Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Dia Kota Berbau Uang!

Kompas.com - 24/10/2012, 08:30 WIB

Pemandangan yang rapat dan padat akan warna-warni, oleh payung pelindung matahari dan handuk pantai pengunjung. Tak jauh dari pantainya, berjejer beberapa kafe dan restoran. Soal harga, sudah bisa ditebak, lumayan mahal kalau menurut ukuran keuangan saya. Tapi memang menghirup secangkir kopi pahit sambil memandang laut tak berhujung, merupakan sebuah kenikmatan.

Dari pantai memang yang terlihat pertama kali adalah sebuah bangunan besar. Setelah saya dekati rupanya merupakan kasino. Tempat para manusia yang senang beradu keberuntungan. Jika beruntung, keluar bangunan itu, kantung akan lebih tebal, jika apes, meratap tentunya.

Ahhh... apa mungkin karena kasino inilah yang membuat kota Biarritz terkenal dengan sebutan kota berbau uang?

Untuk lebih jelasnya, saya pun melangkah memasuki tempat informasi turis, ditemani oleh Kang Dadang alias David dan dua anak kami.

Saya pun menjelaskan maksud kedatangan dengan menunjukkan kartu pers saya. Akhirnya seorang wanita berjas hitam keluar menemui saya untuk berbincang mengenai kota yang sedang saya datangi itu.

Hal ini sangat saya hargai, karena biasanya, pegawai di kantor wisata, hanya memberi saya berkas-berkas, khusus wartawan dimana segala informasi bisa saya dapatkan.

Mengapa disebut kota uang? Itulah pertanyaan yang keluar pertama kali karena dari tadi sudah menggelitik kerongkongan saya.

"Sebenarnya istilah Biarritz Kota Uang terdengar sedikit negatif," begitu tutur wanita yang ada di hadapan saya.

Hanya hal itu memang dipengaruhi beberapa faktor. Dimulai pada abad ke 18, kota Biarritz yang memiliki keindahan pantai dari ombaknya Samudra Atlantik ini dipilih oleh kalangan medis untuk terapi air.

Aneh sekali, terapi awalnya adalah bagi mereka yang mengalami gangguan jiwa. Tubuh mereka diselamkan dalam air, dengan harapan kencangnya ombak bisa membuat shock pikiran dan kembali menjadi normal. Sayangnya, bukannya jadi sembuh, yang ada malah banyak yang tenggelam dan kehilangan nyawa.

Barulah tahun 1800, resor terapi air ini berubah sebagai tempat untuk meditasi agar tubuh menjadi rileks. Dan delapan tahun kemudian, Napoleon  I dan istrinya Joéphine datang ke kota resor pantai itu, untuk menemani kakak mereka yang menjalani terapi, yang membuat keduanya berdiam selama beberapa bulan.

Kisah cinta Napoleon III dengan permaisuri, María Eugenia Ignacia Augustina, keturunan Spanyol di Biarritz ini juga membuat kota ini terkenal dengan sebutan ‘Ratu Pantai dan Pantai Raja’.  Pasangan tersebut selama kurun waktu 14 tahun kerap kembali ke kota ini untuk berlibur.

Tidak hanya Raja dan Ratu Perancis saja yang memilih kota ini sebagai tempat berlibur untuk membuat tubuh menjadi rileks, beberapa raja dan ratu dari negara lainnya turut memilih kota ini untuk menghabiskan masa istirahat mereka. Kalangan bangsawan dari mancanegara pun tergoda untuk mencoba memilih fasilitas mewah yang ditawarkan oleh resor pantai di sini.

Zaman dahulu, belum ada peraturan cuti dibayar. Maka, hanya mereka yang memiliki uang banyak yang bisa menikmati liburan, tanpa pusing memikirkan gaji mereka akan berkurang akibat tak bekerja. Dan di kota Biarritz inilah kebanyakan para kaum borjuis yang datang menikmati vakansi di resor pantai ini untuk berselancar, melepas keletihan tubuh dengan pelayanan perawatan badan atau hanya sekadar berjemur sambil menikmati minuman koktail.

"Tapi mengapa di kota ini dan sekitarnya? Kan banyak kota lainnya yang juga memiliki panorama rupawan lengkap dengan pantai dan lautnya yang memikat?" tanya saya penasaran.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com