Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Libatkan Masyarakat Lokal Bangun Destinasi Wisata

Kompas.com - 18/07/2012, 17:13 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Pengembangan pariwisata harus melibatkan masyarakat lokal. Hal tersebut menjadi salah satu prinsip penting dalam tata kelola destinasi pariwisata atau Destination Management Organization (DMO).

“Membangun kepariwisataan daerah harus dimulai dari masyarakat lokal. Mereka yang lebih tahu daerahnya,” ungkap Kasubdit Kawasan Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Torang Nasution, di Jakarta, Rabu (18/7/2012).

Ia menjelaskan tata kelola suatu destinasi pariwisata harus berbasis pada masyarakat dan kepuasan wisatawan. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan DMO harus melibatkan pemangku kepentingan mulai dari masyarakat lokal, industri pariwisata, pemerintah daerah setempat, dan pemerintah pusat.

Torang mengungkapkan bahwa manajemen destinasi pariwisata di Indonesia masih rendah. Tata kelola destinasi pariwisata pun harus melalui beberapa tahap, dengan tahap pertama berupa penguatan gerakan kesadaran kolektif pemangku kepentingan. “Banyak daerah yang belum paham pentingnya pengembangan pariwisata daerah,” ungkapnya.

Torang merujuk kepada pemerintah daerah yang belum memiliki kesadaran pariwisata sehingga daerahnya belum berkembang sebagai destinasi wisata.

Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonom Kreatif telah menetapkan 15 destinasi sebagai tempat pelaksanaan DMO. Destinasi tersebut untuk Pulau Sumatera antara lain Danau Toba (Sumatera Utara) dan Sabang (Aceh).

Sementara Pulau Jawa antara lain Pangandaran (Jawa Barat), Java Promo-Borobudur (Jawa Tengah), Kota Tua Jakarta (DKI Jakarta), dan Bromo-Tengger-Semeru (Jawa Timur). Daerah Bali dan Nusa Tenggara antara lain Regional Bali-Danau Batur (Bali), Rinjani (NTB), dan Komodo-Kelimutu-Flores (NTT).

Sedangkan untuk Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, dan Indonesia bagian timur antara lain Bunaken (Sulawesi Utara), Toraja (Sulawesi Selatan), Raja Ampat (Papua Barat), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Tanjung Puting (Kalimantan Tengah), dan Derawan (Kalimantan Timur).

Agar memudahkan dalam pelaksanaan DMO, 15 kawasan ini dibagi ke dalam empat cluster yaitu kluster heritage (situs bersejarah atau budaya) seperti Kota Tua dan Toraja, kluster ekowisata seperti Tanjung Puting dan Pangandaran, kluster geopark seperti Danau Toba dan Danau Batur, dan kluster marine (bahari) seperti Bunaken.

Program tersebut telah berlangsung sejak 2010 dan direncanakan akan terus berjalan hingga 2014. Sejauh ini, Danau Toba dan Pangandaran menjadi dua DMO yang dinilai sudah memasuki tahap pengembangan manajemen berupa pembuatan rencana pengelolaan, dan peningkatan kapasitas pengembangan pariwisata, revitalisasi destinasi, fasilitas, dan akses.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com