Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelusuri Sejarah Timah di Museum Timah

Kompas.com - 02/11/2012, 14:10 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

KOMPAS.com — Jika berbicara mengenai sejarah penambangan timah di Indonesia, sepatutnya melirik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dua pulau besar di provinsi ini, Pulau Bangka dan Pulau Belitung, menjadi kawasan tambang timah, jauh sebelum Indonesia merdeka.

Sejarah itu berlanjut hingga di masa kemerdekaan Indonesia. Sebuah film yang diangkat dari buku fenomenal Laskar Pelangi seperti menyingkap masa-masa kejayaan tambang timah di Pulau Belitung. Untuk lebih mengenal sejarah tersebut, Museum Timah yang berada di Pangkal Pinang, Pulau Bangka, bisa menjadi rujukan.

Di museum ini, pengunjung bisa mengetahui sejarah penambangan timah yang dimulai sejak abad ke-17 di masa Kesultanan Palembang. Kolonial Belanda kemudian mengambil alih penguasaan penambangan timah. Tak heran di Kota Pangkal Pinang mudah ditemukan rumah-rumah berarsitektur Belanda yang dahulunya merupakan kediaman pekerja asal Belanda.

Barulah saat kemerdekaan Indonesia, tambang-tambang timah milik pihak swasta dari Belanda dinasionalisasikan oleh Pemerintah Indonesia. Di tahun 1962 dimulai Proyek Peleburan Timah yang berlokasi di Mentok yang berada di Bangka Tengah.

Di museum, pengunjung bisa melihat benda-benda peninggalan yang berkaitan dengan aktivitas penambangan timah. Uniknya, banyak pula benda-benda tradisional yang digunakan untuk penambangan.

Misalnya centong air kayu yang digunakan kuli tambang timah untuk menciduk air dan biji timah. Alat ini digunakan di tahun 1700-an. Lalu, benda "jadul" lainnya ada pula belincong yang terbuat dari kayu dan batu yang digunakan untuk menambang timah.

Sementara benda peninggalan di masa kolonial Belanda seperti cetakan balok timah dan stempel balok timah milik Mijnbow Maatschappij Biliton (GMB). Stempel ini berfungsi untuk memberi merek pada balok timah produksi produksi GMB.

Beberapa foto jadul juga menampilkan sejarah panjang timah di Bangka dan Belitung. Salah satu yang selalu menarik perhatian pengunjung adalah gambar suasana dan kondisi penambangan timah di masa kolonial Belanda.

Dalam gambar tersebut tampak mandor asal Belanda mengawasi kuli-kuli kontrak yang didatangkan dari dataran China. Di masa itu, penggalian timah dilakukan dengan tenaga manusia secara manual. Gambar yang besar dan memenuhi salah satu dinding museum itu sering kali menjadi obyek foto para pengunjung museum.

Di museum ini, pengunjung juga bisa mengenali timah-timah hasil galian dan batu galian lainnya yang ikut tergali seperti kristal kuarsa. Adapun di bagian depan museum terdapat lokomotif pengangut timah.

Gedung museum tersebut sendiri bernilai historis karena pernah menjadi lokasi perundingan Komisi Tiga Negara yang berujung pada penyerahan kedaulatan Republik Indonesia pada Desember 1949. Sebelumnya, gedung tersebut merupakan rumah dinas pejabat dari perusahaan tambang asal Belanda, Banka Tin Winning (BTW).

Museum tersebut diresmikan ahun 1997 dan berlokasi di Jalan Jenderal Achmad Yani, Pangkal Pinang. Sangat menarik untuk menelusuri sejarah panjang dari sebongkah timah di Pulau Bangka dan Belitung.

Timah di kedua pulau ini ibarat gadis perawan incaran para bujang. Dicari sejak masa kesultanan Palembang, dieskploitasi di masa Belanda, diperebutkan oleh Raffles di masa kolonial Inggris, hingga ke masa Indonesia menjadi sebuah negara.

Konon, timah masih banyak di tanah Bangka Belitung. Bahkan, beberapa orang pernah berkata di tanah di bawah museum timah bisa jadi masih mengandung timah, walau bukan dalam jumlah banyak hingga sampai perlu dieksplorasi. 

 

Ikuti ulasan wisata di Pulau Bangka di topik:
Weekend Yuk! Ke Bangka

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com