Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/08/2012, 08:34 WIB

Oleh Myrna Ratna

DI Gili Trawangan timbul dan tenggelam matahari disambut dengan sukacita. Juga ketika gelap datang, dan pantulan keemasan bulan menjadi pemandu langkah.

Jafar, pengemudi asal Lombok yang mengantar jemput dari bandara Praya, Lombok, ke Pelabuhan Bangsal, berkali-kali menepikan mobilnya, membiarkan kami menyerap sesaat pemandangan permai yang terbentang di muka. Jajaran pohon nyiur berbaris rapi mengikuti lengkungan garis pantai, melatari laut biru dengan pasir putihnya.

Perjalanan selama dua jam menuju pelabuhan nyaris tak terasa. Deretan perahu bermotor rapi terparkir di dermaga, dekat jembatan penyeberangan yang dibangun seadanya. Ketiga pulau, Gili Meno, Gili Trawangan, dan Gili Air, terasa dekat dari jangkauan. Namun, butuh waktu 15-20 menit untuk mencapainya, itu pun dengan kapal cepat yang berkecepatan penuh. Laut yang mulai pasang pada sore itu membuat kapal meliuk-liuk menghindari terjangan ombak.

Ah, wajah Gili Trawangan terus berubah. Wisatawan asing dengan kulit terbakar matahari ada di mana-mana. Mereka menjejali pinggiran kolam renang, meja-meja kafe yang menghadap ke laut lepas, dan tentu saja jalanan utama pulau yang sempit dan berpasir. Ada yang memanggul tabung selam, papan selancar, ataupun ramai bersepeda.

Kepadatan wisman sudah hampir menyerupai Kuta, Bali. Namun, ada yang ”terselamatkan” di sini. Tak ada bunyi kendaraan bermotor. Yang ada bunyi ketipak kaki kuda, menarik cidomo, semacam delman. Meskipun kadang bau kotoran tercium, para kusir patuh untuk membuat tampungan di keretanya sehingga jalanan relatif aman dari ”ranjau”.

Yang juga membedakan, di sini tak perlu harap-harap cemas menanti kehadiran dan kepergian matahari. Bola merah raksasa itu datang dan pergi tepat waktu, bersih dari kabut dan saputan awan. Dan beginilah cara para ”komunitas pulau” melepas senja. Beramai-ramai berjalan kaki atau bersepeda ke arah barat (hanya sekitar 15 menit), lalu duduk di tepi pantai, atau memenuhi meja-meja restoran yang bersisian dengan pasir pantai. Ada juga yang menggotong meja dan kursi sendiri. Selama setengah jam berikutnya, semua mata terpusat ke arah garis pantai yang warnanya berubah perlahan.

Pesona itu dimulai dengan matahari yang bulat sempurna berwarna merah menyala. Pancarannya membuat permukaan laut luntur kemerahan dan langit diselimuti rona jingga. Bola raksasa itu perlahan turun, membuat siluet kehitaman kapal-kapal yang melintasinya. Sampai kemudian hilang ditelan garis pantai. Warna laut berubah menjadi hitam kebiruan. Namun, secara perlahan permukaannya menjadi keperakan kembali. Menengadahlah ke langit, bulan bulat penuh telah hadir. Juli adalah masa purnama. Kilau cahaya bulan pun menjadi pemandu jalanan setapak yang tak berpenerangan.

Di berbagai sentra keramaian, malam adalah perayaan dengan musik, dansa, dan kuliner laut. Ikan-ikan segar kemerahan yang baru ditangkap dari laut bergelimpangan di atas tumpukan es. Udang-udang gemuk yang permukaannya bening ditumpuk di dekat kelompok kepiting yang masih menggerak-gerakkan capitnya. Tak perlu banyak bumbu untuk membakar ikan dan udang. Kesegarannya sudah memberikan rasa manis dan gurih alami.

Alunan musik sayup terdengar dari setiap sudut pulau. Terbawa angin laut yang berembus lembut. Malam terasa panjang.

Ke timur

Ritual mengejar matahari berulang di pagi hari. Kali ini ke arah timur. Warga pulau sudah membuka mata ketika subuh masih membayang. Kapal-kapal nelayan membuang sauh di tengah laut, menjaring ikan untuk dijual ke pulau.

