Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Secangkir Kopi

Kompas.com - 27/10/2012, 15:03 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

KOMPAS.com – Secangkir kopi selalu memberi efek magis bagi penikmatnya. Sebuah stimulan untuk memberi semangat di hari yang melelahkan. Sebuah kedai kopi bernama La Tazza yang berada di Electronic Center di SCBD, Jakarta, menghadirkan cita rasa kopi Indonesia dalam balutan racikan modern.

La Tazza sendiri dari Bahasa Italia yang berarti ”cangkir”. Dalam secangkir kopi yang sederhana ternyata kaya akan cerita. Heri Setiadi, General Manager La Tazza, pun menunjukkan cerita itu melalui cupping atau mencicipi dan mengenali kopi secara blind tasting alias tanpa diberitahu sebelumnya asal-usul kopi tersebut.

Ya, asal suatu kopi bisa dikenali hanya dengan bantuan lidah dan hidung. Tentu perlu pengalaman dan keahlian khusus untuk benar-benar jago mengenali kopi mengandalkan indera perasa dan penciuman.

Beberapa cangkir kecil berisi kopi dijejerkan di atas meja. Lalu setiap kopi diseduh dengan air panas dengan suhu 96 derajat. Berikutnya, ditunggu selama sekitar lima menit. Setelah itu mulai mencicipi kopi. Kopi diseruput dengan cepat agar langsung menyebar terutama di pangkal lidah.

Acara semakin menarik ketika saya harus memperkirakan asal masing-masing kopi. Ada sekitar 10 kopi yang disajikan. Rasa asam yang kuat memudahkan orang untuk menebak Kopi Toraja, jenis arabika yang memang berciri khas pada rasa asam yang kuat.

Selain kopi Toraja, ada kopi Lintong, kopi Gayo, kopi Kintamani, kopi Flores, kopi Jawa, hingga kopi Papua. Saat itu, Heri juga ”iseng” menyuguhkan kopi dari Ethiopia untuk membedakan karakter aroma, flavor (rasa), acidity (tingkat keasaman), dan aftertaste (rasa tertinggal).

Masing-masing kopi seakan mencerminkan asal-usul kopi itu berasal. Seperti kopi Kintamani yang selintasan tercium aroma jeruk dan rasa asam jeruk. Menurut Heri, kopi Kintamani yang ia sajikan berasal dari kopi yang ditanam berdampingan dengan jeruk.

Heri ingin memperkenalkan kopi terutama kopi Indonesia kepada siapa pun yang ingin belajar. Oleh karena itu, La Tazza sendiri sudah beberapa kali menjadi tempat acara cupping bagi beberapa komunitas.

”Bisa saja kalau komunitas yang dibuatkan acara cupping di La Tazza,” katanya.

Tak sekadar acara icip-icip, Heri juga tak pelit berbagi ilmu mengenai kopi. Termasuk karakter kopi dari berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, ia juga piawai menjelaskan penggunaan alat pembuat kopi. Sehingga, pengunjung bisa membeli sendiri pembuat kopi dan menggunakannya di rumah.

Di La Tazza dijual pula pembuat kopi berbagai jenis seperti siphon dan french press. Pengunjung juga bisa membeli biji kopi di tempat ini dan minta langsung untuk digiling. Sehingga, kopi segar bisa dinikmati setiap hari di rumah.

Jika mampir di La Tazza, Anda bisa memesan kopi blend racikan La Tazza yang dibuat dengan mesin espresso. Namun, bila Anda termasuk penggemar kopi yang ringan, bisa minta dibuatkan dengan siphon, coffee dripper, ataupun french press.

”Kalau menggunakan siphon, karena menggunakan air dengan suhu 100 derajat, ada beberapa karakter kopi yang hilang. Ini brewing (menyeduh) kopi dengan teknik air mendidih,” jelas Heri.

La Tazza sendiri sudah ada sejak tahun 2000, jauh sebelum kedai kopi menjadi tren di Jakarta. Kedai pertamanya ada di Mal Ambassador. Sementara kedai kopi di SCBD buka di tahun 2008 dan menempati tempat yang lebih luas.

Karena kedai kopi ini berada di wilayah kantor, cocoklah menjadi penutup di sore hari. Selepas kerja, menikmati secangkir kopi panas ditemani camilan sederhana seperti pisang goreng. Ya, walau terkesan ”bule”, La Tazza tetap menyediakan camilan khas Indonesia seperti pisang goreng. Nikmat...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com