Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semangat Menggalakkan Susur Sungai

Kompas.com - 14/01/2013, 09:50 WIB

Oleh Dwi Bayu Radius

Di negara-negara lain, susur sungai sudah lazim dijadikan paket perjalanan andalan, bahkan tulang punggung pariwisata. Namun, tidak demikian di Indonesia. Gamaliel Tumon (43) berjuang agar susur sungai dapat menjadi ikon wisata, khususnya di Kalimantan Tengah.

Gamaliel, yang akrab disapa Gamal, jatuh bangun saat pertama kali, tiga tahun lalu, mengelola kapal wisata. Kapal tersebut, Lasang Teras Garu, digunakan untuk menyusuri Sungai Kahayan. ”Kapal mampu membawa 60 penumpang setiap perjalanan. Tapi, waktu itu hanya 40 penumpang yang datang. Itu pun per bulan,” kenangnya.

Gamal tak putus asa. Ia sangat yakin sungai adalah potensi masa depan pariwisata Kalteng. Jaringan sungai di Kalteng yang luas seharusnya bisa menjadi keunggulan provinsi itu.

”Masa dua tahun pertama paling berat. Awalnya tak ada dermaga, hanya ada papan-papan kayu untuk naik ke perahu. Wisatawan mau jalan ke perahu saja ngeri,” ujarnya. Ia juga berpromosi tanpa bantuan siapa pun, termasuk pemerintah daerah.

Gamal bekerja keras menggencarkan promosi melalui internet, penyebaran brosur, dan membina hubungan yang baik untuk memperkenalkan susur sungai. Upaya Gamal menunjukkan hasil. Jumlah wisatawan yang tertarik mengikuti susur sungai perlahan meningkat.

Ia pun membangun satu kapal lagi, yakni Tahasak Danum yang berkapasitas 25 penumpang. Kapal berukuran lebih kecil itu untuk melengkapi Lasang Teras Garu yang tak bisa menyusuri sungai berair dangkal, terutama saat kemarau.

”Sekarang jumlah penumpang kedua kapal itu sekitar 500 orang per bulan. Turis lokal hampir dari semua provinsi pernah ikut susur sungai. Wisatawan asing pun berdatangan,” katanya.

Pemerintah Provinsi Kalteng juga sudah membangun dermaga permanen. Lasang Teras Garu dan Tahasak Danum bisa digunakan dengan lama berwisata mulai 3 jam hingga 8 hari. Wisatawan umumnya bertolak dari Palangkaraya, Kalteng.

Wisatawan tak hanya diajak mengenal kebudayaan setempat yang menyentuh sendi-sendi kehidupan masyarakat lokal. Wisatawan juga bisa belajar menyadap karet, mencari rotan, hingga melihat aktivitas orangutan di habitat aslinya.

”Karena itu, susur sungai tak hanya bertujuan memperlihatkan keindahan panorama, tetapi juga mendorong keinginan wisatawan melestarikan lingkungan,” papar Gamal.

Ia tak ingat nama menteri, artis, dan pengusaha ternama yang telah menikmati susur sungai karena demikian banyaknya. Salah satu tokoh dunia yang terpukau dengan wisata itu adalah George Soros. Ia datang ke Palangkaraya dengan jet pribadinya tahun 2010.

”Soros mengikuti tur sehari penuh. Ia nyaris tak beranjak dari tempat duduk, menikmati pemandangan Sungai Kahayan,” ujar Gamal.

Kesungguhan Gamal menggeluti wisata itu berawal ketika ia mendapat pesanan membuat perahu berkapasitas 25 orang. Perahu siap digunakan tahun 2007. Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang yang hadir untuk melihat karya putra daerah Kalteng itu merasa kagum.

Teras ingin Gamal membuat kapal yang lebih besar, khusus untuk mengangkat pariwisata Kalteng. Atas pesanan Pemprov Kalteng, kapal tersebut, yakni Lasang Teras Garu, dibuat selama 6 bulan. Ketika selesai dikerjakan, Gamal malah diminta mengelola kapal itu. Ia tidak menyia-nyiakan kepercayaan yang diberikan.

