Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Halalkan Semua Cara Tunggangi Momentum Ramadhan

Kompas.com - 30/07/2012, 16:34 WIB
Sidik Pramono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Demokrasi dan keterbukaan semestinya tidak dimaknai dengan boleh melakukan apa saja, termasuk menegasikan konstitusi dengan mendiskriminasi warganegara atas asas equality before the law, utamanya hak dipilih dan memilih.

Keinginan untuk memenangi Pilkada DKI Jakarta sepatutnya tidak ditempuh dengan menghalalkan berbagai cara, termasuk dengan menunggangi momentum suci Ramadhan dengan tema-tema ceramah yang bertentangan dengan pilar Bhinneka Tunggal Ika yang tujuannya justru mempersatukan bangsa.

Pandangan itu disampaikan politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Eva Kusuma Sundari, Senin (30/7/2012) di Jakarta. Eva yang juga anggota Tim Sosialisasi 4 Pilar MPR, memandang perilaku diskriminatif seperti itu justru mencerminkan kemunduran dan memalukan bangsa Indonesia yang dikenal sebagai champion of democracy karena Islam Indonesia yang moderat.

Eva mengutipkan lirik lagu 135 Juta karya Rhoma Irama pada tahun 1977. Janganlah saling menghina/ Satu suku-bangsa dengan lainnya/ Karena kita satu bangsa/ Dan satu bahasa Indonesia// Bhinneka Tunggal Ika/ Lambang negara kita Indonesia/ Walaupun bermacam-macam aliran/ Tetapi satu tujuan//.

"Pilkada DKI harus kita jadikan barometer untuk membawa kematangan demokrasi di Indonesia, yaitu yang berfokus pada kesejahteraan. Perilaku politik yang rasional dan bukan emosional harus dikedepankan," tutur Eva.

Pada Pilkada Jakarta putaran kedua, September mendatang, dua pasangan akan kembali bersaing. Mereka adalah pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama dan pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli.

Eva berharap, tim sukses kedua kandidat bisa bersama-sama mewujudkan pilkada yang dewasa dan bermartabat di Jakarta. Masyarakat juga diharapkan tidak mudah terpancing emosi, sehingga Ramadhan tetap suci dan umat bersama mewujudkan Islam yang melindungi seluruh alam (rahmatan lil alamin) di Jakarta.

Demokrasi dan keterbukaan harus dimaknai sebagai kesempatan ijtihad, menyebar kebaikan dan cinta kepada sesama warga negara, bukan menyebar kebencian dan ajaran diskriminasi yang bertentangan dengan nilai Islam dan juga konstitusi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com