Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benteng Lohayong, Cikal Bakal Misi Portugis di Flores

Kompas.com - 22/10/2012, 20:37 WIB

BONGKAHAN beton berusia 500-an tahun berserakan di tebing sampai bergelantungan di bibir pantai, mengisyaratkan ketidakpedulian pemerintah dan masyarakat sekitar terhadap benteng yang dibangun Portugis pada 1555-1603 itu. Misi Katolik Portugis di daratan Flores dan sekitarnya berawal dari benteng itu. Benteng itu disebut ”Port Henricus XVII”, merupakan bagian dari ziarah religius ”Semana Santa” di Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.

Benteng terletak sekitar 20 meter dari bibir pantai di ujung barat Desa Lohayong, Flores Timur, dengan ketinggian sekitar 50 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dari bekas reruntuhan benteng dapat dipantau secara jelas kapal dan perahu layar yang melintas di Selat Solor, antara Pulau Solor dan Pulau Adonara, Flores Timur.

Sebuah meriam peninggalan Portugis yang tertutup semak belukar tergeletak persis di tepi tebing dengan moncong mengarah Selat Solor, yang biasa dilalui kapal-kapal asing zaman dulu. Meriam yang lain mengarah ke timur dan barat. Di bagian barat benteng itu tumbuh sebuah pohon beringin dengan akar bergelantungan.

Nie Kolin (81), penutur lisan sejarah Solor di Desa Kawatung, pekan lalu, mengatakan, sampai 1850-an, kawasan benteng Portugis itu disebut kota. Sebab, waktu itu hanya wilayah itu yang memiliki fasilitas permukiman yang cukup lengkap dengan pelabuhan laut yang masih layak disinggahi kapal atau perahu. Semuanya dibangun Portugis.

Pelabuhan itu digunakan saudagar Portugis untuk mengangkut kayu cendana dan gaharu dari Pulau Solor. Setiap bulan sebuah perahu mendarat di pelabuhan itu. Kayu itu diperoleh dari hutan sekitar.

Penduduk lokal masih primitif, percaya akan hal-hal mitis-magis. Mereka tidak mudah menerima ajaran baru yang diajarkan Portugis. Mereka pun tidak berani menempati pantai itu karena takut terhadap serangan musuh. Zaman itu kehidupan suku-suku saling serang. Mereka membangun permukiman di bukit atau ketinggian agar tidak mudah dijangkau musuh.

Nelayan dari luar

Tahun 1870-an, Lohayong diduduki nelayan dari luar. Mereka memanfaatkan sebuah pelabuhan yang ditinggalkan Portugis yang masih tampak layak untuk pendaratan perahu dan hasil tangkapan.

”Cerita ini diceritakan oleh ayah yang mendapat cerita dari kakek. Tentu kakek juga mendapat cerita dari moyang dan seterusnya. Ada tujuh atau delapan turunan dari suku Kolin yang memiliki cerita ini,” kata Nie.

Penduduk asli Solor memiliki marga (suku), antara lain, Kolin, Herin, Hayon, Tukan, Kaha, dan Kroon. Kini, mereka menyebar di seluruh daratan Pulau Solor dan di luar Solor, seperti Pulau Adonara, Lembata, dan daratan Flores. Suku Kolin sebagai pemegang sabda, ajaran, juru bicara, dan penutur sejarah. Koten sebagai pimpinan pemerintahan dan suku lainnya berperan sebagai warga biasa.

Tidak banyak literatur yang menjelaskan kehadiran benteng tersebut, termasuk tahun pembangunan, dimulai oleh siapa, serta dari mana Portugis mendapatkan pasir dan semen.

Antropolog Jerman, Paul Arndt (1886-1962), antara lain, menyebutkan benteng itu didirikan 1555-1603 dibawa kekuasaan raja Portugis Henricus XVII sehingga disebut juga ”Port Henricus”. Di dalam benteng terdapat sebuah katakombe dengan satu unit kamar yang belum bisa dibuka sampai hari ini.

Misi Katolik di Flores dan Timor dimulai dari Solor sehingga dalam literatur tua gereja Katolik disebutkan ”Misi Solor”. Sebutan ini diperkuat dengan sejumlah peta tua tentang pulau-pulau di ujung timur Flores, disebut Kepulauan Solor dan Selat Solor. Padahal, Solor jauh lebih kecil (tiga kecamatan) dibandingkan dengan Pulau Adonara (tujuh kecamatan) dan Pulau Lembata (14 kecamatan).

Meninggalkan benteng

Sekretaris Daerah Flores Timur Anton Matutina mengatakan, sekitar tahun 1600, Portugis meninggalkan benteng itu karena terus mendapat serangan dari penduduk lokal, yang masih primitif. Portugis kemudian bergeser ke Larantuka dan sebagian melanjutkan perjalanan ke Sikka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com