Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Larisnya "Sayur Pliek U", Berbahan Kelapa Busuk

Kompas.com - 19/01/2013, 04:03 WIB
Kontributor Bireuen, Desi Safnita Saifan

Penulis

BIREUEN, KOMPAS.com - Salah satu makanan khas Aceh yang dikenal dan digilai masyarakat setempat adalah "sayur pliek u". Berbahan dasar pliek—dikenal patarana—aneka sayur menjadi pencampur setia kuah pliek beraroma rempah yang mengental.

Citarasanya, diyakini menggugah selera pencinta kuliner. Patarana sendiri terbuat dari kelapa kering yang telah dibusukkan terlebih dahulu, terkesan kotor atau berbau tak sedap bagi sebagian orang. Tapi lain halnya bagi warga Aceh baik yang tinggal di Aceh atau yang menetap di berbagai pelosok Tanah Air bahkan luar negeri. Mereka tetap memburu pliek u guna diolah menjadi sayur pliek yang gurih dan nikmat.

Dalam hajatan di masyarakat Aceh, kerap kali menu kuah pliek menjadi andalan untuk dihidangkan. Ditemani sepiring nasi putih dan beberapa potong ikan asin, menu pliek u lengkap disajikan.

Hal sama sering pula kita temui di berbagai warung nasi di Aceh dan bahkan di luar Aceh. Kabupaten Bireuen dikenal sebagai sentra produksi pliek u. Dikenal sejak puluhan tahun lalu, produksi pliek u Kecamatan Jangka, digilai dan diburu beragam konsumen lokal maupun luar.

Selain bentuk dan kondisinya yang bersih, kualitas rasanya pun mengalahi pliek-pliek daerah lain di Aceh. Tak tanggung-tanggung, pemasarannya juga merajah ke Malaysia dan Brunei Darussalam.

Penuturan sejumlah pemilik industri rumahan patarana di Kecamatan Jangka, penjualan produksi mereka terus meningkat beberapa tahun terakhir. Bahkan mereka akui kesulitan memenuhi kebutuhan pasar disebabkan minimnya peralatan yang mampu meningkatkan produksi patarana mereka.

"Selama ini peralatan untuk pengolah pliek masih secara tradisional, mulai dari menjemur, memeras hingga mengeringkan, jadi produksi sulit ditingkatkan," ungkap Salami (64), warga asal Desa Jangka Alue U, Jumat (17/1/2013) kemarin.

Belum lagi jika musim penghujan tiba, pliek u yang telah diolah sebelumnya menjadi sulit kering hingga beberapa hari ke depan. Tak hanya mengganggu kualitas pliek, citarasanya pun akan berubah bila nantinya diolah menjadi lauk. "Matahari menjadi modal besar bagi kelangsungan produksi kami yang serba tradisional ini," lanjut wanita ini.

Produksi yang telah digeluti hampir empat puluh tahun itu, diakuinya memiliki prospek bagus untuk dipelihara hingga masa akan datang, mengingat penggemar sayur khas Aceh ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Senada disebutkan Wardani (55). Tingginya pesanan membuat usaha miliknya harus memproduksi tiga hingga empat kali dalam sebulan, kendati waktu cukup lama dihabiskan untuk satu kali produksi. "Proses pembuatan satu kali patarana dalam kapasitas besar, yakni 500 butir kelapa, bisa menghabiskan waktu hingga lima belas hari, kalau cuaca kurang bagus dalam satu bulan hanya melewati satu sampai dua kali proses pembuatan saja," ungkapnya.

Dirincikannya, per 100 butir kelapa berukuran besar bisa menghasilkan delapan kilogram patarana, sedangkan kelapa ukuran kecil hanya mampu menghasilkan 6-7 kilogram patarana. Sedangkan, harga kelapa satu butir saat ini berkisar Rp 1.000 hingga Rp1.500.

Wardani mengaku omzet yang diraih dari produksi pliek u ini bervariasi tergantung pemesanan maupun pembelian agen ke desa mereka. "Harga jual per kilogram di sini Rp18.000 sampai Rp20.000 tergantung kualitasnya," tambah Wardani.

Di Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen ini, terdapat lebih dari 30 usaha rumahan patarana. Mayoritas digerakkan oleh kaum ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan tetap.

Uniknya, pembuatan patarana di sini melibatkan banyak kaum perempuan yang bekerja saling tolong-menolong khususnya untuk memarut kelapa secara manual. Mengapa manual? Wardani menjelaskan, dengan menggunakan parutan mesin, hasil dari patarana akan terlihat hancur dan lembek, sedangkan parutan manual menghasilkan kelapa lebih kasar dan padat.

Mau mencoba sayur pliek u? Silahkan kunjungi warung Aceh di mana pun Anda berada!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com