Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mumi Toraja dan Kerbau Setengah Miliar Rupiah

Kompas.com - 08/01/2013, 13:34 WIB

Dalam kepercayaan masyarakat Toraja, seseorang yang meninggal, tidak langsung dianggap sebagai orang mati. Manusia baru dianggap benar-benar sudah wafat, jika telah digelar upacara kematian Rambu Solo.

Sebelum ritual Rambu Solo dilaksanakan, maka selama itu pula keluarga memperlakukan jenazah layaknya orang yang masih hidup. Jenazah masih dianggap seperti orang sakit.


Keluarga hidangkan makanan untuk jenazah - Dok. Kompas TV
Keluarga hidangkan makanan untuk jenazah. (Foto: Dok. Kompas TV)

Salah satu keluarga masuk ke dalam ruangan dan memberikan makanan dan minuman. Ia kemudian berbicara kepada jenazah untuk mempersilakannya makan. Sepiring nasi dan secangkir kopi ditaruh di samping mendiang.

“Jadi 8 bulan itu tetap diberikan makan setiap waktunya makan, tiga kali sehari. Kemudian kalau ada yang melayat juga mereka curhat, ada yang menangis, ada yang ngomong, walapun si mati itu tidak ngomong. Biasanya mengklarifikasi soal hutang-piutang. Kalau malam di sini juga banyak orang tidur bersama-sama menemani jenazah,” jelas Tinting.

Apa yang mereka lakukan adalah wujud bakti anak pada orangtua yang sudah merawat dan membesarkan mereka. Meski berbulan-bulan disimpan dalam rumah, jenazah tidak menebarkan bau tak sedap.

Supaya tahan lama dan tidak menularkan penyakit, jasad biasanya dibalsem dengan ramuan tradisional. Keluarga Tinting berencana akan menggelar upacara Rambu Solo untuk almarhum ibunya sekitar dua bulan mendatang.

Ketika digelar Rambu Solo, keluarga bangsawan harus menyediakan hewan kurban kerbau minimal 24 ekor. Kerbau atau bahasa setempat dinamakan tedong akan menjadi kendaraan bagi arwah untuk menuju alam kehidupan selanjutnya yang disebut puya. Jika syarat tidak cukup maka, akan ditolak masuk surga.

Di Toraja, harga tedong bisa selangit, bahkan mencapai ratusan juta rupiah. Kerbau biasa diperjualbelikan di Pasar Hewan Bolu di Kota Rantepao, yang merupakan pasar kerbau terbesar di Indonesia.

Kamga yang datang ke pasar, melihat langsung berbagai jenis kerbau yang diperjualbelikan. Kerbau yang mahal adalah kerbau belang. Ia menemukan kerbau dengan harga Rp 150 juta bahkan Rp 300 juta.

"Harganya 300-350 juta ini sudah nggak masuk akal harganya. Malah katanya ada yang 500 juta, cuma bagi saya ini pemenangnya untuk sementara 350 juta, luar biasa!” tutur Kamga.

Kamga Kaget Harga Kerbau Rp 350 Juta - Dok. Kompas TV
Kamga Kaget Harga Kerbau Rp 350 Juta. (Foto: Dok. Kompas TV)


Dua hari terakhir berada di Toraja Utara, Kamga mengikuti upacara kematian Rambu Solo keluarga bangsawan di Bori Lomobonga. Upacara dihadiri ribuan orang dan diperkirakan menghabiskan biaya mencapai miliaran rupiah.

Mau menyaksikan petualangan Kamga mengikuti upacara Rambu Solo? Saksikan episode “Toraja Utara” dalam program “Explore Indonesia: Season 2” di Kompas TV, hari ini, Selasa (8/1/2013) pada pukul 21.00 WIB. Anda juga bisa menontonnya di www.kompas.tv/live. (Kompas TV/Anjas Prawioko, Amelia Tagaroi, Adelia Devita)

Ikuti twitter Kompas Travel di @KompasTravel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com