Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angan-angan Profesional dari "River Cruise" Musi

Kompas.com - 16/01/2013, 12:13 WIB

HARI itu lebih 50 murid sekolah menengah umum tingkat atas bersama guru-guru tentunya, berlayar di wisata susur Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan. Berangkat pukul 10 pagi dari dermaga merangkap restoran bernama River Side, dan kembali pukul 12-an siang.

Sepanjang pelayaran sebagian di antara mereka menikmati duduk di dek bawah yang fully air conditioned. Ada penyanyi menghibur selang seling, ketika pramuwisata memberikan penjelasan tentang perjalanan dan apa yang terlihat di sisi kiri dan kanan kapal yang sedang menyusur sungai cukup pelahan.

Sebagiannya bergembira ria di dek atas yang beratap namun terbuka di semua sisinya-sisinya. Di sini pengeras suara tak hentinya memperdengarkan suara tour guide tadi.

Jembatan Ampera menghubungkan dua sisi kota Palembang, Ibu Kota Sumsel, tampak sibuk menanggung berat mobil motor yang lalu lalang. Jembatan itu sendiri kelihatan megah. Di siang hari menonjol kokohnya, di malam hari indah dimahkotai oleh lampu-lampu yang berganti warna-warni.

Sepanjang pelayaran, di kiri-kanan bibir sungai rumah penduduk sambung menyambung tiada putus. Mata tak kesepian.

Di kejauhan, tampak anak-anak bertelanjang badan, berloncatan dan mandi di tepian sungai. Sementara itu speed boat bergantian dari arah depan dan dari belakang, kelihatan penuh penumpang dan barang belanjaan, atau sepeda motor di atapnya, melintas.

Sesekali setelah jarak tertentu tampak warung mengapung, yang dijual sebenarnya ‘minyak’ alias bahan bakar untuk perahu-perahu bermotor tempel itu.

Setengah perjalanan memperlihatkan kesibukan Sungai Musi pada bagian yang membelah kota Palembang ini. Kapal-kapal besar berlabuh menunggu giliran bongkar muat kargo. Di antaranya melintasi pabrik besar produsen pupuk, Pusri atau Pupuk Sriwijaya.

Tujuan river cruise ini sebuah pulau mini bernama Pulau Kemaro. Letaknya di tengah alur sungai ke arah timur untuk mencapai Selat Bangka. Kapal sebesar KM Putri Kembang Dadar ini tak bisa merapat di pulau itu, maka penumpang yang akan ke pulau legenda ini akan ‘didaratkan’ dengan kapal-kapal ‘getek’ milik rakyat. Perahu getek itu bermotor tempel, bukan didayung.

Menurut legenda, pulau mini timbul sebagai penjelmaan untuk makam seorang raja bersama seorang pengawalnya, serta seorang putri bernama Fatimah yang akan dipersunting seorang raja dari Tiongkok.

Di pulau itu memang berdiri dan terpelihara satu Vihara Buddha, makam, dengan taman yang rindang. Di sebelah kompleks ini, berdiam puluhan keluarga yang menarik pula untuk disambangi.  Sekitar setengah jam baik bersantai di sini sambil minum air kelapa muda dari buahnya. Segar.

Bisa Setiap Hari

Wisman datang biasanya dalam kelompok kecil tiga, empat orang atau sampai 17 orang, mereka menyewa ‘getek’ dari pusat keberangkatan berlokasi di bawah salah satu pangkal jembatan Ampera. Ada yang berkapasitas maksimum lima penumpang, ada yang sampai 20 penumpang. Sewanya untuk pergi pulang antara Rp 200 ribu hingga Rp 400 ribu. Itu bisa dilaksanakan setiap hari setiap waktu.

Adapun kapal modern KM Putri Kembang Dadar, milik Pemkot Palembang yang dioperasikan oleh Badan Usaha Milik Negara, berawak pegawai mengenakan pakaian seragam dari Dinas Perhubungan setempat. Kapal ini bisa menaikkan 120 penumpang. Cara sewanya adalah carter untuk satu trip (pp) itu Rp 6,5 juta. Rutenya berlayar hingga Pulau Kemaro, mengelilinginya, lalu kembali menuju pangkalan.

