Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjelajah Cita Rasa Portugis di Makau

Kompas.com - 18/06/2012, 16:24 WIB
Kristianto Purnomo

Penulis

KOMPAS.com — Bagi kebanyakan orang yang belum pernah mengunjungi Makau, hampir bisa dipastikan mereka mengenalnya sebagai kota dengan gemerlap rumah-rumah kasino yang tersebar hampir di setiap sudut kota, serta menjadi surga penggila judi mengadu keberuntungan di meja-meja permainan dan mesin judi. Kota bekas jajahan Portugal ini mulai melegalkan kasino lebih dari satu setengah abad yang lalu. Maka dari itu, tak heran jika Makau pun dikenal sebagai "Las Vegas-nya" Asia. Kasino bahkan menyumbang 70 persen pendapatan kota kecil di ujung selatan China ini.

Dalam kesempatan pertama menyambangi Makau, saya harus transit terlebih dulu di Hongkong setelah sekitar enam jam perjalanan udara dari Jakarta. Tiba di Bandara Internasional Chek Lap Kok, Hongkong, di sana tersedia berbagai pilihan transportasi menuju Makau, dari kapal feri dan jetfoil yang beroperasi 24 jam, hingga helikopter untuk memudahkan perjalanan.

Tiba di terminal feri Makau menggunakan kapal cepat atau jetfoil dari terminal feri Shun Tak Center yang letaknya tepat di atas Stasiun Sheung Wan Mass Transit Railway, Hongkong, kita tidak perlu khawatir untuk mencapai penginapan. Hampir semua hotel di Makau menyediakan layanan minibus gratis dari terminal bus yang letaknya tidak jauh dari terminal feri Makau.

Menyusuri jalan Kota Makau sepanjang perjalanan menuju hotel, nuansa kota urban metropolis kental terasa. Bangunan gedung pencakar langit, pusat perbelanjaan, gedung pertunjukan, hotel, wilayah pedestrian, dan apartemen menjadi pemandangan yang jamak ditemui. Lalu lintas di Makau boleh dibilang teratur dan nyaman untuk berkendara. Tidak terlihat polisi mengatur lalu lintas, tidak ada kemacetan di jam-jam sibuk, pengendara kendaraan tidak saling serobot, dan pejalan kaki rela berdiri menunggu hingga rambu-rambu menyeberang menyala.

Sebagai kota pelabuhan yang dulu tersohor, Makau atau  yang saat itu masih dikenal dengan Ou Mun merupakan gerbang perdagangan yang menjadi bagian Jalan Sutra untuk kapal-kapal menaikkan muatan sutra menuju Roma. Tak heran jika pedagang-pedagang Portugis melirik Makau sebagai pos perdagangan sejak kedatangan orang Portugis pertama, Jorge Alvares, pada tahun 1513.

Sebagai bekas jajahan Portugis, Kota Makau meninggalkan jejak-jejak Portugis. Tengok saja pusat sejarah Makau yang berada di kota kuno Makau, dari delapan square dan 22 bangunan bersejarah. Hampir semuanya merupakan warisan Portugis. Salah satu warisan Portugis dan menjadi tempat favorit untuk dikunjungi pelancong adalah Senado Square. Tepat berada di jantung Kota Makau, kawasan ini dikelilingi bangunan bernuansa arsitektur neo-klasik.

Sebut saja Gedung Leal Senado yang merupakan Kantor Wali Kota Makau pertama, The Holy House of Mercy, dan Gereja St Dominic menjadi saksi nyata sejarah Portugis di Makau. Keunikan kawasan seluas 3.700 meter persegi ini adalah jalanan yang dilapisi batu-batu mosaik berwarna-warni yang membentuk motif seperti gelombang.

