Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suatu Senja di Sorendiweri

Kompas.com - 24/08/2012, 08:30 WIB

SORENDIWERI. Nama itu belum banyak dikenal di Indonesia. Boleh jadi karena letaknya yang berada nun jauh di timur Indonesia, di sebuah pulau kecil bernama Supiori, nama itu menjadi seolah asing. Sorendiweri adalah kota kecil yang menjadi ibu kota Supiori yang sejak tahun 2003 dimekarkan dari kabupaten induk, yaitu Biak.

Supiori berada tepat di utara Biak, Papua. Kedua pulau itu seolah menempel, padahal sejatinya terpisah. Kedua pulau tersebut dihubungkan oleh sebuah selat sempit selebar lebih kurang 50 meter bernama Selat Sorendiweri. Ada sebuah jembatan permanen selebar lebih kurang tujuh meter yang melintasi selat itu untuk menghubungkan Biak dan Supiori.

Biak dan Supiori telah terhubung dalam sebuah jaringan jalan beraspal mulus. Setidaknya dibutuhkan waktu 1,5 jam berkendara dari Biak menuju Supiori.

Letaknya yang berada tepat di hadapan Samudra Pasifik memberinya keindahan serta kekayaan alam yang luar biasa. Tidak hanya pantai-pantainya yang indah. Hutan lindung yang menghampar nyaris menutupi semua pulau memberinya keteduhan.

Saat senja tiba, matahari yang sepanjang hari membakar siang dengan teriknya menyisakan hangat pada pasir pantai. Membenamkan kaki dalam kehangatan itu seolah menarik seluruh rasa lelah setelah sehari penuh menyusuri jalan di pesisir Sorendiweri.

Masih asli

Sebagian besar pantai di Sorendiweri masih asli, bersih, dan berpasir putih. Tampak pula nelayan-nelayan tradisional dengan menggunakan perahu kecil bercadik melempar kail memancing ikan-ikan karang. Namun, kisah tentang keindahan Sorendiweri dan Supiori tak hanya itu.

Di Distrik Supiori Selatan, tepatnya di Kampung Korido, berdiri sebuah puskesmas tua. Puskesmas itu menempati bangunan bekas rumah sakit misi yang dibangun Pemerintah Belanda pada tahun 1930-an. Itu merupakan rumah sakit pertama yang dibangun oleh Belanda di Papua.

Rumah sakit atau saat ini puskesmas yang berdiri di tepi pantai itu disebut Puskesmas Andei. Andei, menurut penuturan masyarakat setempat, biasanya digunakan untuk menyatakan sesuatu yang menyejukkan atau membuat nyaman. Andei juga bermakna ketenangan dan keteduhan. Menurut Hendrik, warga Supiori, ketika orang memasuki rumah sakit itu, mereka langsung mengatakan, ”Andei.”

Lokasinya yang berada di tepi pantai dan dipangku bukit berhutan lebat membuatnya menjadi tempat perawatan yang sangat ideal. Di sana pun masyarakat mengenal makanan khas yang disebut aibon. Makanan itu dibuat dari tepung yang diolah dari buah bakau. Tepung itu, seperti halnya sagu, merupakan makanan asli masyarakat setempat.

Menurut Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah Kabupaten Supiori, Oktavianus Rumere, fakta sejarah itu menunjukkan potensi luar biasa yang dimiliki Supiori.

Keindahan alamnya menenangkan. Dengan sebagian besar wilayah merupakan hutan lindung—nyaris 85 persen—serta dikelilingi pantai dengan lautan yang bersih, tidak mengherankan jika Pemerintah Kabupaten Supiori menempatkan pariwisata dan perikanan sebagai fokus pembangunan.

Burung albatros

Kabupaten itu juga memiliki sebuah pulau, yaitu Mapia, salah satu pulau terluar Indonesia yang berbatasan dengan Palau, sebuah negara kecil di Pasifik. Pulau tersebut menjadi tempat transit burung albatros dan tempat bertelur penyu-penyu langka serta menjadi tempat tinggal kepiting kenari. Namun, saat ini penduduk asli Mapia mengaku prihatin atas kehadiran pemburu-pemburu liar dari luar Mapia yang memburu hewan-hewan langka tersebut.

Pemerintah Kabupaten Supiori tengah berupaya melindungi keberadaan penyu langka itu sebagai bagian dari potensi wisata yang ingin dikembangkan. Namun, di tempat yang hendak diproyeksikan sebagai pusat wisata itu, belum ada hotel atau penginapan yang memadai. Mereka yang hendak mengunjungi Sorendiweri atau berwisata ke pantai-pantainya yang indah harus bermalam di Biak. Di kota itu banyak disewakan mobil dengan ongkos sewa Rp 400.000 per hari.

Namun, jika ingin bepergian ke Mapia, pelancong tak perlu ke Sorendiweri. Mereka cukup menumpang kapal feri dari Pelabuhan Biak dengan jadwal yang telah ditentukan. Di Mapia, pelancong bisa menginap di rumah warga.

Oktavianus mengatakan, potensi tambang minyak di lepas pantai Supiori Selatan diharapkan dapat membuka peluang pengembangan Supiori menjadi pusat wisata baru. Setidaknya, dengan pengelolaan yang baik, hasil tambang itu akan menambah pemasukan bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan potensi wisatanya.

Boleh jadi satu kali nanti, ke Mapia pun tak harus melalui Biak karena sayang melewatkan senja yang indah berlalu begitu saja di pesisir Sorendiweri.... (B Josie Susilo Hardianto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com