Namun, seberapa jauh kesiapan Derawan? Derawan masih harus bekerja keras untuk mengatasi banyak kendala. Masalah terentang mulai dari urusan transportasi, akomodasi, sampah, listrik, air bersih, jaringan telekomunikasi, hingga pengelolaan wisata.
Sampah aneka macam terhampar di perairan Derawan, dan daratannya. Zulfikar, Camat Derawan, mengatakan, untuk mengurai masalah ini, tiap minggu ia memimpin acara bersih pantai. Pulau Kakaban juga tak luput dari sampah sehingga ”mereduksi” keindahan danau yang hanya berjarak puluhan meter. ”Sampah-sampah ini sebagian dari warga, sebagian dari wisatawan,” ucap Zulfikar.
Seperti kendala transportasi yang dihadapi daerah lain di Kaltim, Derawan juga demikian. Wisata ke Derawan adalah wisata yang cukup mahal. Berangkat dari Kota Balikpapan, misalnya, harus menyiapkan setidaknya Rp 2,5 juta per orang untuk berwisata 3 hari dua malam.
Dari Balikpapan, mesti menggunakan pesawat menuju Bandara Kalimarau, Berau, yang disambung dengan perjalanan darat sekitar 2-3 jam menuju Tanjung Batu. Setelah itu menggunakan
Kendala listrik juga menerpa sehingga genset jadi tumpuan. Belum lagi soal telekomunikasi. Sinyal memang tersedia, tetapi hanya terlayani satu operator. Itu pun hanya sinyal untuk menelepon dan berkirim SMS. Berharap bisa berinternet? Anda akan kecewa.
Pengelolaan wisata juga belum siap. Belum ada petugas yang berjaga dan mengarahkan wisatawan. Karcis retribusi pun tak terlihat sehingga menguatkan kesan pengelolaan ”ala kadarnya”.
Namun, Derawan bukannya tak bersiap. Selain perluasan Bandara Kalimaru di Tanjung Redeb, Pulau Maratua segera memiliki bandara kecil yang bisa didarati pesawat baling-baling. Mereka punya pengalaman ketika Derawan menjadi tempat Pekan Olahraga Nasional (PON) pada tahun 2008.
Sekarang, penginapanmakin banyak. Di Pulau Derawan saja, saat ini terdapat tiga
Ia sudah berancang-ancang mematok harga Rp 250.000 per hari per kamar. Namun, daya listrik di rumahnya jelas tidak kuat. ”Itulah kendalanya,” jawab Amin sembari tertawa.