Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taman Wisata Laut Bunaken Mulai Tercemar

Kompas.com - 11/06/2012, 15:25 WIB

MANADO, KOMPAS.com - Taman Nasional wisata laut Bunaken, di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara, mulai tercemar. "Taman Nasional Bunaken sepuluh tahun lalu sama seperti Raja Ampat di Papua yang bersih dan pesonanya menarik perhatian. Namun saat ini makin banyak kunjungan wisata ke Bunaken semakin membawa dampak pada kondisi lingkungannya," kata Boyke Toloh, salah seorang anggota Dewan Pengelola Taman Nasional Bunaken (DPTNB), Senin (11/6/2012).

Boyke mengungkapkan, saat ini mulai tidak bisa dikendalikan produksi sampah, yang dibawa wisatawan pada saat berkunjung Pulau Bunaken. Selain itu, semakin banyak aktivitas menyelam (snorkeling) yang tidak bisa dikontrol, sehingga banyak wisatawan yang menginjak terumbu karang hidup. "Prinsip-prinsip keberlanjutan mulai dilupakan pengunjung dan operator kapal yang membawa wisatawan," katanya.

Operator kapal, menurut Boyke, sedari awal diberikan tanggung jawab mengontrol dan memberitahukan kepada wisatawan untuk tidak menginjak karang pada saat snorkeling. "Tapi hal itu mulai dilupakan. Padahal wisata ke Pulau Bunaken jualannya adalah keindahan terumbu karang," ungkapnya.

Sebagai referensi, lanjut Boyke, yang juga pernah menjabat sebagai Direktur Eksekutif DPTNB, pada tahun lalu jumlah wisatawan yang masuk ke Pulau Bunaken sekitar 13.000 orang. Jumlah wisatawan ini, terbagi atas wisatawan mancanegara sekitar 10.000 orang dan sisanya adalah wisatawan lokal.

Puncak kunjungan terbanyak, biasanya terjadi di bulan Mei hingga Juni di mana sekolah selesai melaksanakan ujian nasional dan siap menghadapi liburan sekolah. "Di waktu-waktu inilah puncak produksi sampah. Kita juga berharap pengunjung dapat memperhatikan kebersihan dengan membuang sampah pada tempat yang telah ditentukan," ungkapnya.

Boyke berharap, aktivitas wisatawan yang menunjang pariwisata seperti membuang sampah pada tempatnya serta tidak menginjak karang turut menentukan hasil tangkapan ikan oleh nelayan. "Kalau karang rusak, nelayan akan semakin susah melaut," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com