Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benteng Lohayong, Cikal Bakal Misi Portugis di Flores

Kompas.com - 22/10/2012, 20:37 WIB

Mengenai penduduk yang sedang berdiam di Lohayong saat ini, ia mengatakan, mereka itu datang kemudian dengan status sebagai nelayan. Mereka memanfaatkan sebuah dermaga yang dibangun Portugis dan masih layak dipakai sampai 1800-an.

Kepala Desa Lohayong II Thahir Kasim mengatakan, benteng itu berukuran 52 x 36 meter. Didirikan bangsa Portugis sekitar 1557 bertujuan melindungi diri dari serangan penduduk lokal yang telah menganut agama Islam.

”Kalau Belanda mengusir Portugis tentu penduduk di Lohayong ini beragama Protestan, tetapi faktanya menganut agama Islam. Siapa yang mengusir Portugis dari Lohayong, kita akan diskusi bersama ahli sejarah dan sejumlah tokoh Katolik tentang hal ini untuk mencari kebenaran sejarah,” kata Thahir.

Peziarah ”Semana Santa”

Sekretaris Desa Lohayong II Abdullah Imran menuturkan, setiap tahun, sekitar 500 orang mengunjungi benteng itu. Mereka kebanyakan peziarah ”Semana Santa”, Jumat Agung di Larantuka, dan para turis mancanegara.

Sesuai peraturan Desa Lohayog, pengunjung dikenai pungutan Rp 25.000 per pengunjung lokal dan Rp 100.000 per pengunjung asing. Namun, Imran tidak menjelaskan manfaat pungutan itu. Kondisi benteng sendiri dalam keadaan hancur, porak poranda.

Banyak peneliti benteng heran dengan kondisi reruntuhan benteng. Meski campuran beton sudah 500-an tahun silam, bongkahan beton itu tidak mudah hancur. Pasir dan semen atau campuran bahan memiliki cekatan (rekatan) yang sangat kuat.

”Peneliti dari Jerman coba menguyah campuran itu untuk mengetahui apakah terasa asin atau tidak, tetapi rasanya biasa saja. Mereka bahkan membawa sedikit campuran ke negara asal untuk penelitian lebih lanjut,” kata Imran.

Nilai religius

Putra Solor yang juga Pastor Paroki Baniona, Rm Silvester Siku Pr, mengatakan, benteng Henricus di Lohayong merupakan salah satu peninggalan Portugis yang diyakini sebagai tempat bersejarah yang memiliki nilai religius. Di dalam benteng itu sekitar delapan pastor dari kongregasi Dominikan dibunuh penduduk asli. Mereka adalah martir dalam mewartakan agama Katolik.

Benteng ini sebagai bagian dari rangkaian ziarah rohani ”Semana Santa”, Jumat Agung di Larantuka, selain gereja tua di Wure, Adonara. Sangat disayangkan kalau benteng itu berada di lokasi yang tidak nyaman bagi para peziarah.

”Mempertahankan Misi Solor sebagai cikal bakal agama Katolik tumbuh dan berkembang di seluruh daratan Flores sampai Timor Leste, sebaiknya dibangun sebuah taman doa rohani di Solor. Para peziarah diarahkan ke tempat itu,” kata Silvester.  (KORNELIS KEWA AMA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com