Asal Anda tahu, batu-batu mosaik ini khusus didesain oleh sentuhan tangan karya para ahli Portugis. Suasana Mediterania yang konsisten dan harmonis semakin terasa dari warna-warna pastel yang menghiasi bangunan-bangunan kuno di Senado Square. Melancong di tempat ini, jangan heran jika Anda akan bertemu banyak orang Indonesia. Pasalnya, tempat ini juga menjadi tempat berkumpulnya tenaga kerja Indonesia selepas jam kerja.

Dari Senado Square hingga bangunan Ruin of St Paul's, pelancong akan dimanjakan dengan deretan toko yang menjual pakaian, tas, aksesori, makanan, hingga pernak-pernik cendera mata. Tak heran jika Senado Square menjadi surga belanja karena di sana mudah menemukan tumpukan barang murah dari segala jenis.

Singgah di tempat ini, jangan lupa mampir ke toko kue yang terkenal di Makau. Pastelaria Koi Kei namanya. Meski membanderol harga kue jauh lebih mahal dibandingkan toko-toko kue sejenis di kawasan ini, toko tersebut tak pernah sepi pembeli. Aneka kue, seperti kue almond, egg tart, egg roll, kue jahe, dan dendeng daging sapi, pantas Anda cicipi karena menjadi primadona paling diburu pelancong.

Masih di kawasan Senado Square, kita bisa menyaksikan bangunan Gereja St Dominic. Gereja bersejarah ini didirikan pada tahun 1587 oleh tiga misionaris Ordo Dominikan berkebangsaan Spanyol yang datang dari Acapulco, Meksiko. Pada bulan Mei, umat Katolik gereja ini rutin menggelar prosesi mengarak patung Bunda Maria (Our Lady of Fatima). Prosesi yang dibawa orang Portugis ke Makau untuk mengenang penampakan Bunda Maria kepada tiga anak gembala di Desa Fatima, Portugis, tahun 1917.

Sekitar sepuluh menit jalan kaki dari Gereja St Dominica, bangunan bersejarah lainnya yang tak boleh dilewatkan adalah Ruin of St Paul's. Bangunan yang dianggap sebagai "acropolis" Makau ini merupakan bangunan bekas Gereja St Paul's yang dibangun sekitar tahun 1602-1640. Sayang, pada tahun 1835, kompleks gereja dan Universitas St Paul terbakar untuk kali ketiga, dan hanya menyisakan bangunan muka gereja.

Bangunan muka gereja ini terdiri dari lima tingkatan. Tingkatan pertama terdiri dari sepuluh kolom pilar ikonik khas arsitektur klasik Yunani pada abad ke-5 sebelum Masehi dengan tiga buah pintu besar. Di atas pintu paling tengah terdapat ukiran bertuliskan "Mater Dei" yang berarti Bunda Allah. Sedangkan di atas dua pintu lainnya terlihat relief simbol IHS yang merupakan singkatan dari bahasa latin, "Iesus Hominum Salvator" yang berarti "Yesus Juru Selamat Manusia". Tingkat kedua terdapat sepuluh kolom pilar Korintus dengan tiga jendela.

Patung santo pelindung umat Katolik terlihat dibingkai dalam empat tabernakel. Kedua tingkatan secara keseluruhan untuk mewakili Serikat Yesus dan kegiatan misionaris. Di tengah tingkat ketiga berdiri patung Bunda Maria bersanding dengan relief malaikat, setan, dan sebuah kapal layar Portugis. Sedangkan patung Yesus berdiri di atas tingkat keempat bersanding dengan relief simbol penyaliban. Di tingkat paling atas kombinasi segitiga dari tiga tingkatan atas mencerminkan Tritunggal Mahakudus (Bapa, Anak, dan Roh Kudus) serta Santa Perawan Maria.

Beruntung saat mengunjungi salah satu ikon Kota Makau ini, saya mendapat kesempatan menyaksikan warga Makau keturunan Portugis menggelar pertunjukan tarian tradisional Portugis di halaman gereja. Sekitar sepuluh pria dan wanita menari berpasangan, berputar melingkar, mengikuti irama lagu rakyat dan musik tradisional Portugis yang dimainkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com