Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serunya Bermain Layang-layang Sambil Memancing!

Kompas.com - 09/02/2013, 11:26 WIB

KOMPAS.com - Bermain layang-layang sambil menangkap ikan. Woow, serunya permainan ini! Ya, di Lampung, tepatnya di perairan Teluk Lampung, Anda masih bisa menemukan pelayang pancing yang jumlahnya kini tinggal hitungan jari. Ramon Y Tungka, host Kampung Main di Kompas TV, beruntung bisa bersua Pak Gawito, salah seorang pelayang pancing di kota tapis ini.

Sebelum memancing sambil bermain layang-layang, Ramon bersama Pak Gawito membeli beberapa ekor ikan tanjan di Tempat Pelelangan Ikan terdekat. Ikan-ikan tanjan ini digunakan sebagai umpan untuk memancing ikan.

Pak Gawito sendiri tidak menggunakan alat pancing biasa. Pancingannya yang terbuat dari bambu malah  dilengkapi dengan layangan plastik. Panjang tali pancing disesuaikan dengan panjang bambu pancing. Sebab, jika tali pancing terlalu panjang, layang-layang malah akan sulit mengudara.

Ukuran layang-layang pancing sendiri, tidaklah terlalu besar. Para nelayan juga bisa menyesuaikan kestabilan layang-layang saat mengudara dengan kondisi angin. Jika angin berhembus terlalu kencang, ekor layang-layang diikat dengan tali pancing agar terbangnya tak berantakan. Tidak ada kail pada pancing berlayang-layang ini. Umpan berupa potongan ikan tanjan cukup dikaitkan pada benang pancing yang diikat dengan simpul lasso.

Dulunya, para nelayan biasa menggunakan layang-layang yang terbuat dari daun loko-loko yang sudah mengering. Benang layangan diikatkan pada daun loko-loko dan umpannya diikatkan pada benang layang-layang.

Sasaran tangkapan pancingnya, ikan Ceracas, begitu nelayan di perairan Teluk Lampung menyebutnya. Di beberapa tempat di pesisir Jawa, ia kerap disebut ikan cucut. Berhabitat di perairan teluk atau muara, ikan ini biasa berenang di permukaan laut. Ikan dari keluarga Belonidae ini memiliki mulut panjang dengan gerigi yang tajam. Jika ia memakan umpan, maka paruhnya yang bergerigi akan terjerat tali umpan.

“Ini dia buah kesabaran kami!” seru Ramon sambil memperlihatkan ikan ceracas hasil pancingannya. Rupanya, Ramon baru mendapat ikan ceracas setelah berjam-jam memancing!

Layang-layang Fotografi Udara

Selain memancing dengan layang-layang, Ramon juga bersua Martinus, seorang penggila layang-layang. Di Pantai Mutun, Bandar Lampung, bersama Martinus, Ramon menjajal menaikturunkan layang-layang yang digunakan untuk pemotretan dari udara. Istilah kerennya, Kite Aerial Photography (KAP).

“Kite Aerial Photography itu termasuk kelompok low altitude area, alias area ketinggian rendah, foto udara yang lebih rendah dari helikopter,” ujar Anshori Djausal, mantan ketua Persatuan Layang-layang Indonesia (Pelangi). “Tapi, inilah kelebihan KAP. KAP mampu merekam foto udara dengan keindahan tersendiri, karena obyek manusia dan rumah-rumah atau lanskap masih terlihat jelas,” tambahnya.

Fotografi udara ini sendiri sudah banyak digunakan untuk beragam kepentingan. Salah satunya, memotret kondisi pesisir Aceh pasca tsunami tahun 2004 silam.

Martinus memiliki koleksi layang-layang yang terdiri dari ratusan model, jenis dan ukuran yang berbeda. Uniknya, sebagian besar koleksi layang-layangnya dijahitnya sendiri dari bahan baku parasut khusus. Sejak tahun 2007 silam, Martinus mulai menjajal Kite Aerial Photography, yakni fotografi udara menggunakan layang-layang.

Bersama Anshori Djausal sang ayah mertua yang lebih dulu berkecimpung di dunia layang-layang, ia terus mengembangkan fotografi udara ini. Latar belakang pendidikannya di bidang mekanika dan elektronika membuatnya mampu merakit perangkat kamera udara yang bisa dikendalikan dari darat. Di tangan dosen Teknik Mekatronika Universitas Lampung ini, kamera saku biasa disulap jadi kamera yang mampu menangkap citra dari ketinggian layang-layang saat mengudara.

Saat ini, Martinus tengah merancang perangkat yang mampu membuat kamera foto udara mampu memotret secara otomatis tanpa menggunakan remote control alias kendali jarak jauh. Selain lebih ekonomis, foto udara di tangannya jadi lebih praktis!

Jadi, terbukti kan, bermain tak sekedar memberi kesenangan, tapi juga memberi wawasan dan pengalaman baru?! Dan yang jelas, “Bermain layang-layang itu juga melatih kesabaran, karena kita harus sabar menunggu angin datang untuk menerbangkan layang-layang kita,” tandas Ramon.

Simak terus Kampung Main di Kompas TV tiap Sabtu jam 10.00 WIB. (Vyara)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com