Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membangun Ekowisata Mandiri di Bahoi

Kompas.com - 04/09/2012, 12:41 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis

MANADO, KOMPAS.com - Sebuah kesadaran membangun desa berbasis ekowisata secara mandiri sukses dilakukan oleh masyarakat Desa Bahoi, Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara.

Dibangunnya Daerah Perlindungan Laut (DPL) sebagai upaya mengurangi kerusakan ekosistem pesisir menjadi kuncinya. Kelompok Pengelola DPL Bahoi mampu menyelamatkan kerusakan karang dan populasi ikan sejak 2002.

Sonny Tasidjawa dari lembaga Wildlife Conservation Society (WCS) Sulut mengatakan, Bahoi memiliki keindahan alam yang indah, sayang masyarakat tidak tergerak untuk menjaganya.

Maka sejak 2002, Sonny bersama rekan-rekan lainnya secara mandiri mendorong warga desa untuk sadar memperbaiki alamnya serta memanfaatkan potensi yang ada agar Bahoi menjadi desa wisata yang berbasis lingkungan serta dikerjakan secara mandiri.

Usaha dan kerja keras itu kini berhasil. Bahoi mampu menunjukkan eksistensinya serta mampu merubah perilaku masyarakat terhadap lingkungannya. Dari desa dengan lingkungan ekosistem yang rusak, kini Bahoi menjadi sebuah desa dengan konsep ekowisata berbasis partisipatif masyarakat.

Semua fasilitas wisata yang ada dikelola secara partisipatif. Tamu yang datang menginap ditampung di homestay yang tidak lain adalah rumah warga sendiri. Demikian pula dengan pemandu wisata, instruktur selam, operator boat, perajin handycrat, semuanya merupakan kelompok-kelompok kecil warga desa yang bekerja secara partisipatif. Bahkan untuk menu makanan pun, wisatawan disajikan langsung dari dapur warga.

Sonny menjelaskan, kunci keberhasilan Bahoi terletak dalam program pengelolaan yang dirancang secara khusus untuk pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. "Sistem dan model ini mampu beradaptasi dengan budaya dan kehidupan masyarakat desa, demikian pula dengan konsep pengelolaannya yang terdiri dari elemen yang ada di masyarakat itu sendiri," katanya.

Setelah Bahoi mampu menujukkan eksistensinya secara mandiri, beberapa pihak tergerak memberikan bantuan. Di antaranya melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Lingkungan Mandiri Pedesaan (PNPM-LMP) yang sudah beberapa kali memberikan support.

Bukan hanya ekowisatanya yang berhasil, tetapi DPL Bahoi pun kini menjadi contoh keberhasilan pemulihan kerusakan terumbu karang dan populasi ikan. "Dulu untuk menangkap ikan kami harus jauh ke laut, tetapi sekarang dengan jarak yang sangat dekatpun ikan tersedia melimpah," ujar Opa Hans, salah satu warga Bahoi.

DPL Bahoi mampu meningkatkan produksi perikanan, terutama ikan yang berasosiasi dengan terumbu karang. Lewat peraturan desa, masyarakat sepakat untuk melarang penangkapan ikan dengan alasan apapun di DPL yang secara fisik dibatasi dengan tanda.

Alhasil ikan berkembang biak secara bebas di terumbu karang yang terjaga, dan secara otomatis menyumbang populasi di sekitar DPL melalui pembiakkan secara alami. "Dari hasil survei terjadi peningkatan produksi ikan selama 5 tahun terakhir. dan yang membanggakan, dari sekitar 24 DPL yang ada di Sulut, DPL Bahoi merupakan DPL yang berjalan sebagaimana mestinya," jelas Sonny.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com