Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siak, Daya Tarik Kerajaan Melayu Islam

Kompas.com - 18/08/2012, 15:22 WIB

Entah betul atau tidak cerita itu. Yang jelas, di setiap musim puncak kunjungan pelancong, kaum hawa kerap antre sampai belasan meter untuk berkaca di cermin awet muda itu.

Yang juga menarik adalah Komet, sejenis gramofon, yang berisi musik-musik instrumental klasik abad XIII ciptaan komponis terkenal, seperti Beethoven, Mozart, dan Strauss. Komet yang berbentuk lemari setinggi 2 meter ini dibawa oleh Sultan Siak XI dari Jerman pada 1896.

Sampai sekarang, Komet masih berfungsi. Piringan-piringan baja yang berisi aransemen musik-musik klasik itu masih sangat terawat. Menurut Zainuddin, Komet hanya ada dua di dunia, satu di Jerman dan satu lagi di Istana Siak.

Daya tarik budaya

Kedekatan Kesultanan Siak dengan Johor (Malaysia) menumbuhkan budaya serumpun. Ketika keturunan dan kerabat istana berserak dari Siak, Brunei Singapura, dan Malaysia, mereka dipersatukan oleh budaya. Pemerintah Kabupaten Siak melihat peluang itu dengan menggelar Festival Siak Bermadah setiap Oktober. Mereka mengundang perwakilan suku melayu dari Johor, Malaka, Perak, Singapura, Brunei, dan Betawi.

Festival Siak Bermadah ini seperti pesta rakyat. Warga dari sejumlah kecamatan dimanjakan dengan beragam lomba, seperti lomba tari kreasi Melayu, syair, tari tradisional Melayu, berbalas pantun, lagu melayu, dan adat perkawinan Siak.

Jumlah pelancong pada saat Festival Siak Bermadah mencapai puluhan ribu orang. Mereka datang dari sejumlah daerah perwakilan suku Melayu. Bahkan, tak sedikit yang datang dari Lombok, Bali, dan Jawa. Banyak Juga pelancong datang untuk mengenal silsilah keluarganya.

”Kami ingin tahu nenek moyang kami karena katanya ada nenek moyang kami dari Johor yang menjadi sultan di Siak,” kata Wan Abdul Hadi (34), pelancong dari Johor, Malaysia.

Infrastruktur

Setelah kemerdekaan, Siak hanyalah sebuah kecamatan, bahkan statusnya nyaris menjadi kelurahan. Lokasinya yang dikelilingi sungai menjadikan Siak sulit dijangkau. Namun, warga terus berjuang dan sejak 1999, Siak resmi menjadi kabupaten.

Siak yang berpenduduk 457.533 jiwa ini menyimpan potensi kekayaan alam luar biasa. Produksi minyaknya mencapai 114.600 barrel per hari. Data Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Siak menunjukkan, Siak memiliki cadangan gas 22,5 miliar kaki kubik (BCF).

Dari hasil minyak ini, pemerintah terus memoles Siak sehingga semakin bersinar. Jalan berupa tanah gambut disulap Pemkab Siak menjadi jalan aspal mulus. Anggaran yang mereka keluarkan mencapai Rp 300 miliar per tahun.

Untuk memudahkan jangkauan pendatang, Pemkab Siak membangun beberapa jembatan. Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah, sepanjang 1,5 kilometer, menghabiskan dana Rp 390 miliar. Jembatan ini menghubungkan pusat kota dengan jalan utama menuju Siak.

Jembatan lainnya adalah Jembatan Sultan Syarif Hasyim di Kecamatan Tualang yang menelan biaya Rp 191 miliar serta Jembatan Raja Kecik di Kecamatan Sungai Apit dan Sabak Auh. Semua jembatan tersebut memudahkan mobilitas pelancong dan warga Siak. Jika dulu pendatang harus naik kapal untuk menjangkau Siak, kini bisa dengan menggunakan alat transportasi darat.

Siak yang berjarak sekitar 120 km dari Pekanbaru dapat dijangkau dengan menggunakan angkutan umum kapal. Tarif angkutan umum Rp 30.000, sementara kapal Rp 60.000. Jika bersama keluarga atau teman, sebaiknya menggunakan mobil pribadi atau mobil sewaan. Sebab, di Siak nyaris tak ada angkutan umum, kecuali becak yang jumlahnya tak lebih dari 30 unit.

Jarak Siak dari Singapura hanya 150 km. Pelancong dari Malaysia dan Singapura biasanya naik kapal dengan waktu tempuh empat jam. Pemkab Siak membangun tiga pelabuhan, yakni Pelabuhan Buatan, Pelabuhan Perawang, dan Pelabuhan Siak Sri Indrapura.

Jika bosan dengan wisata sejarah dan religi, cobalah wisata alam Siak. Sekitar 50 km dari pusat kota terdapat Danau Zamrud yang masih perawan. Tantangannya, pelancong dipaksa memasuki belantara hutan gambut dengan perahu tradisional, melewati anak sungai untuk menjangkau Danau Zamrud. Tempat ini sangat nyaman untuk memancing atau sekadar menikmati udara segar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com