Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Noken Asal Biak Terancam Punah

Kompas.com - 23/10/2012, 16:41 WIB

JAYAPURA, KOMPAS.com - Peneliti dari Balai Arkeologi Jayapura, Papua, Hari Suroto mengungkapkan noken asal Kabupaten Biak yang dibuat dari anyaman daun pandan dan kulit kayu terancam punah karena jumlah perajinnya semakin berkurang.

Menurut Hari di Jayapura, Selasa (23/10/2012), noken dapat dikategorikan sebagai warisan budaya tak benda yang menurut Konvensi UNESCO pada 2003 warisan budaya tak benda meliputi meliputi segala praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, dan keterampilan. "Noken ini warisan budaya tak benda," katanya.

Hari mengatakan, warisan budaya tak benda dikenal lebih akrab sebagai warisan budaya hidup. Warisan budaya tak benda diekspresikan dalam lima domain, pertama, tradisi dan ekspresi lisan, termasuk bahasa sebagai wahana warisan budaya tak benda.

Kedua, seni pertunjukan. Ketiga, adat istiadat masyarakat, ritus, dan perayaan-perayaan. Keempat, pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta, dan kelima, kemahiran kerajinan tradisional. "Nah, para perajin yang membuat noken Biak yang biasanya dari anyaman daun pandan dan dari kulit kayu sudah mulai mengganti bahan tersebut dari nilon atau bahan praktis lainya," katanya.

Noken merupakan kerajinan tangan para perajin dari bahan asli alam Papua, sebagai jati diri masyarakat Papua. Noken mulai menuju kepunahan dan generasi muda tidak mengenal untuk meneruskan budaya noken. Ada kecenderungan masyarakat Papua sangat jarang membuat noken asli dan akhirnya melupakannya.

"Noken dalam bahasa Biak disebut dengan ’inokson atau inoken’. Noken suku Biak dibuat di Kampung Bosnik, Biak Timur, yang mana perajin noken di Kampung Bosni, mama-mama sudah lanjut usia dan telah mulai berkurang. Mereka terdiri dari empat orang perajin noken daun pandan dan tiga orang perajin noken kulit kayu," katanya.

"Tambah lagi generasi muda Kampung Bosnik tidak tertarik membuat noken, selain itu bahan baku asli kulit pohon dan daun pandan mulai ditinggalkan diganti dengan benang nylon dan benang manila," lanjutnya.

Guna menyelamatkan keberadaannya, noken perlu dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah sebagai muatan lokal atau ekstrakurikuler, perlu pelatihan membuat noken, perlu revitalisasi fungsi noken di dalam masyarakat dan promosi noken oleh pemerintah daerah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com