Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wow, Ada Sepuluh Macam Rasa Keripik Pisang

Kompas.com - 13/10/2012, 15:08 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

KOMPAS.com – Dulu, keripik singkong menjadi primadona oleh-oleh khas Lampung. Namun belakangan malah keripik pisang yang dicari-cari. Tak sekadar keripik pisang biasa, tetapi memiliki beragam rasa.

Mampir saja ke Sentra Industri Kripik Pisang di Jalan Pagar Alam, Sidodadi, Kecamatan Kedaton, Kota Bandar Lampung. Dari depan terdapat gapura yang menyiratkan pengunjung akan memasuki kawasan para pembuat keripik pisang. Di sepanjang jalan, baik di kanan dan kiri jalan, tampak pedagang keripik pisang.

Jejeran toples plastik berisi aneka rasa pisang. Masing-masing diberi tulisan rasanya. Sebut saja rasa cokelat, keju, melon, stroberi, hingga rasa yang umum seperti manis dan asin. Makin masuk, pengunjung bisa melihat rumah-rumah tempat pembuatan keripik pisang.

Salah satunya adalah Harianto. Pria ini mengawali ketenaran keripik pisang di Lampung. Awalnya, Jalan Pagar Alam ramai dengan pembuat dan pedagang keripik singkong. Ia ingin membuat sesuatu yang berbeda dengan mengolah pisang menjadi keripik.

Sampai kini pun, pengunjung bisa membeli keripik singkong selain juga keripik pisang yang tengah naik daun. Harianto menuturkan di tahun 2003 ia iseng-iseng mencoba membuat keripik pisang. Saat itu, hanya dua rasa yang ia buat, manis dan asin.

“Sekarang sudah ada sepuluh rasa, cokelat, keju, stroberi, melon, moka, sapi panggang, balado, jagung bakar, asin, manis. Yang terbaru rasa sapi panggang,” tuturnya.

Rasa cokelat dan rasa keju merupakan rasa paling dicari konsumen keripik pisang Harianto. Ia menceritakan keripik pisang menjadi terkenal di tahun 2006. Pemerintah setempat pun membuatkan gapura di depan Jalan Pagar Alam di tahun tersebut.

Sayangnya, tutur Harianto, perhatian pemerintah sebatas pembuatan gapura. Ia berharap pemerintah juga bisa membuatkan sebuah tempat sebagai pusat keripik pisang bagi para produsen keripik pisang di Jalan Pagar Alam.

“Kami ada sekitar 25 produsen keripik pisang dan 45 pedagang. Ada semacam kelompok usaha bersama. Sekarang ini acak-acakan, mencar. Inginnya kami dibuatkan tempat yang enak dan dijadikan satu untuk tempat berjualan,” katanya.

Keripik yang tebal

Berbeda dengan keripik pisang buatan produsen lainnya, keripik pisang buatan Harianto begitu tebal. Pisang setelah dikupas kemudian direndam sebentar untuk mengurangi getahnya. Setelah itu baru diserut di atas tampah.

Potongan pisang kemudian digoreng di atas wajan besar. Alat masaknya masih tradisional, yaitu tidak menggunakan gas melainkan menggunakan kompor dari kayu bakar. Kompor besar itu pun dilengkapi cerobong asap.

“Biayanya lebih murah kalau pakai kayu bakar. Yang biasa saya pakai adalah kayu bakar dari pohon kopi. Rasa yang dihasilkan juga beda, aromanya lebih enak kalau digoreng pakai kayu bakar,” kata Harianto.

Setelah digoreng dan ditiriskan, pisang kembali digoreng. Ya, pisang melalui dua kali proses penggorengan sebab potongan pisang yang begitu tebal. Jika sekali saja digorengnya, maka pisang tidak benar-benar matang dan garing.

Pada gorengan kedua, pisang sebelumnya direndam di air gula. Saat digoreng pertama kali, pisang yang dihasilkan masih tawar. Harianto sengaja membuat pisang manis terlebih dahulu, agar tanpa rasa pun, keripik yang dihasilkan sudah enak.

Setelah selesai digoreng, pisang kemudian diberikan perasa dalam bentuk bubuk. Dalam sebulan, Harianto bisa menggoreng empat ratus hingga enam ratus kilogram pisang. Jika tertarik menikmati keripik pisang buatan Harianto, bisa mampir ke toko Keripik Lateb Jaya.

Toko Keripik Lateb Jaya berada di Jalan Pagar Alam (Gang PU), Gang Griya Sejahtera. Anda bisa membeli keripik pisang seharga Rp 12.000 per seperempat kilogram. Selain membeli keripik pisang, jika Anda datang di pagi hari sekitar jam 08.00, Anda bisa melihat langsung proses pembuatan keripik pisang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com