakala seperti arca.

Nah saatnya kembali ke Yogyakarta. Anda bisa memilih kompleks Candi Prambanan untuk menikmati malam minggu di Yogyakarta.

Yogyakarta memang mashyur dengan berbagai peninggalan sejarah dan budaya, salah satunya adalah Candi Prambanan. Candi megah yang dibangun pada abad ke-9 ini, merupakan candi Hindu terbesar di indonesia dengan ketinggian 47 meter.

Komplek Candi Prambanan ini terdiri dari dari 3 candi utama. Candi Siwa, Candi Brahma dan Candi Wisnu. Pada malam hari, tepat pukul 19.30 di komplek Candi Prambanan, biasanya diselenggarakan pementasan Sendratari Ramayana.

Seperti kisah yang terukir di relief Candi Siwa yang bersambung menuju Candi Brahma.Wisatawan asing pun banyak terlihat di bangku penonton,dan terlihat sangat menikmati.

Minggu.
Ingin menikmati wisata religi Lourdes, Perancis, ala Yogyakarta? Anda bisa berkunjung ke Sendangsono, tepatnya berada di Desa Banjaroyo, Kabupaten Kulon Progo.

Perjalanan selama 1,5 jam akan membawa Anda ke tempat berziarah umat Katolik yang dibangun secara bertahap sejak tahun  1974 dan dirancang oleh Romo Mangun.

Kompleks Sendangsono berdampingan dengan Gereja Katolik St. Maria Lourdess. Dari gerbang masuknya, pengunjung sudah disambut toko-toko penjual suvenir dan perangkat ziarah. Seperti lilin, patung Yesus dan Bunda maria, rosario, juga wadah untuk menampung air suci.

Arsitektur yang indah memesona pandangan mata. Wajar saja, jika pada tahun 1991, kompleks bangunan Sendangsono mendapatkan penghargaan arsitektur terbaik dari Ikatan Arsitek Indonesia.

Di kompleks ini pula dibangun 14 diorama, yang menceritakan proses penyaliban Yesus Kristus. Selain itu, patung Bunda Maria yang berasal dari Swiss, sungguh memperkuat kesan religius pada kompleks begitu terawat.
 
Para pengunjung Sendangsono tak kenal waktu saat berziarah. Oleh karena itu dibangunlah rumah-rumah panggung yang digunakan untuk tempat bermalam para berziarah.Tak jarang pengunjung non Katolik pun mengunjungi tempat ini sekedar untuk berwisata.

Hingga saat ini, para peziarah selalu menyempatkan diri untuk mengambil air suci dari mata air Sendangsono. Mereka percaya bahwa air ini mampu memberikan kesehatan bagi mereka. (Fitri Oktarini/Citrakalam Misiani Yoshef Wisnu)

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com