KOMPAS.com – “Naik saja, tak usah takut,” ungkap Erling, pemandu wisata di Belitung. Ia berusaha menyakinkan rombongan untuk mencoba naik ke sebuah batu granit yang begitu besar, sebesar rumah.
Walau licin, batu granit itu memang tampak menggoda untuk dipanjat. Apalagi jika Anda penggemar film “Laskar Pelangi”, tentu kesempatan berada di puncak batu lalu menatap laut lepas Belitung, layaknya Ikal dan kawan-kawan, tak akan terlewatkan.
Ya, kawasan Pantai Tanjung Tinggi begitu terkenal di Indonesia, terutama sejak muncul di film “Laskar Pelangi” yang diangkat dari novel laris karangan Andrea Hirata. Pengelola setempat pun dengan apik memanfaatkan hal ini.
Di area masuk ke Pantai Tanjung Tinggi terdapat sebuah papan. Papan tersebut menginformasikan bahwa tempat tersebut merupakan lokasi shooting film “Laskar Pelangi”. Benar saja, beberapa turis domestik pun sibuk berfoto di papan tersebut.
Melangkah mulai masuk ke daerah berpasir, laut seakan tertutup oleh batu-batu granit. Setelah tersingkap, laut biru dengan gradasi hijau bagai zaitun, terhampar dan begitu memukau mata. Di tengah teriknya matahari Belitung, laut yang begitu jernih dan tampak dangkal itu begitu menggoda untuk dijajal.
Ya, langsung berlari dan berenang di antara bebatuan granit. Kelar berenang, naiklah ke atas batu-batu tersebut. Tak akan puas, Anda menjelajahi Tanjung Tinggi hanya satu atau dua jam. Perlu seharian untuk berkenalan dengan batu-batu sepanjang pantai tersebut.
Takjub melihat batu yang besar sudah pasti. Apalagi bentuknya yang kadang cekung seperti gua, lalu batu bertumpuk, sampai batu yang terdampar di tepi laut. Saking besarnya, ada yang ukurannya sampai ratusan meter kubik alias sebesar rumah.
Erling mengungkapkan ada berbagai versi yang menceritakan asal-usul batu-batu granit tersebut. Salah satunya adalah teori letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda pada tahun 1883. Saking dahsyatnya letusan tersebut, bebatuan pun terbang hingga ke Belitung. Sebagian menancap di Tanjung Tinggi.
Nah, salah satu batu menarik lainnya adalah batu terjepit. Erling menunjukan suatu sudut di antara bebatuan. Ada dua batu yang cocok jadi titik berfoto. Sepintas lalu, kedua batu ini tampil biasa saja, tak menarik di mata. Namun, Erling memiliki pendapat lain.
“Di antara batu itu ada celahnya. Coba masuk ke dalam celah itu, nanti saya foto dari luar,” tutur Erling.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.