Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sluurp" Pindang Patin

Kompas.com - 14/07/2012, 03:21 WIB

Pindang patin mempunyai kemiripan rasa dengan pindang bandeng betawi. Asam, pedas, dan manis. Namun, pindang patin mempunyai aroma yang lebih berwarna karena kuah pindang diberi daun kemangi, irisan nanas, dan tomat hijau. Harum daun kemangi yang kuat memberikan cita rasa yang lebih mengundang selera makan.

Pindang patin disajikan dalam tiga pilihan berdasarkan selera, yakni bagian kepala, badan, dan ekor. Banyak konsumen yang lebih memilih bagian badan atau ekor karena tidak repot menyantapnya.

Namun, bagi pencinta tantangan ikan tentu akan memilih bagian kepala. Untuk ikan patin, daging di bagian kepala memang tidak terlalu banyak. Namun di bagian kepala menumpuk lemak yang sangat lembut dan gurih. Kelembutan lemak ikan ini terasa semakin nikmat dipadu dengan kuah asam pedas beraroma kemangi.

Kerepotan memisahkan tulang dengan lemak yang ada di kepala ikan patin seolah bukan halangan untuk menyantap kepala ikan itu. Kerepotan itu langsung terobati begitu lemak ikan bisa terisap...sluurp...sluurp...hmm...enaknya.

Tempoyak

Di Restoran Sari Sanjaya, selain pindang, ikan patin juga bisa dinikmati dengan tempoyak. Tempoyak, dibuat dari daging durian yang difermentasi. Rasanya asam dan sangat menusuk. Pepes ikan patin tempoyak, rasa tempoyak tidak terlalu tajam karena dicampur dengan bumbu antara lain lengkuas, kunyit, jahe, serai, daun jeruk purut, dan daun salam.

Mengonsumsi tempoyak ikan patin harus berhati-hati karena di dalamnya diberi cabai rawit. Bagi mereka yang belum terbiasa jangan dipaksakan. Bisa muncul rasa mual dan pusing saat menikmati menu ini dalam jumlah banyak.

Sebaliknya, bagi mereka yang menyukai tempoyak ikan patin, nafsu makan pasti akan bertambah.

Tidak hanya pindang dan tempoyak ikan patin budaya kuliner yang dikenalkan Sari Sanjaya dan Pondok Wong Palembang. Di kedua restoran tersebut pengunjung bisa mencicipi pempek panggang, pempek lenggang, tekwan, celimpungan, mi celor, rujak mi, pangsit ikan, model, mi tumis, laksa, dan sebagainya.

Selain itu, untuk mengisi waktu menunggu datangnya makanan utama, pengunjung bisa menikmati penganan ketan duren, talam ubi, talam pisang, atau talam srikaya.

Di Pondok Wong Palembang juga terpasang gambar baju adat Palembang dalam ukuran yang cukup besar. Selain itu ada juga foto deretan pasangan bujang dan gadis Palembang yang mengenakan kain songket palembang beraneka motif. Dengan gambar-gambar ini, pengunjung pun mendapat tambahan wawasan mengenai kekayaan budaya Palembang selain kuliner.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com