Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Secuil Nuansa Surga di Guci Tegal

Kompas.com - 17/10/2012, 13:20 WIB

Oleh Winarto Herusansono

AIR panas alami Guci, sebagai daerah wisata di lereng Gunung Slamet, Jawa Tengah, terletak pada ketinggian sekitar 1.500 meter di atas permukaan laut. Selama ini, wisatawan yang berkunjung ke Guci tertarik pada dua hal, yakni air panas alami serta suasana alamnya yang sejuk dengan udara dingin.

Kawasan wisata seluas 125 hektar ini, yang lokasinya mirip sendok, berada di sebuah jalan buntu di Kampung Guci, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, atau sekitar 47 kilometer dari Kota Tegal. Obyek wisata ini memiliki air terjun dan sumber mata air panas yang mengalir deras di beberapa anak sungai.

”Ibarat hikayat surga selalu mengalir sungai di bawahnya. Rasanya Guci ini seperti secuil surga yang terlempar ke bumi,” kata Ny Ikmah, warga Tegal yang selalu menyempatkan berwisata ke Guci setiap Idul Fitri.

Air beberapa sungai dan anak sungai di Guci memang jernih. Sebuah keistimewaan, airnya panas alami. Kondisi ini jadi andalan. Lazimnya air panas bumi mengandung belerang. Namun, air panas di Guci justru bersih. Air panas itu terasa kontras dipadukan dengan suhu rata-rata udara di kawasan itu yang selalu kurang dari 20 derajat celsius.

Air panas itu mengalir dari sumber air, antara lain yang dinamai Jedor, Sigedong, Pengantian, Kembar, Capit Urang, Sengang, Konyal, Kesepuhan, Pengasihan, dan Teyeng. Sumber air atau tuk itu terpelihara sehingga meski kemarau, airnya masih mengalir jernih.

Dari sejumlah lokasi pemandian air panas, terdapat lokasi favorit wisatawan, yaitu kolam alami pancuran 13, pancuran 7, dan pancuran 5. Lokasi ketiga pancuran ini berdekatan di bawah Air Terjun Sigedong dan Kembar.

”Keluarga kami lebih suka mandi di pancuran yang alamnya terbuka. Anak-anak paling suka mandi seolah di sungai, airnya mengalir deras. Mereka puas bermain air tanpa takut kedinginan,” kata Kuncoro, warga Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, yang beberapa saat lalu ditemui tengah berwisata bersama keluarga di Guci.

Walau dini hari, Kuncoro tak ragu mengajak dua anaknya, Hanif dan Nurul, mandi di kolam pancuran 13. Banyak wisatawan lain juga melakukan hal yang sama. Jarak kolam pancuran dengan hotel tempat wisatawan menginap itu hanya sekitar 500 meter. Seiring kabut turun, air panas di kolam itu langsung menghangatkan badan.

Wisatawan yang ingin privasi dapat mandi di pemandian kamar tertutup, dengan membayar Rp 5.000 untuk durasi 30 menit. ”Pengunjung yang mandi di kamar tertutup diseleksi. Mereka yang menderita asma dan sakit jantung dilarang,” jelas Karno, pegawai di Kompleks Wisata Guci.

Berkah dari Kendi Sunan

Air panas di Guci memberikan berkah bagi warga sekitar dan juga Pemerintah Kabupaten Tegal. Dalam setahun, obyek wisata ini memberikan pendapatan daerah sekitar Rp 2 miliar. Hasil ini dari kunjungan sekitar 22.000 wisatawan per bulan.

Seiring wisata Guci yang ramai, tentu juga mendorong ekonomi warga setempat. Misalnya, usaha Ny Ika dengan mengelola pondok wisata, rumah yang disewakan setelah mendapat izin usaha dari Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Guci, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tegal. Pondokan disewakan Rp 400.000 per malam. Pada akhir pekan, tarif pondokan itu naik 30 persen.

Air panas di Guci diyakini wisatawan amat baik untuk terapi menghilangkan nyeri atau penyakit kulit. ”Dari cerita turun-temurun, khasiat air panas Guci ini tiada lain berkah dari doa Sunan Gunungjati,” kata Zaenal, warga setempat.

Lokasi ini semula bernama Kampung Keputihan atau tempat belum terjamah. Suatu ketika, di kampung ini terjadi paceklik, bencana. Berbagai penyakit menyerang warganya. Tanaman pun diserbu hama. Datanglah Syekh Elang Sutajaya, utusan Sunan Gunungjati dari Gunungjati, Cirebon, Jawa Barat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com