Jika penumpang memesan untuk turun ke daratan Kemaro, akan diangkut dengan penyeberangan dari kapal menggunakan perahu-perahu motor setempat. Untuk ini perlu biaya tambahan per carter kapal Rp 1,5 juta, total menjadi Rp 8 juta. Jumlah maksimum penumpang tetap 120 orang. Beroperasinya di hari-hari biasa Senin sampai Jumat.

Khusus hari Sabtu dan Minggu, aturannya fleksibel. Kapal ini siap beroperasi dua kali sehari, berangkat pukul 10 pagi dan pukul 3 siang, asalkan untuk satu trip pesanannya berjumlah penumpang minimum 30 orang.

Per orang tarifnya Rp 70.000. Jadi diperlukan Rp 2,1 juta saja per trip untuk dioperasikan di hari Sabtu–Minggu. Dengan kata lain, jika rombongan Anda 10 orang, bisa juga menyewanya di mana per orang tentunya dikenakan Rp 210.000.

Yang terbayang dari river cruise ini adalah program satu hari tur di kota Palembang. Pagi usai sarapan, berangkat menuju ke Jembatan Ampera. Lokasi ini mudah dicapai dari semua penjuru kota. Dari situ naik kapal sekitar pukul 10, berlayar dengan rute disebutkan tadi.

Setiba kembali di dermaga bernama River Side, di situ makan siang dan menikmati pemandangan Sungai Musi berlatar jembatan Ampera yang menjulang megah. Di bawahnya penduduk sibuk dengan ‘gaya’ masing-masing, menjalani kehidupan sehari-hari dan kegiatan bisnis mengendarai perahu-perahu bermotor tempel, speed boat.

Di tempat lunch yang teduh itu, suasana hening, hanya angin terasa menyapu- nyapu, sehingga bercengkerama pun menjadi mengasyikkan.

Usai makan, berjalan beberapa ratus meter ke arah jembatan. Di situ pusat keramaian angkutan umum dari semua arah kota, menyaksikan kehidupan harian. Ke seberangnya, masuk ke pasar tradisional yang sudah bergedung, namanya Pasar Ilir 16.

Oh ya, sebelum ke pasar, di situ pula terletak Museum Sultan Mahmud Badaruddin II. Sebuah museum berlantai dua, apik terpelihara, selalu dijaga oleh petugas dan satu museum tourist guide. Hanya lantai atas yang berisi. Tak banyak benar barang museumnya.

Namun sekelumit sejarah Sultan mudah dimengerti. Betapa dia gigih melawan penjajah yang hendak masuk, kapal-kapal pasukan Belanda dan VOC memenuhi sungai menggempurnya. Ia memang kalah. Tapi tak mau menyerah menerima tawaran untuk menjadi raja di bawah pemerintah kolonial. Ia tampak gagah rela diangkut untuk diasingkan ke Ternate (kini Maluku Utara). Namanya kini diabadikan sebagai nama bandara di Palembang.

Dari sini kembali ke hotel, tiba sekitar pukul empat sore. Istirahat. Pukul tujuh malam siap berangkat lagi menuju Resto River Side di sisi arah barat dari jembatan Ampera.

Seperti diceritakan tadi, di sini makan malam, musik menghibur, dan pemandangan yang ‘cantik’ tadi. Masih bisa berjalan kaki beberapa puluh meter, di situ taman Ampera di mana penduduk, keluarga-keluarga muda tampak berekreasi bersama putera puteri cilik mereka.

Esok harinya City Tour, mengunjungi Masjid Agung, terutama bagi yang berminat wisata religi. Dibangun tahun 1720, direnovasi tahun 1987, merefleksikan sintesa keindahan arsitektur Cina, Jawa dan Arab, serta terpelihara dengan baik hingga mengesankan. Dan pengunjung wisman yang ke sini pun mengakuinya. (Arifin Hutabarat)

Ikuti twitter Kompas Travel di @KompasTravel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com