Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seram! Wisata Tengkorak Bawah Tanah di Paris

Kompas.com - 29/01/2013, 15:59 WIB

Pada 1785 Wali Kota Paris memutuskan untuk melakukan sebuah proyek mengambil ide dari proyek di London yang sudah terlaksana dengan sukses. Yaitu menaruh tengkorak yang berada di pemakaman Saints-Innocents untuk ditaruh di dalam lorong bawah tanah (tambang).

Suhu udara dan kemungkinkan lainnya telah dianalisa, agar mayat yang telah berubah menjadi tengkorak bisa bertahan lama. Sebuah lorong di bawah jalan Tombe Issoire, dipilih sebagai tempat pemindahan tengkorak tersebut.

Meskipun dengan pedebatan panjang, akhirnya pada akhir 1785 mulailah pemindahan pertama tulang jenazah dilaksanakan. Tengkorak mayat, dibersihkan dan ditata sebaik mungkin. Bahkan upaca keagamaan pun dilaksanakan agar tengkorak-tengkorak tersebut mendapatkan berkah dari Tuhan di penempatan yang baru.

Proyek itu berjalan dengan sukses selama 15 bulan. Setelah pemakaman Saints-Innocents kosong pemindahan tulang jenazah diberhentikan. Namun rupanya, beberapa pemakaman lainnya, menyambut ide itu sebagai jalan keluar menghentikan kepadatan sebuah pemakaman. Maka beberapa pemakaman di sekitar gereja lainnya turut melakukan pemindahan ke Catacombes di daerah 14 Paris itu.

Korban Revolusi Perancis dan para tahanan perang pun pada 1788 hingga 1792 secara langsung ditempatkan di tempat penaruhan tulang jenazah di Catacombes.

Saat kaki saya mulai memasuki ruangan bawah tanah itu, rasa pengap tiba-tiba menyesakkan dada, lebih karena stres sebenarnya. Maklum saya ini paling takut kalau berada di ruangan tertutup dan gelap pula. Apalagi saya tahu, pemandangan yang akan saya jumpai nantinya tak akan indah.

Pengunjung akan berjalan beberapa meter dalam sebuah lorong sempit. Bagi yang penakut seperti saya lebih baik cari teman he-he-he... Sebelum bertemu dengan rangkaian tengkorak, beberapa peninggalan romawi akan membuat napas sedikit lega, karena selain memang indah juga bagus sekali untuk diambil foto. Barulah kemudian kita akan dipertemukan dengan tumpukan tengkorak!

Beruntung, sesekali teman dadakan saya dari Amerika itu berada masih dekat saya, dan kami pun masih bisa saling bertukar komentar, lumayan menghilangkan stres...

Kalau biasanya saya melihat para turis, asyik difoto dengan latar belakang pemandangan alam nan cantik atau monumen bersejarah yang gagah, kali ini, dengan santainya beberapa turis saya temukan menempelkan muka mereka dekat sekali dengan tumpukan kepala tengkorak sambil meminta, pacar, teman atau saudara mereka mengabadikan kenangan tersebut.

Bahkan ada yang bertingkah seolah akan menciumnya. Hal itu tentu saja membuat pengawas sedikit menegur karena pengunjung dilarang menyentuh dan menggunakan lampu kamera saat pengambil foto. Peninggalan tengkorak dalam Catacombes sangat dijaga kelestariannya.

Sayangnya, begitu penjaga situs wisata itu menghilang, beberapa turis yang bandel, kembali mengulangi kembali kesalahan yang sama.

Tengkorak yang bertumpuk bagaikan tembok melingkar, dinding atau ditata berupa sebuah bola raksasa memang unik. Yang membuat saya kagum adalah, penataan seni dari tulang tengkorak tersebut. Karena di tata bukan secara keselurahan badan, namun tiap tengkorak badan dipisahkan lalu dibuat seolah dinding seni atau pilar, maka kesan seram seperti di film horor, tengkorak berjalan mulai terkikis.

Tak heran, jika mengunjung yang datang beberapa anak-anak sekitar lima hingga sepuluh tahun yang saya temukan justru mereka malah dibuat terpesona. Bahkan seorang bocah, dengan kerasnya berseru di depan sebuah bola raksasa terbuat dari potongan tengkorak "Wowwww... c’est trop cool!" (keren banget).

Banyak sekali sejarah yang bisa dipetik menjadikan pengalaman lebih dalam dan kaya. Berkat alat audio guide yang saya sewa itulah informasi penting bisa saya dapatkan, dari mulai awal berkunjung hingga akhir wisata. Dijelaskan setiap sudut, peninggalan dan mengapa beberapa tengkorak itu ditata sedemikian mungkin lengkap dengan sejarahnya.

Setelah selama kurang lebih satu jam berada di dalam Catacombes berjalan sepanjang dua kilometer, akhirnya pintu keluar terlihat dan sinar matahari mulai tertangkap mata. Karena sejak tadi, di dalam lorong bawah tanah, hanya lampu khusus untuk situs bersejarah itu saja yang menjadi alat penerang. Kadang malah dibiarkan remang, membuat semakin takut saja!

Makanya, bagi mereka yang punya penyakit jantung, maka dilarang keras memasuki tempat wisata ini. Dan anak-anak di bawah 14 tahun harus ditemani oleh orang dewasa. Karena sekali kita masuk, tak ada pintu darurat untuk keluar, begitu yang diterangkan oleh petugas.

Yang jelas, tak ada WC! Kalimat yang keluar dari petugas itu yang membuat saya geli. Ternyata banyak pengunjung yang dibuat kebelet pipis karena ketakutan. Makanya dari awal para pengunjung sudah diperingatkan kemungkinan akan mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan.

Ketika akhirnya saya keluar dari Catacombes, siapa yang menyangka jika daerah pusat kota Paris itu di bawah tanahnya terdapat lautan tengkorak peninggalan zaman dulu. Di atas permukaan tanah di mana bangunan cantik dan megah berdiri, sedangkan 30 meter di bawahnya juga dibangun dinding dan pilar unik, situs wisata yang membawa kenangan bersejarah begitu berarti bagi saya... (DINI KUSMANA MASSABUAU)

Ikuti twitter Kompas Travel di @KompasTravel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com