Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bekantan, Berjuang Melawan Kepunahan

Kompas.com - 24/01/2013, 10:36 WIB

Di Kuala Lupak Tabunganen Kabupaten Barito Kuala tinggal 150 ekor, pembuatan tambak dan aktivitas warga di Kuala Lupak, mengusik bekantan sehingga keluar dari kawasan konservasi untuk mencari makan.

Di Pulau Kaget, Kalimantan Selatan, bekantan kini tinggal 100 ekor, menurun menjadi sepertiga dalam waktu lima belas tahun.

Kawasan mangrove di lokasi wisata Taman Alam Pulau Kembang, Barito Kuala, Kalimantan Selatan, merupakan habitat aneka fauna seperti lutung (Presbytis cristata), kera abu-abu (Macaca fascicularis), serta fauna kelompok elang dan bangau. Kini hanya tinggal 10 ekor bekantan yang hidup di sana.

Pulau kembang berjarak dua kilometer dari Banjarmasin namun masuk wilayah Kabupaten Barito Kuala. Pulau yang berada tepat di tengah sungai Barito ini ditempuh sekitar seperempat jam menggunakan perahu motor dari Banjarmasin.

Di Pulau Bakut, laporan dari lima tahun lalu menyebutkan bahwa ada 50 ekor bekantan di Pulau Bakut, Kalimantan Selatan, kini hanya tersisa sekitar 12 ekor.

Memang ironis, padahal tempat-tempat itu berkali-kali dipromosikan sebagai tempat perlindungan bagi satwa langka bekantan.

Bekantan memang sedang menderita, seperti halnya berbagai satwa langka lainnya yang perlu dilindungi. Pepohonan habitatnya ditebang, atau diseruduk tongkang pengangkut batu bara, seolah tak ada yang peduli. Itulah sebabnya saat ini dipasang tonggak-tonggak pelindung habitat mereka di berbagai tempat.

Jika ada tongkang yang sembarangan melaju, mereka tak akan lagi menyeruduk bakau, namun akan tertumbuk pada tonggak pelindung. Inilah salah satu usaha melindungi habitat satwa yang menjadi kebanggaan Kalimantan, karena hanya di Pulau Kalimantan mereka ditemukan.

Di wilayah Tarakan, sebuah hutan bakau yang terletak dekat pusat kota menjadi tempat perlindungan bagi satwa ini. Ada jembatan kayu dibangun menyusuri hutan seluas 21 hektar.

Pada awalnya tempat ini hanya seluas 9 hektar, namun dengan keputusan Wali Kota Tarakan, hampir sepuluh tahun lalu, wilayah konservasi ini berkembang menjadi indah seperti sekarang.

Hutan ini adalah kebanggaan kota Tarakan, hampir semua warganya dengan bangga menceritakan hutan wisata yang sampai saat ini merupakan satu-satunya kawasan konservasi mangrove di Indonesia yang lokasinya berada di pusat kota.

”Tidak ada kota yang seperti ini di Indonesia,” kata Muhamad Rusli, seorang warga Tarakan, yang dengan santai menjadi pemandu kami saat berkunjung ke tempat itu.

Di atas kami, Jack, nama salah satu ‘pemuka’ komunitas bekantan di tempat itu berlari, seolah meluncur di atas batang-batang pohon bakau yang menjulang. Perutnya yang buncit tak mengganggu gerak lincahnya.

Rusli tak terlalu salah, bayangkan saja, sesudah mengunjungi pasar tradisional atau pusat pembelanjaan, anda bisa menikmati kesegaran hutan, lengkap dengan penghuninya yang langka. Kawasan ini menjadi salah satu tujuan wisata yang menarik.

Tak heran bila Wali Kota Jusuf S Kasim yang merencanakan dan meresmikan KKMB (Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan) ini, terus dikenang sebagai Wali Kota yang memberi kebanggaan pada kota di batas Malaysia. Tak heran pula, bila Tarakan sempat mendapat penghargaan atas prestasinya ini.

Sebuah renungan bagi masyarakat dan para pemimpin di daerah-daerah: bila Anda melindungi satwa dan lingkungan dengan cara yang cerdas, Anda akan didukung dan dikenang dengan cara yang indah. (Arifin Hutabarat)

Ikuti Twitter Kompas Travel di @KompasTravel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com