Demi memperluas pelayanan, Gamal merogoh koceknya sendiri untuk membuat Tahasak Danum. Wisatawan pun semakin menikmati susur sungai. Guna meningkatkan jumlah penumpang, ia juga tengah menyisihkan pendapatannya untuk membangun tempat wisatawan singgah.

Kawasan itu terletak di lahan yang diapit Kahayan dan anak sungainya sehingga membentuk pulau. Luas lahan tersebut sekitar 4 hektar. ”Saya bangun pelan-pelan mulai tahun 2013. Ada dermaga, tempat bermain, dan kasur. Mudah-mudahan sudah bisa digunakan tahun 2014,” harap Gamal.

Mulai dari nol

Kesuksesan susur sungai membuat Pemerintah Kabupaten Kapuas berminat memesan kapal kepada Gamal. Kapal Lasang Kanderang Tingang untuk 150 penumpang selesai dibuat tahun 2012 dan diharapkan mulai digunakan tahun ini. Semangat menggalakkan susur sungai menular ke pemerintah daerah lain.

”Ada pemda di Kalteng yang juga sedang mengajukan pesanan kapal. Tapi, saya belum bisa memberi tahu pemda yang dimaksud,” ujarnya. Gamal sebenarnya ingin membuat kapal lagi untuk mengembangkan susur sungai, tetapi ia belum memiliki dana yang cukup.

”Namun, pesanan beberapa kapal susur sungai agar wisata itu semakin dikenal masyarakat sudah membuat saya sangat senang,” katanya.

Kemahiran Gamal membuat perahu diperoleh dari Sekolah Teknologi Menengah Gereja Kalimantan Evangelis Mandumai, Kabupaten Kapuas. Ia belajar membuat perahu, perabot, bahkan rumah dari kayu selama empat tahun dengan guru dari Swiss dan Jerman.

”Saya benar- benar mulai dari nol. Belajar mengelola kapal, bikin paket, mencari tempat wisata, dan membimbing kru,” ujarnya.

Gamal senantiasa optimistis susur sungai bisa menjadi primadona wisata Kalteng. Ia bahkan yakin, jika digarap serius, susur sungai akan menjadi ikon provinsi tersebut. ”Sekarang wisata susur sungai tak dikenal di Indonesia. Saya mau, kalau disebut susur sungai, orang langsung ingat Kalteng,” ucapnya.

Kata Gamal, Indonesia punya banyak sekali sungai besar. Kondisi itu sangat berbeda dibandingkan dengan Thailand yang agresif menawarkan susur Sungai Chao Phraya, Perancis dengan Seine, dan Inggris dengan Thames. Ia berniat menjadikan Kalteng pelopor wisata susur sungai di Indonesia.

Tantangan itu memang sangat berat. Namun, jika berhasil, Kalteng sebagai penggerak akan mendapatkan peluang susur sungai terbesar. Kemudian, ujar Gamal, provinsi-provinsi yang memiliki banyak sungai diyakini akan ikut menghidupkan wisata tersebut.

”Bali punya keunggulan kultur yang sangat kuat. Sulawesi Utara punya Bunaken. Jawa Barat punya Tangkubanparahu. Kalteng tak punya keunggulan itu,” kata Gamal. Akan tetapi, Kalteng memiliki 11 sungai besar dan itu harus dimanfaatkan sebagai keunggulan.

”Warga yang permukimannya disinggahi wisatawan mendapat penghasilan tambahan karena turis menginap serta membeli makanan dan kerajinan,” kata Gamal. Manfaat itu memacu Gamal terus menggeluti usaha susur sungai yang membuat dia merasa berarti karena mampu menimbulkan efek berantai.

Ikuti twitter Kompas Travel di @KompasTravel

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com