Bagi wisatawan dari negeri empat musim, terik matahari tak ubahnya magnet. Ketika penduduk lokal berjalan melipir di antara keteduhan bayang-bayang pohon, sosok-sosok berkulit pucat itu justru berjejal di area yang paling banyak diterpa panas.

Pantai dan laut menjadi pusat aktivitas sepanjang pagi dan siang. Diving dan snorkeling merupakan pilihan paling populer. Tarif paket snorkeling selama lima jam, termasuk dengan menyewa perahu dan peralatan, sekitar Rp 700.000. Demikian juga dengan spa dan pijat tradisional. Mulai dari kelas ratusan ribu per jam di hotel berbintang sampai kelas lima puluh ribu di kios-kios pinggir jalan laris manis.

Bersepeda mengelilingi pulau juga tak kalah menantang. Waktu yang paling nyaman untuk mengeksplorasi pulau seluas 338 hektar itu adalah menjelang sore hari, dimulai dari ujung timur dan beristirahat di ujung barat sambil menanti matahari tenggelam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Pameran Repatriasi di Galeri Nasional Indonesia

Panduan Lengkap ke Pameran Repatriasi di Galeri Nasional Indonesia

Travel Tips
India Peringkat 6 Negara Penyumbang Turis Asing Terbanyak ke Indonesia

India Peringkat 6 Negara Penyumbang Turis Asing Terbanyak ke Indonesia

Travel Update
5 Tips Wisata ke Umbul Sigedang-Kapilaler di Klaten, Datang Pagi

5 Tips Wisata ke Umbul Sigedang-Kapilaler di Klaten, Datang Pagi

Travel Tips
7 Museum di Jakarta yang Instagramable buat Liburan Akhir Tahun 

7 Museum di Jakarta yang Instagramable buat Liburan Akhir Tahun 

Jalan Jalan
Intip Isi Pameran Repatriasi di Galeri Nasional Indonesia, Ada Apa Saja?

Intip Isi Pameran Repatriasi di Galeri Nasional Indonesia, Ada Apa Saja?

Jalan Jalan
4 Tips Berkunjung ke Pameran Repatriasi, Registrasi Online Dulu

4 Tips Berkunjung ke Pameran Repatriasi, Registrasi Online Dulu

Travel Tips
14 Aturan Berkunjung ke Pameran Repatriasi, Boleh Memotret di Area Tertentu

14 Aturan Berkunjung ke Pameran Repatriasi, Boleh Memotret di Area Tertentu

Travel Update
Pengalaman Berkunjung ke Pameran Repatriasi, Lihat Pusaka Pangeran Diponegoro

Pengalaman Berkunjung ke Pameran Repatriasi, Lihat Pusaka Pangeran Diponegoro

Jalan Jalan
10 Kota Termurah di Dunia 2023, Mana Saja?

10 Kota Termurah di Dunia 2023, Mana Saja?

Travel Update
Harga Tiket dan Jam Buka Umbul Sigedang-Kapilaler di Klaten

Harga Tiket dan Jam Buka Umbul Sigedang-Kapilaler di Klaten

Travel Update
3 Wisata sambil Olahraga Alam Bebas di Bangka, Akses Dekat ke Bandara

3 Wisata sambil Olahraga Alam Bebas di Bangka, Akses Dekat ke Bandara

Travel Update
5 Aktivitas di Pantai Klotok Wonogiri, Main Air hingga Naik ATV

5 Aktivitas di Pantai Klotok Wonogiri, Main Air hingga Naik ATV

Travel Tips
10 Kota Termahal di Dunia, Peringkat 1 dari Negara Tetangga Indonesia 

10 Kota Termahal di Dunia, Peringkat 1 dari Negara Tetangga Indonesia 

Travel Update
5 Aktivitas di Pameran Repatriasi, Lihat Arca dan Ambil Majalah Gratis

5 Aktivitas di Pameran Repatriasi, Lihat Arca dan Ambil Majalah Gratis

Travel Tips
Harga Tiket Terbaru Gunung Api Purba Nglanggeran, Siang dan Malam Berbeda

Harga Tiket Terbaru Gunung Api Purba Nglanggeran, Siang dan Malam Berbeda

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com