Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berburu Lodek di Pulau Nusa Penida

Kompas.com - 16/10/2012, 17:42 WIB

Oleh Ayu Sulistyowati

Ketika menapakkan kaki di Pulau Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali, bau rumput laut pun menyeruak ke hidung. Tidak berapa lama, bau itu berganti bau anyir ikan laut. Tetapi, tidak hanya rumput laut dan ikan laut yang akan didapati, Cepuk dan Ledok pun bisa bikin penasaran, dan timbul rasa rindu ingin kembali.

Nusa Penida merupakan bagian dari Kabupaten Klungkung (warga biasa menyebutnya daratan) dengan potensi perikanan laut. Panjang pantainya sekitar 90 kilometer (km) yang terdapat di daratan 20 km dan Nusa Penida 70 km.

Permukaan tanah pada umumnya tidak rata, bergelombang karena sebagian besar berupa bukit-bukit terjal yang kering dan tandus. Bukit tertinggi bernama Mundi yang terletak di Kecamatan Nusa Penida, dan di bukit itu pula terdapat sembilan unit kincir angin sebagai pembangkit listrik tenaga angin (PLTA). Akan tetapi, sebagian besar kincir-kincir itu tak berfungsi.

Meski Nusa Penida kaya dengan wisata airnya, pulau ini sama sekali tidak memiliki sumber air seperti sungai. Warga pun mengandalkan penampungan air hujan dan beberapa sumur bor.

Jumlah warga Nusa Penida tercatat lebih dari 5.000 keluarga. Menuju pulau ini bisa ditempuh empat lokasi, yaitu Pelabuhan Benoa (Kota Denpasar) dengan menumpang kapal Quiksilver/Balihai dengan membayar sekitar Rp 600.000 per orang, kapal dari Pantai Sanur (Kota Denpasar) dan jukung dari Pantai Kusamba (Kabupaten Klungkung). Beberapa tahun belakangan Klungkung memiliki kapal roro. Harga tiket untuk kapal atau jukung sekitar Rp 30.000 per orang dengan jarak tempuhnya sekitar dua jam.

Mata pencarian warga setempat sebagian besar adalah sektor pertanian serta perikanan. Rumput laut pun menjadi salah satu kebanggaan mereka karena beberapa penelitian rumput laut di Nusa Penida berhasil bagus.

Karena mengandalkan pertanian dengan sistem tadah hujan dan tanaman yang tak memerlukan banyak air, padi bukan menjadi komoditas utama. Jagung serta umbi-umbian menjadi andalannya. Satu santapan yang terkenal dari Nusa Penida adalah lodek!

Lodek adalah makanan dari jagung, ketela, serta kacang-kacangan yang direbus, kemudian diaduk hingga menjadi seperti bubur. Bumbunya hanya bawang, garam, sedikit gula, serta daun salam. Tapi rasanya, hmmmm... tak menyangka itu dari jagung karena mirip bubur nasi.

Jagungnya ditumbuk dahulu sebelum dimasak untuk mengurangi kulit kuningnya. Selanjutnya, lodek lebih nikmat jika makannya dilengkapi sayuran bayam rebus, daging ayam sisir goreng, abon ikan laut, ditaburi kacang mentik, irisan daun seledri, serta bawang goreng. Terakhir, diberi sentuhan bumbu kacang. Nikmat karena ini benar-benar makanan khas Nusa Penida. Jarang sekali warga setempat menjualnya secara bebas. Mereka baru akan membuat jika ada pesanan.

Beragam pesona

Tak cuma mata yang dimanja oleh pesona alam, tapi lidah pun benar-benar dimanja di Nusa Penida. Pesona pulau ini semakin menarik dengan balutan kain tenun ikat Cepuk. Kain Cepuk memiliki khas pada motifnya, terutama segi enam, atau bela ketupat meski sekilas mirip Endek yang di Klungkung.

Harganya terjangkau, yakni minimal Rp 150.000 per lembar untuk ukuran panjang 200 sentimeter dan lebar 80 sentimeter. Lima tahun terakhir, perempuan-perempuan Nusa Penida menghidupkannya lagi, sebab kian banyak diminati wisatawan. Harganya pun melambung dari Rp 16.000 dengan ukuran sama saat puluhan tahun lalu sebelum sempat langka.

Soal rohani juga ada di Nusa Penida, sehingga bisa menjadi wisata spiritual. Ada Pura Dalem Ped dan Pura Goa Giri Putri. Kedua tempat sembahyang ini pun unik, terutama di Goa Giri Putri. Siapa pun yang masuk harus melalui lubang yang cukup satu badan untuk memasuki areal goa yang lebih luas. Ini menandakan masuknya badan ke rahim ibu dan pintu keluarnya diidentikan siapa pun yang usai sembahyang menjadi seperti terlahir kembali.

Itulah Nusa Penida, alamnya sungguh menawan, tetapi masih kurang sentuhan infrastruktur yang baik. Bupati Klungkung I Wayan Candra mengakui belum sepenuhnya bisa membangun infrastruktur di Pulau Nusa Penida. Menurut dia, tidak mudah membiayai sendiri pembangunan di pulau itu selain sokongan investor nasional dan asing. Alasannya, masalah yang dihadapi cukup kompleks dan membutuhkan waktu untuk mempersiapkan sumber daya manusia di pulau tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com