Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjelajahi Kaldera Batur, Taman Bumi Dunia

Kompas.com - 18/12/2012, 17:27 WIB
Fikria Hidayat

Penulis

Kaldera terindah di dunia yang baru saja ditetapkan UNESCO sebagai bagian dari Global Geopark Network atau jaringan taman bumi global. Kaldera juga menjadi laboratorium alam dan budaya terlengkap yang mudah diakses.

KOMPAS.com - Desa Toya Bungkah, masih pagi buta. Dingin merasuk badan yang terus menggeliat tak ingin beranjak dari tempat tidur. Namun, pukul 04.00 WITA kaki harus segera melangkah menyapa cakrawala pagi di puncak Gunung Batur. Dari sebelah tenggara kaki gunung yang berada di sisi Danau Batur, perjalanan pun dimulai.

Jalan berbatu selebar tiga meter yang dilalui, berganti dengan jalan setapak dengan tingkat kemiringan bervariasi antara 20 - 60 derajat. Sunyi, dingin, dipecah oleh suara langkah kaki serta engah napas mendaki.

Dalam perjalanan ternyata dijumpai kelompok pendaki yang juga menuju puncak gunung. Dilihat dari kejauhan, tampak titik-titik cahaya senter yang mengular di jalur pendakian. Jalur yang dipijak adalah batuan beku hasil letusan vulkanik. Kaki harus yakin betul memilih batuan yang tidak lepas dipijak untuk menambah ketinggian.

Pukul 05.45 langkah kaki tiba di bibir kawah tidak jauh puncak Gunung Batur, yaitu tempat yang strategis untuk menyambut matahari terbit. Medio Oktober, matahari mulai semburat di tepi langit sekitar pukul 05.40. Langit biru keunguan dibelah warna emas dari wujud matahari yang perlahan muncul pukul 06.00.

Kelompok pendaki yang ditemui sebelumnya di tengah perjalanan, berkumpul bersama menikmati pagi. Mereka ternyata kebanyakan wisatawan asing asal Australia dan Eropa, sebagian kecil dari Asia Tenggara yaitu dari Malaysia dan Singapura.

Matahari mulai meninggi, perjalanan dilanjutkan menuju kawah I Gunung Batur. Kawanan monyet jinak sesekali mengiringi turun ke kawah seakan mengantar menuju pintu terowongan lava (lava tunnel). Para ahli geologi mencatat, terowongan sangat unik karena seluruh dinding terbentuk oleh aliran lava.

Ketika Gunung Batur meletus, lava meluber melalui sisi tenggara kawah. "Bagian atas lava lebih dulu membeku, namun bagian dalam masih meleleh sehingga membuat rongga, dan sekarang terbentuk terowongan," kata Indyo Pratomo, ahli geologi dari Museum Geologi Bandung.

Masuk ke dalam pada dinding terowongan yang gelap dapat dijumpai kristal-kristal. Lampu senter yang menyorot membuat kristal kian mengkilap. Indyo mengatakan bahwa kristal terbentuk oleh kandungan asam dan mineral.

Terowongan juga disakralkan oleh masyarakat adat Bali di kaki gunung, di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Di ujung terowongan terlihat bekas sesajen yang teronggok dalam ruang kecil untuk beribadat. Masyarakat sekitar memiliki relasi tak terpisahkan dengan gunung. Gunung merupakan pusat orientasi spiritual.


Mulut terowongan yang ada di kawah I Gunung Batur, Kecamatan Kintamani, Bangli, Bali, Jumat (7/10/2011). Di kawah tersebut terdapat terowongan besar yang terbentuk oleh aliran lava (lava tunnel). Saat Gunung Batur meletus, bagian atas lava meleleh kemudian membeku sedangkan bagian dalam masih mengalir sehingga membentuk terowongan. KOMPAS IMAGES/FIKRIA HIDAYAT

Laboratorium alam

Mendaki lanskap alam Batur yang memesona lalu menelusuri terowongan lava, masih belum lengkap jika belum melanjutkan perjalanan menuju dua kawah lainnya yaitu kawah II dan III di sebelah barat kawah I.

Menjelang siang hari, di sekitar kawah dapat disaksikan lebih leluasa lanskap alam Batur. Kawah berada di Gunung Batur dengan ketinggian 1.717 meter di atas permukaan laut, yang muncul persis di tengah-tengah kaldera batur Purba. Di dekat kawah II terdapat ladang fumarol yaitu uap panas yang menyembur dari dalam tanah, yang biasa dimanfaatkan para pendaki untuk merebus telur.

Lanskap Batur adalah salah satu laboratorium karya gemilang alam milik Indonesia dan dunia. Di tempat ini masyarakat dapat belajar langsung dari alam tentang sejarah bumi, proses pembentukan daratan dan gunung, mengenal batuan dan tanah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com