Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batik Tanah Liek, Khas Minangkabau yang Liat

Kompas.com - 09/10/2012, 13:28 WIB

WARNA dasar kain yang tidak biasa, teduh dan memancarkan aura elegan, menjadi daya tarik utama batik tanah liek (liat) khas Minangkabau. Warna dasar yang cenderung krem atau coklat muda itu diperoleh dari hasil perendaman kain di dalam larutan cairan tanah liat.

Di atasnya beragam motif Minang dilukis dengan ketelitian tinggi yang tampak hidup dengan pewarna alami. Motif-motif tersebut biasanya diambil dari beragam jenis ukiran yang terdapat di rumah-rumah gadang.

Sebutlah, misalnya, motif itiak pulang patang, kaluak paku, atau gambar yang merujuk pada ikon Sumatera Barat seperti Jam Gadang di Bukittinggi dan Rumah Gadang dengan atap bagonjong. Motif-motif Minang yang dilukis pada kain itu punya makna filosofis tertentu.

Di antaranya motif kaluak paku kacang belimbing, anak dipangku kemenakan dibimbing, yang berarti keharusan agar orangtua menunaikan kewajibannya kepada anak dan keponakan sekaligus. Motif-motif tersebut dicanting atau diaplikasikan di atas kain dengan lilin (malam) yang didatangkan dari Pulau Jawa.

Prosesnya dimulai dengan perendaman kain dalam larutan cairan tanah liat selama dua hari. Dua hari berikutnya adalah proses canting dengan lilin atau malam. Selanjutnya diberikan pewarna alami dari getah beberapa jenis tanaman.

Misalnya saja yang terdapat di kulit rambutan dan kulit jengkol untuk warna hitam dan coklat, gambir untuk warna oranye, manggis untuk warna ungu, dan kunyit untuk warna kuning. Langkah terakhir, kain batik tanah liek lantas dikeringkan sebelum dipasarkan.

Baru populer

Namun, batik tanah liek relatif baru saja populer sebagai salah satu kekhasan dari Minangkabau dalam beberapa tahun terakhir. Pasalnya, hingga sekitar 18 tahun lalu batik tanah liek belum diketahui masyarakat umum.

Wirda Hanim, pemilik usaha batik tanah liek Citra Monalisa di Kota Padang, mengawali upaya memproduksi kembali batik tanah liek yang saat itu sudah mulai langka. Wirda ketika itu kerap mengikuti upacara adat di Sumanik, Kabupaten Tanah Datar, Sumbar.

Kini usaha Wirda telah membuahkan hasil. Dengan batik tanah liek yang dipasarkan seharga Rp 600.000 hingga Rp 1,4 juta per helai menembus pasar dengan meyakinkan.

Usaha batik tanah liek yang diupayakannya pun telah menyebar hingga ke sejumlah daerah di Sumbar. Salah seorang yang sempat mempelajari cara pembuatan batik tanah liek itu ialah Fitra Lusia.

Kini, dengan bendera usaha Rumah Kain Ayesha dan Batik Tanah Liek Inaaya, Fitra mempekerjakan 30 tenaga kerja. Sebagian besar perajin batik tanah liek itu merupakan ibu rumah tangga.

”Rata-rata setiap orang perajin bisa mendapat uang mulai dari Rp 1,2 juta hingga Rp 1,5 juta per bulan,” kata Fitra.

Yang menarik, pengerjaan kain-kain batik tanah liek itu dilakukan di rumah masing-masing. Perajin tinggal mengambil kain dan lilin lalu melakukan pembatikan di rumah sembari melakukan sejumlah pekerjaan domestik.  (Ingki Rinaldi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com