Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saatnya Mencicipi Makanan Khas Myanmar

Kompas.com - 08/01/2013, 18:27 WIB
Fitri Prawitasari

Penulis

KOMPAS.com - Apa makanan Asia favorit Anda? Pernahkah mencicipi makanan khas Myanmar? Untuk Anda yang pernah merasakannya, mungkin kini saatnya nostalgia dengan aneka makanan khas salah satu negara Asia Tenggara tersebut. Jika belum, patut dicoba.

Oliver Esser Soe Thet, Presiden Asosiasi Chef Myanmar, saat ditemui Kompas.com, dalam pembukaan Myanmar Food Festival di Hotel Borobudur, Sabtu (5/1/2013), menjelaskan bahwa makanan setiap daerah di Myanmar memiliki cita rasa yang berbeda. Seperti sebagian wilayah barat Myanmar, makanan yang mereka makan lebih pedas, sedangkan di pusat Myanmar, lebih kepada makanan yang berminyak. Sementara di wilayah lain ada yang mirip dengan masakan Thailand atau India, karena memang mendapat pengaruh dari kedua negara tersebut.

Dalam Myanmar Food Festival yang diselenggarakan hingga tanggal 9 Januari 2013, menurut Oliver, ada 22 jenis makanan Myanmar.

Namun, Public Relation Manager Hotel Borobudur, Meutia Mahardhika mengatakan jenis makanan tak akan ditampilkan semuanya sekaligus, namun hanya beberapa jenis per hari dan berotasi setiap harinya.

Pada saat Kompas.com datang berkunjung ke Food Fest tersebut, disajikan beberapa jenis makanan mulai dari makanan pembuka hingga penutup. Makanan pembuka yaitu salad, ada beberapa jenis, diantaranya salad terong atau Myanmar Style Eggplant Salad dan Myanmar Style Ladyfinger Salad atau banyak disebut dengan okra.

Oliver menceritakan untuk membuat kedua jenis salad ini tidaklah sulit. Kedua bahan utama yaitu terong dan okra cukup direbus pada air mendidih sekitar 20 menit dengan ditambah bumbu-bumbu lain, seperti bawang, wijen, dan tomat sebagai pembentuk rasa pada salad.

Selanjutnya bergerak kepada menu utama, disajikan butterfish. Butterfish ialah ikan yang memiliki daging sangat lembut. Sebelum dimasak, kata Oliver, daging ikan mulanya berwarna putih. Seluruh daging dibaluri kunyit. Tak heran setelah matang warna ikan dan kaldunya menjadi kuning.

Ada pula kari bebek dan kari domba. Untuk kedua jenis kari ini, rasanya agak pedas. Daging bebek dan domba yang disajikan cukup empuk. Tentunya karena proses memasak yang tepat.

Sebagai sajian penutup ada beberapa jenis cake dari bahan yang berbeda. Ada yang terbuat dari kentang, pisang, bahkan nasi. "Cake kentang, yang pastinya berbahan utama kentang belum pernah ditemukan di Indonesia," kata Oliver.

Tak pelak, kreasi cake kentang ini menjadi salah satu menu khas selama food festival berlangsung.

Ada yang lebih unik lagi yaitu rice cake. Bahan utama cake ini ialah campuran beras dan sagu kemudian kedua bahan dicampur dengan agar-agar. Rasanya? Kenyal, manis dan sepotong cake cukup dapat mengganjal perut yang lapar.

Semua makanan khas yang disajikan selama Myanmar Food Festival bukan makanan yang sulit untuk dibuat. Oliver pun mengakui bahwa banyak bahan yang ia dapat di Indonesia, meskipun ada beberapa jenis bumbu yang ia bawa dari Myanmar. Oliver dibantu asistennya meracik sendiri aneka variasi makanan yang disajikan selama food festival berlangsung.

Ikuti twitter Kompas Travel di @KompasTravel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com