Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ke Flores, Jangan Lupa Oleh-oleh Kacang Mete

Kompas.com - 23/01/2013, 13:14 WIB

KOMPAS.com - Setelah sekitar dua jam perjalanan mobil dari kota Maumere di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, menuju ke arah Danau Kelimutu, mampirlah di Desa Wolowaru, di pinggir jalan raya. Ada sebuah rumah makan. Bus-bus pengangkut penumpang antar kota memang selalu mampir di situ beristirahat.

Pemiliknya yang sekaligus melayani tamu makan minum, dia sendiri juga ikut memasak, adalah Sucahyo Lukito. Berasal dari Surabaya dan sudah tiga puluh tahun tinggal di situ.

Tahun 2005–2007 dari desa ini Sucahyo mengekspor biji jambu mete organik ke Eropa. Ketika itu dia mempekerjakan sampai sekitar 150 orang desa untuk mendukung ekspor tersebut. Perjalanan waktu dan kekurangan bahan mentah, membuatnya berhenti mengekspor, padahal sudah sempat mendapatkan
sertifikat kualitas dari pihak Eropa.

Sebaliknya di dalam negeri dia memperoleh peluang tetap. Saat ini masih saja dia bergerak di bidang sama, dan, cukup menenangkannya masih bisa mempekerjakan sekitar 60 orang ibu-ibu di desa itu. Para ibu ini setiap hari ‘meyiangi’ biji jambu mete.

Di antara ibu-ibu itu, mirip dengan success story di berbagai daerah lain, dari bekerja di pabrik desa itu mampu menyekolahkan anak sampai ke perguruan tinggi di kota besar.

Sekarang dia mendapat kontrak pembelian produknya dari salah satu hypermart besar di Indonesia. Per tahun sekitar 20 ton dia supply. Harga rata-rata per kilo dari tiga macam tingkat kualitas biji mete, dijualnya sekitar Rp 140.000. Tentu saja termasuk ‘packaging’ atau pengemasan yang dikerjakannya dengan kreatif pula.

Nah, salah satu bagian pekerjaan yang dilakukan oleh ibu-ibu itu, per kilogram upahnya Rp 7.000 dan rata-rata dikerjakan seorang ibu sekitar 18 kilogram per hari. Jadi, upah sehari bisa kita hitung, bukan? Lumayan sebagai penghasilan dan tak heran bisa membiayai anak sekolah sampai menjadi sarjana.

Dari sumber daya agro di Pulau Flores, pengusaha desa Sucahyo ini memproduksi beberapa macam produk ‘makanan’: kacang mete (organik), selai mete (chasew jam), gula semut (palm sugar), sirup lontar (lontar syrup),
madu hutan (jungle honey) garam piramid (pyramid salt), dan vanili.

Dia juga rupanya pernah memanfaatkan pembelajaran yang diberikan oleh pihak Swisscontact. Organisasi ini aktif di Flores antara lain dalam apa yang dikenal sebagai program capacity building.

Wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Sikka dan Kabupaten Ende di Flores, akan menemukan bahwa produk ‘makanan’ yang dikeluarkan oleh Sucahyo Lukito, merupakan oleh-oleh untuk dibawa pulang. Selain tenun ikat. (Arifin Hutabarat)

Ikuti Twitter Kompas Travel di @KompasTravel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com