Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah dalam Kemegahan Stupa

Kompas.com - 13/11/2012, 09:00 WIB

Oleh Fransisca Romana Ninik

TAJ MAHAL barangkali adalah sebuah ”kewajiban” bagi pelancong di India. Namun, bagi Anda yang menyukai petualangan yang berbeda di Negeri Barata ini, Anda bisa mendatangi tempat-tempat bersejarah lain yang bertebaran di banyak kota.

Kemegahan, kisah, dan atmosfer di sekitarnya sungguh meninggalkan jejak berkesan.

Pelosok India menjanjikan eksotisme yang tidak terlalu terasa di kota besar seperti New Delhi atau Mumbai. Salah satu suguhan tempat wisata sejarah yang menarik bisa didapatkan, di kota Sarnath, Negara Bagian Uttar Pradesh dan di Bodhgaya, Negara Bagian Bihar. Bagi pemeluk agama Buddha, kedua tempat ini juga sekaligus menjadi tujuan ziarah karena erat kaitannya dengan kehidupan Sang Buddha Gautama.

Stupa Dhamek menjulang megah di kota Sarnath. Dari New Delhi, tempat ini bisa dicapai melalui udara selama kurang lebih 1 jam atau semalam dengan kereta api tujuan Varanasi. Dari Varanasi, Anda bisa naik kendaraan dengan jarak sekitar 10 kilometer.

Pemandu wisata, Prem Narain Singh, menuturkan, lebih dari 2.500 tahun yang lalu, Buddha memberikan khotbah yang pertama kepada lima pengikut pertamanya setelah mencapai pencerahan. ”Kemungkinan stupa ini dibangun sekitar tahun 500 semasa pemerintahan Raja Ashoka untuk menandai tempat suci ini,” ujar Prem.

Menjelang senja, udara pada akhir musim panas masih terasa hangat dan lembab. Bus berjalan pelan dari Varanasi menuju Sarnath, melewati jalan yang di kanan kirinya terbentang padang rumput, pepohonan, dan sedikit rumah. Tak sampai 30 menit, bus berhenti di sebuah kompleks yang dikelilingi pagar dan hamparan rumput yang hijau. Luas seluruh kompleks sekitar 2,8 kilometer persegi.

Sebelum mendekati stupa, di sekitarnya tampak beberapa kompleks reruntuhan bangunan. Itu adalah sisa-sisa Stupa Dharmarajika, juga Candi Mulgandhakuti.

Dari pintu masuk, sosok Stupa Dhamek sudah terlihat menjulang. Tingginya 43,6 meter dengan struktur seperti tabung bertumpuk. Diameter dasar stupa mencapai 28 meter. Pada batas-batasnya terukir pola geometris dan bunga-bunga serta sosok manusia dan burung.

Sebagian bangunan stupa terbuat dari batu dan sebagian lain dari batu. Warna coklat batu-batu penyusunnya tampak kontras dengan langit biru yang melatarbelakanginya.

Tampak sejumlah biksu melantunkan doa dan nyanyian pujian. Beberapa biksu juga tampak berjalan mengelilingi stupa sambil mendaraskan doa, sambil berlutut atau tengkurap. Ketika bulan purnama terbit dan terlihat menggantung di samping stupa, atmosfer yang terasa sungguh magis. Tenang, syahdu, membawa pikiran melayang ke masa lalu ketika Buddha berada di tempat itu.

Candi

Pagi berikutnya, perjalanan dilanjutkan ke Bodhgaya. Dari Varanasi, Bodhgaya ditempuh dengan pesawat sekitar 30 menit. Tempat tujuan utama adalah Candi Mahabodhi. Tahun 2002, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) menyatakan Candi Mahabodhi sebagai situs warisan dunia.

Candi ini juga dibangun semasa Raja Ashoka dan dilanjutkan dinasti penerusnya, yaitu Kushana dan Gupta. Arkeolog Inggris, Sir Alex Cunningham, memelopori penggalian dan restorasi Candi Mahabodhi bersama arkeolog India, Rajendra Lal, pada tahun 1883. Bangunan utama candi berbentuk semacam piramid terbuat dari batu bata abu-abu setinggi 55 meter. Bangunan utama dikelilingi empat candi lebih kecil di keempat penjurunya.

Beragam relief indah mengelilingi candi. Di tempat inilah Buddha mendapatkan pencerahan saat bersemadi di bawah pohon bodhi. Pohon besar itu menjulang di bagian belakang candi. Pohon ini berasal dari bibit pohon yang aslinya berada di Anuradhapur, Sri Lanka.

Di bawah terik matahari siang itu, duduk di bawah pohon bodhi terasa sangat sejuk dan menentramkan. Angin berdesir lembut, seolah tak ingin menggugurkan satu daun pun dari cabang-cabangnya. Daun bodhi yang gugur di lantai menjadi rebutan pengunjung.

”Ini untuk Anda,” ujar seorang biksu sembari mengulurkan daun bodhi kering yang jatuh dari pohon karena tertiup angin. Hadiah yang tak ternilai.

Satu hal yang menarik, sejak sebelum gerbang utama pengunjung diwajibkan melepas alas kaki dan meninggalkannya di tempat penitipan. Karpet merah terbentang mengelilingi candi bagi yang ingin berjalan mengitarinya sehingga kaki tidak akan kepanasan.

Pemandangan lain yang amat mengesankan, tempat ini dipadati orang. Pada sore hari, Anda bisa berdesak-desakan di pintu masuknya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com