Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menonton Tari Api nan Magis

Kompas.com - 11/11/2012, 12:10 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

KOMPAS.com – Malam hari, ketika Kuta dan sekitarnya menawarkan musik-musik ala Barat yang mengajak penontonnya melantai dan bergoyang seirama dengan musik, Ubud sebaliknya. Saat malam memeluk Ubud, saatnya para penonton dengan khidmat menonton tari-tari tradisional Bali.

Ada beberapa sanggar tari yang secara rutin menampilkan tari-tarian tradisional kepada turis-turis yang tengah melancong ke Ubud. Biasanya pentas di malam hari, mulai dari jam tujuh malam. Pura Penataran Kloncing, menjadi salah satu lokasi untuk menonton pertunjukan tari.

Pertunjukan tiga tari dikemas menjadi sebuah tontonan yang begitu magis. Sanggar tari Trena Jenggala menyebutnya sebagai pertunjukan “Kecak and Fire Dance”. Setiap penonton dikenakan tiket sebesar Rp 75.000.

Tiga tarian yang ditampilkan adalah Tari Kecak, Sanghyang Dedari, dan Sanghyang Jaran. Dua tarian terakhir yang disebut sebenarnya tarian sakral yang biasa dipentaskan hanya untuk upacara-upacara keagamaan.

Oleh karena itu, tarian untuk kebutuhan wisatawan mengalami modifikasi. Tentu saja, beberapa ritual suci sebelum, selama, dan sesudah pertunjukan tetap dilakukan. Apalagi tempat pertunjukan bertempat di  area pura yang sakral.

Suasana panggung yang gelap, hanya diterangi sinar dari obor, seakan membangun suasana magis kepada penonton. Para penonton duduk melingkari area pertunjukan. Hening selaras dengan temaram nuansa yang dibangun.

Pertunjukan pertama yaitu Tari Kecak pun dimulai. Laki-laki dewasa dengan kompak mengeluarkan suara “cak” bersahut-sahutan yang harmonis, mengiringi tarian yang diangkat dari kisah Ramayana. Awal kisah dimulai saat Rama, Sita, dan Laksamana bertemu kijang mas di hutan.

Sita pun meminta Rama untuk menangkap kijang itu. Namun, saat Rama dan Laksamana pergi menangkap kijang, Rahwana berhasil menculik Sita.

Adegan berikutnya adalah Sita yang ditahan di Kerajaan Alengka, tempat Rahwana memerintah. Hanoman pun muncul untuk melihat kondisi Sita. Setelah peperangan antara Rama dan Rahwana, Sita pun berhasil diselamatkan.

Tarian selanjutnya adalah Sanghyang Dedari. Tarian ini untuk upacara-upacara. Dua penari cilik menari dalam keadaan trance (kerasukan). Tarian diiringi kidung yang dinyanyikan ibu-ibu. Karena dalam keadaan kerasukan, penari cilik itu menari dalam keadaan mata tertutup. Namun, gerakannya tetap kompak dan penuh penjiwaan.

Ketika tarian usai, pemangku memerciki tirta, air suci, untuk menyadarkan penari dari keadaan kerasukan atau tak sadarkan diri.

Selanjutnya adalah tari Sanghyang Jaran yang tarian aslinya juga ditarikan dalam kondisi kerasukan. Namun, belakangan memang penari sudah memilliki keahlian kekebalan tubuh saat menghadapi api.

Jadi, seorang laki-laki masuk ke area pertunjukan membawa kuda atau jaran, tentu saja hanya kuda-kudaan. Ia menari memutari api unggun dalam sahut-sahutan nada “cak” dari penari-penari lainnya. Setelah itu, ia mulai menginjak dan menendang api unggun. Selintas seperti tarian kuda lumping.

“Sanggar ini sudah dari tahun 1983 rutin mengadakan pertunjukan untuk turis. Ada sekitar 200 orang yang terlibat dan selalu terjadi regenerasi,” kata Ketut Sade, salah satu anggota sanggar.

Untuk menonton Tari Kecak ini, pengunjung bisa datang di hari Rabu, Sabtu, dan Minggu pada pukul 19.00. Sementara di hari Selasa dan Kamis, sanggar menampilkan Tari Barong dan Tari Keris. Selain di Pura Penataran Kloncing, turis juga bisa menonton pertunjukan tari di tempat lain.

Salah satu lokasi yang terkenal adalah Pura Dalam Ubud untuk menonton Tari Barong dan Tari Keris. Lalu, Puri Saren Ubud untuk menonton Tari Legong. Bisa juga di Arma Museum, Pura Taman Sari, dan Puri Agung Peliatan. Salah satu yang unik adalah pertunjukan di Pura Batukaru yang menampilkan tari Kecak namun dibawakan oleh penari-penari perempuan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com