Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/10/2012, 20:22 WIB
|
EditorI Made Asdhiana

JAKARTA, KOMPAS.com – Pasar Eropa untuk wisata kapal pesiar mulai stagnan, sementara pasar Asia mulai meningkat. Sehingga, Asia bukan hanya sekadar sebagai destinasi tetapi juga sebagai pelanggan. “Pasar Asia yang dikejar. Karena Eropa sedang stagnan,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu saat jumpa pers di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Senin (1/10/2012).

Indonesia, lanjut Mari, saat ini tengah mengembangkan delapan pelabuhan untuk kapal-kapal besar yang langsung bisa merapat. Serta, tiga lagi pelabuhan untuk kapal-kapal besar yang harus lempar jangkar dan menuju pelabuhan mengunakan tender boat (kapal kecil). “Ini tersebar di seluruh Indonesia, jadi pelabuhan tidak hanya di Benoa (Bali),” kata Mari.

Wisata kapal pesiar di Indonesia, menurut Mari, begitu unik. Sebab, kapal pesiar yang masuk ke Indonesia bisa berupa kapal besar, kelas menengah, dan ekspedisi. Ekspedisi yang dimaksud adalah memungkinkan turis kapal pesiar menjelajahi tempat-tempat eksotis seperti Pulau Komodo di Manggarai Barat (NTT) dan Raja Ampat, Papua.

Pemaparan Mari merupakan hasil pertemuannya dengan berbagai pelaku industri kapal pesiar di Seatrade All Asia Cruise Convention di Shanghai, China, baru-baru ini. Permintaan akan kapal pesiar ke Indonesia mengalami pertumbuhan dengan cruise calls sebanyak 300 calls di 2013 atau meningkat 40 persen dibanding 2012.

Menurut Mari, beberapa pihak menanyakan mengenai cara-cara berinvestasi di pelabuhan maupun marina di Indonesia atau investasi di fasilitas yang terkait dengan kapal pesiar. Di antaranya adalah investor dari Turki. Sebab, tiga tahun belakangan Turki berhasil mengembangkan pelabuhan kapal pesiar.

“Kami juga tawarkan Mandalika (Lombok) dan Tanjung Lesung (Banten) sebagai integrated marina (marina terintegrasi), memang lebih kecil dari cruise port (pelabuhan untuk kapal pesiar) tetapi bisa ditawarkan ke mereka untuk investasi,” ungkap Mari.

Menurut Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia Didien Junaedy, jika berbicara wisata bahari di Indonesia, Indonesia menghadapi beberapa kendala. Misalnya, Indonesia tidak memiliki perusahaan super yacht yang bisa disewa oleh turis-turis kelas atas. “Kita juga tidak punya operator mancing yang profesional di Indonesia. Ini suatu tantangan yang harus kita bisa selesaikan,” ungkapnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+