Tak jauh dari The Bund, di seberang Sungai Huangpu, kota baru atau Pudong menjadi penanda bahwa Shanghai terus berkembang. Pudong menjadi ”kota” yang dibangun pemerintah untuk mengakomodasi tuntutan perkembangan peradaban. Sebagai kota, yang kemudian menjadi salah satu persinggahan terpenting kapal-kapal dagang internasional, Shanghai tumbuh menjadi begitu ”seksi”.
Lalu dari ketinggian SWFC kabut yang melayang seperti mengantarkan kita pada Yu Yuan Garden, yang berlokasi di Anren Jie. Taman ini menjadi salah satu lokasi favorit wisatawan dari seluruh dunia, terutama Indonesia.
”Setiap tahun 28.000 orang Indonesia ke Shanghai dan selalu singgah di Yu Yuan Garden,” tutur Cai Zhanyi, yang minta namanya ditulis sebagai Candra.
Cai pemandu orang-orang Indonesia dengan bahasa Indonesia yang baik, tetapi belum sekalipun datang ke Indonesia. ”Suatu kali saya ke negeri Anda...” begitu tekadnya.
Orang Indonesia, ciri khasnya, kata Cai, sering kali hilang kalau sedang mengunjungi Yu Yuan Garden. Taman yang dibangun saat Dinasti Ming (1368-1644), ini letaknya di tengah-tengah pasar yang menjajakan segala jenis suvenir serta makanan-makanan khas China. ”Sering tamu saya hilang karena sibuk belanja ha-ha-ha....” ujar Cai dengan maksud bergurau.
Yu Yuan Garden seperti hadir menjadi angker bagi tumbuhnya tiga babakan peradaban di Shanghai. Masa-masa klasik Shanghai ditandai dengan bangunan-bangunan bergaya oriental seperti Yu Yuan Garden, lalu masa kolonialisme bisa ditemukan di The Bund, sedangkan zaman kontemporer diwakili gugusan kota di Pudong. Dan inilah yang kemudian menjadi ciri khas Shanghai, yang tidak ditemukan di kota-kota lain di daratan China, termasuk Beijing, ibu kota Negeri Tirai Bambu ini.
Semakin malam cuaca tak lagi bersahabat. Kini hampir seluruh Shanghai diselimuti kabut disertai angin dan gerimis. Saya mengeratkan syal dan jaket yang membungkus tubuh. Sudah waktunya turun dari ketinggian gedung pencakar langit ini. Mungkin dalam mimpi malam ini, Shanghai tetap menggenang dalam kabut. Lalu kenangan jatuh menjadi gerimis yang membasahi November....
Ikuti twitter Kompas Travel di @KompasTravel
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.