Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelanjutan Raja Ampat Terancam

Kompas.com - 03/12/2012, 02:39 WIB

Misool, Kompas - Kekayaan alam perairan Raja Ampat di Papua menjadi potensi sekaligus tumpuan hidup banyak orang, khususnya nelayan setempat. Namun, potensi itu belum banyak dinikmati nelayan lokal dan justru terancam keberlanjutannya.

Kajian The Nature Conservancy (TNC) tahun 2007-2009 menunjukkan lebih dari 94 persen sumber daya alam laut perairan Raja Ampat dimanfaatkan nelayan dari daerah lain di kawasan timur Indonesia. Jenis ikan yang diambil umumnya kerapu dan cakalang. ”Perlu pengaturan agar potensi perikanan ini tak habis dan terus dinikmati penduduk Raja Ampat yang sebagian besar sumber mata pencahariannya dari laut,” kata Purwanto dari TNC di Misool, Raja Ampat, akhir pekan lalu.

Di tengah kondisi tersebut, keberlanjutan potensi perikanan laut Raja Ampat terancam aktivitas merusak, yakni bom ikan, racun ikan, hingga mata jaring berukuran kecil.

Nelwan Watem, tokoh adat di Kofiau, mengatakan, patroli masyarakat belum seratus persen efektif melindungi perairan setempat dari pencurian dan aktivitas merusak. ”Pencuri biasanya turun waktu kami beribadah Jumat atau ke gereja,” ucapnya.

Ia sepakat patroli rutin terus dilanjutkan untuk menekan kerusakan alam laut di Raja Ampat. Beberapa kerusakan yang terjadi adalah kematian karang dan berbagai jenis ikan karang.

Setahun terakhir, patroli perairan melibatkan perwakilan masyarakat. Untuk sementara, kebutuhan operasi patroli disokong TNC. Namun, dana sebagian pendirian pos pengawasan patroli bersumber dari pembelian pin atau tiket masuk ke Raja Ampat.

Sebelum ada patroli masyarakat, TNC dan Conservation International Indonesia mengembangkan patroli gabungan polisi, TNI, dan masyarakat. Patroli menggunakan kapal Imbekwan yang diluncurkan Bupati Raja Ampat tahun 2007. Namun, operasi tersebut diakui belum efektif karena keterbatasan personel.

Secara lokal, komunitas adat kembali menghidupkan perlindungan tradisional berupa sasi. Melalui sasi, komunitas adat menutup dan membuka perairannya dari pengambilan sumber daya laut, seperti lola, batu laga, dan teripang. (ICH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com