Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melancong ke Raja Ampat Jangan Modal Nekat

Kompas.com - 19/11/2012, 08:17 WIB

Oleh Agnes Swetta Pandia

RAJA Ampat di Provinsi Papua Barat, ibarat surga kecil yang jatuh di bumi. Keindahannya yang menakjubkan memang seperti yang selama ini selalu didengung-dengungkan dalam sejumlah promosi.

Lautnya yang jernih dengan ribuan ikan di terumbu karang dapat dengan mudah dinikmati dari atas kapal, menjadi impian banyak orang untuk bisa pesiar di salah satu provinsi terujung di ujung Timur Indonesia.

Kabupaten Raja Ampat di Provinsi Papua Barat biasa disebut ”kepala burung” memiliki luas wilayah 46.108 kilometer persegi, dan hampir 80 persen di antaranya laut. Panjang pantainya mencapai 4.860 kilometer. Namun, penghuninya hanya sekitar 60.000 jiwa di 35 pulau dari 610 pulau yang ada. Penduduknya tersebar di 98 desa dan 17 distrik. Penduduk lokalnya terdiri atas 10 suku yang memiliki mata pencarian utama sebagai nelayan.

Sejak perjalanan dengan kapal cepat selama 2 jam dari Sorong ke Pelabuhan Waisai di Raja Ampat, mata sudah dimanjakan dengan pemandangan laut nan biru dan jerih. Pemandangannya semakin menakjubkan begitu memasuki wilayah Raja Ampat. Meski suhu udara rata-rata 45 derajat celsius, bukan alasan untuk tidak menjajal obyek wisata kabupaten yang dikelilingi gugusan pulau karang ini.

Turis yang datang ke Raja Ampat pun bukan sembarangan. Sebab, mereka harus mau merogoh kocek tak kurang dari Rp 20 juta per orang. Itu kompensasi untuk keindahan yang dilihat sembari berenang dan menyelam di beberapa kawasan, serta mengunjungi pulau-pulau nan indah itu. Perjalanan dari satu pulau ke pulau lain dengan kapal kecil cepat minimal 3 jam untuk sampai di Pulau Wayag. Pulau ini merupakan salah satu tujuan wisata yang menjadi primadona di kawasan Raja Ampat.

Ongkos ”cuci mata” melihat pemandangan keindahan Raja Ampat di antaranya terkuras dari sewa kapal yang membutuhkan Premium sampai sekitar 400 liter pergi-pulang Waisai – Wayag. Sewa kapal juga digunakan untuk melintasi gugusan pulau berbagai bentuk, pasir putih, dan hutan termasuk goa di dalam laut. Harga bahan bakar minyak (BBM) di Raja Ampat cenderung tiga kali lebih mahal dari harga normal.

Pengunjung yang memasuki Kepulauan Wayag, wajib bayar retribusi untuk konservasi Rp 250.000 bagi turis lokal, dan Rp 500.000 orang asing. Begitu membayar retribusi untuk Conservation International Indonesia, pengunjung diberi sebuah medali plastik berlaku selama setahun.

Seperti dikemukakan Ade Setiabudi, pengelola Hatel Waisai Beach, biaya piknik ke daerah ini lebih mahal dibandingkan ke tempat lain termasuk di Eropa. Dengan menyewa sebuah kapal cepat berpenumpang enam orang, turis bisa menikmati keindahan Raja Ampat seperti di Waigeo, menyelam di Waiwo dan Missol, mengunjungi Desa Wisata Sawingrai untuk melihat burung cenderawasih, dan Pianemo, sebuah gugusan pulau kecil di Raja Ampat.

Jika ingin menginap tidak di Waisai bisa di Pulau Waigeo dengan tarif minimal Rp 500.000 termasuk biaya makan sehari, ditambah biaya menyelam termasuk peralatan sekitar Rp 500.000 per orang. Ada juga tawaran paket wisata di Pulau Pef, terutama penyelam yang ingin menginap dan menyelam sepuasnya dari tarif 2.350 euro (Rp 28 juta) hingga 7.000 euro (Rp 84 juta).

Menapaki keindahan di Bumi Cenderawasih itu memang tidak hanya menyelam atau berenang meski keindahan dan pesona Raja Ampat di dominasi hamparan terumbu karang dan biota bawah laut, pantai berpasir putih, gugusan pulau-pulau kecil yang cantik, dan hutan yang masih perawan.

Jika ingin menikmati suasana pedesaan di Raja Ampat, bisa menginap atau sekadar mampir di Desa Sawing Rai di Pulau Sawing Rai, sekitar dua jam perjalanan dari Waisai. Pengunjung biasanya bisa memberi makan ikan berupa adonan sagu sehingga berbagai jenis ikan akan menyerbu. Selanjutnya pengunjung bisa melihat lebih dekat burung cenderawasih dengan mendaki Bukit Manjai, Sawing Rai, selama 30 menit.

Puluhan burung cenderawasih merah, belah rotan, kecil, dan cenderawasih besar akan tampak hinggap di pohon setinggi 2 meter. Namun, untuk bisa melihat burung cenderawasih, ada waktu tertentu terutama pada cuaca cerah.

Bukan wisata massal

Wisata Raja Ampat tak pelak memang menjadi incaran banyak orang dari berbagai belahan dunia. Meskipun ongkosnya mahal, agaknya tidak menjadi alasan bagi turis untuk datang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com