Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melancong ke Raja Ampat Jangan Modal Nekat

Kompas.com - 19/11/2012, 08:17 WIB

Keindahan wilayah juga karena hiasan hutan bakau yang lestari. Seperti dikemukakan Kepala Dinas Pariwisata Raja Ampat Yusdi Lamatenggo, daya tarik wisata Raja Ampat terletak pada kekayaan bahari. Oleh karena itu, sebagai taman nasional, Raja Ampat tidak bisa dikembangkan sebagai pariwisata massal. Tujuannya, jelas yaitu agar kawasan itu tetap terjaga kelestarian alamnya sebagai taman nasional.

Untuk mempertahankan kelestariannya, upaya yang dilakukan adalah pembatasan bagi aktivitas penyelaman di Raja Ampat. Alasannya, suhu badan yang dikeluarkan para penyelam dikhawatirkan bisa merusak terumbu karang.

Jadi, kata Yusdi, kegiatan menyelam bareng sekian puluh orang dalam waktu bersamaan, tidak mungkin diizinkan. Bahkan, kegiatan fotografi di bawah laut pun dilarang secara besar-besaran karena sinar lampu kamera bisa merusak terumbu karang.

Hal serupa juga diungkap Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar. Menurut dia, pariwisata Raja Ampat diharapkan memang tidak menjadi wisata massal dan murah sehingga orang berbondong-bondong datang. ”Turis yang ke Raja Ampat harus berkualitas dan berpendidikan. Artinya, paham bagaimana bersikap meski sedang melancong agar terumbu karang tidak rusak,” katanya.

Pemerintah Kabupaten Raja Ampat juga telah membuat beberapa aturan main pembatasan untuk menjaga kelestarian kawasan tersebut. Salah satunya adalah membatasi keberadaan resor. Sampai 10 tahun ke depan, jumlah resor dibatasi maksimal 20 resor saja. Begitu juga jumlah kapal cepat yang beroperasi. Saat ini ada tujuh resor, sementara kapal cepat sebanyak 40 unit berbagai ukuran dan kapasitas penumpang berbeda.

Memang turis yang hendak ke Raja Ampat, umumnya memiliki jiwa petualang serta gemar menyelam dan renang. Apalagi kapal cepat yang mengangkut turis dari satu pulau ke pulau lain, seperti dari Waisai – Wayag, nakhodanya umum tidak menjalani pendidikan secara formal. Kapal pun umumnya belum dilengkapi penerangan, kompas, atau sarana lain untuk komunikasi dengan rekan sesama pengemudi kapal atau untuk menentukan arah yang dituju dan posisi kapal. Rata-rata kapal hanya ada drum berisi BBM dan semua penumpang belum mengenakan pelampung.

Contohnya, saat Kompas menempuh rute Waisai-Wayag. Saat berangkat, cuaca sangat bagus, dan laut nyaris tak bergolak. Namun, saat perjalanan pulang ke Waisai, hampir satu jam kapal berpenumpang 8 orang sempat tertahan di tengah laut karena nakhoda kehilangan arah.

Sarana pelabuhan untuk standar kapal, juga minim. Ini banyak membuat nakhoda nyaris putus asa karena posisi tak bisa cepat merapat dan kapal hanya berputar-putar di tengah laut Samudra Pasifik. Kapal akhirnya lolos ke Waisai, setelah mendapat pertolongan dari kapal lain yang juga kemalaman dari Wayag.

Menginjakkan kaki di Raja Ampat, agaknya impian banyak orang. Memang biaya bukan kendala jika tekad sudah bulat untuk menikmati keelokan laut serta pemandangan di kawasan itu. Namun paling utama, sebelum melancong ke Raja Ampat, sebaiknya mengukur tenaga. Baik menyelam maupun mendaki bukit karang, jelas membutuhkan kekuatan fisik. Sebab ketika berada di puncak Wayag, tidak ada tempat untuk duduk atau berdiri berlama-lama.

Untuk mendaki juga ada dua titik, satu lokasi melalui tepi pantai, tempat lain pendaki langsung melompat dari kapal dan berpegangan di batu karang atau pohon. Perjalanan juga semakin seru karena begitu tiba di puncak, pengunjung yang mengabadikan keelokan laut dengan berbagai warna karena pantulan cahaya, terumbu karang, serta kedalaman laut, harus segera turun. Kapasitas di puncak maksimal hanya 10 orang. Pendaki yang akan ke puncak, terpaksa harus menunggu rombongan sebelumnya turun dari puncak. Kalau dipaksakan di puncak, pengunjung bisa berdesakan dan akhirnya membahayakan. Salah-salah pengunjung bisa terjun ke laut.

Untuk melancong ke Raja Ampat, waktu paling ideal adalah September-Mei meskipun cuaca panas. Adapun Juni-Agustus, terjadi angin kencang sehingga ketinggian ombak bisa mencapai 4 meter.

Arus kunjungan wisatawan yang datang ke Raja Ampat hingga kini tercatat masih didominasi turis mancanegara. Rombongan turis asing menggunakan kapal pesiar, umumnya betah tinggal di kawasan wisata laut dan hutan itu. Jadi, jika ingin piknik ke Raja Ampat, tak cukup berkantong tebal, tetapi memiliki jiwa petualang. Paling utamanya, jangan meninggalkan sampah di kawasan surga kecil di bumi itu agar keelokannya tetap abadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com