Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selami Negeri "Kremun-Kremun"

Kompas.com - 11/01/2013, 09:34 WIB

PAGI di Nirwana Beach, Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, sangatlah indah. Langit beralih dari gelap ke terang dengan latar batu besar memanjakan mata untuk tak beralih ke tempat lain.

Deburan ombak kecil di pasir putih memberi kesegaran bagi kaki-kaki pengunjung yang mengabadikan momen itu. Begitu juga angin yang berembus lembut membuahkan rasa silir di bawah pohon kelapa.

Keindahan itu memuncak kala sang surya beranjak dari peraduannya. Semburat warna merah dan kuning di langit mengiringi mentari bergerak pelan membawa terang. Terang yang mengawali kehidupan di wilayah yang berjarak sekitar 90 kilometer (km) dari Jepara ini.

Karimunjawa adalah wilayah kepulauan yang terdiri dari 27 pulau yang menjadi pilihan Pemerintah Provinsi Jateng sebagai salah satu destinasi utama Visit Jateng 2013. Kepulauan itu merangkum komplet panorama alam bahari mulai dari matahari terbit, matahari terbenam, berperahu, menyelam, menikmati keindahan terumbu karang, hingga tracking mangrove.

Selain itu, Karimunjawa menyajikan tawaran wisata lain, seperti berenang dengan hiu, penangkaran penyu, dan tinggal di rumah apung tak jauh dari pantai. Di kepulauan itu pula potret keberagaman dan saling menghargai perbedaan antara suku Jawa, Madura, dan China terpatri.

Untuk menuju Karimunjawa, pengunjung bisa menggunakan Kapal Motor Perintis (KMP) Muria berjenis roro dan kapal motor cepat dari Pelabuhan Pantai Kartini, Jepara. Dengan KMP Muria, perjalanan ditempuh selama enam jam. Dengan kapal motor cepat diperlukan sekitar dua jam perjalanan.

Jika berangkat dari Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, pengunjung bisa naik kapal motor cepat Kartini. Perjalanan Semarang-Karimunjawa itu ditempuh selama empat jam.

Perjalanan menggunakan kapal tidak membosankan. Apalagi jika menghabiskan waktu di atas kapal untuk berfoto, melihat nelayan yang menangkap ikan, dan lalu lalang aneka kapal.

Jika separuh perjalanan sudah tertempuh, Kepulauan Karimunjawa tampak samar-samar dari atas kapal. Hal itu mengingatkan asal-usul nama Karimunjawa. Sejarah ini terkait kisah Sunan Muria dan anaknya, Amir Hasan atau Sunan Nyamplungan. Sunan Muria prihatin atas kenakalan Amir Hasan.

Untuk mendidik anaknya itu, Sunan Muria minta Amir Hasan pergi ke pulau yang tampak kremun-kremun atau samar-samar dari puncak Gunung Muria di Kabupaten Kudus, Jateng, untuk memperdalam dan mengembangkan ilmu agama. Oleh karena tampak kremun-kremun, dinamakanlah pulau itu Karimun.

Taman nasional

Pemerintah menetapkan kepulauan itu sebagai Taman Nasional Karimunjawa pada 2001. Taman nasional itu memiliki tipe ekosistem hutan dataran rendah, padang lamun, algae, hutan pantai, hutan mangrove, dan terumbu karang. Kekayaan jenisnya mencapai 51 genus, lebih dari 90 jenis karang keras, dan 242 jenis ikan hias. Jika beruntung, pengunjung bisa melihat lumba-lumba moncong pendek (Delphinus delphis) dan elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster) yang adalah satwa langka dan dilindungi.

Pulau favorit yang dikunjungi wisatawan adalah Pulau Menjangan Besar, Menjangan Kecil, dan Tanjung Gelam. Di Pulau Menjangan Besar, pengunjung dapat berenang dengan ikan hiu dan penyu di tempat penangkaran. Di Pulau Menjangan Kecil, pengunjung bisa menyaksikan aneka jenis ikan dan terumbu karang berwarna-warni. Lokasi itu biasa menjadi tempat menyelam.

Adapun di Tanjung Gelam terdapat pasir putih, hamparan batu alam dan karang yang berpadu dengan warna laut yang hijau kebiruan. Di kawasan pantai berbentuk tanjung itu, pengunjung bisa menikmati matahari terbenam.

Di tengah keindahan itu, Kepulauan Karimunjawa masih menyisakan sejumlah pekerjaan rumah. Salah satu yang utama adalah ketersediaan listrik. Namun, tahap demi tahap, pemerintah berupaya menyediakan listrik dengan tenaga surya.

Camat Karimunjawa Nuryanto mengakui, selama ini Karimunjawa bergantung pada listrik tenaga diesel berkapasitas 500 kilowatt jam (kWh). Listrik itu hanya mampu menerangi Karimunjawa selama 12 jam karena berbiaya mahal.

”Biaya listrik itu Rp 2.500 per kWh, jauh lebih mahal ketimbang listrik di Jepara yang Rp 250 per kWh. Hal itu merupakan salah satu penyebab tarif hotel dan penginapan di Karimunjawa mahal,” kata dia.

Selain itu, setiap Januari-Maret, Karimunjawa kerap terisolasi akibat cuaca. Gelombang tinggi akibat angin musim barat menyebabkan kapal tidak dapat berlayar. (HENDRIYO WIDI)

Ikuti twitter Kompas Travel di @KompasTravel 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com