Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Lampion Semarakkan Cap Go Meh di Ancol

Kompas.com - 25/02/2013, 17:48 WIB
Fitri Prawitasari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Festival  Cap Go Meh, rangkaian perayaan Tahun Baru China yang diselenggarakan setiap awal tahun tanggal 15, selalu menghadirkan beragam atraksi dan hiburan. Perayaan Cap Go Meh tak kalah seru hadir di Ancol Beach City.

Sepanjang pantai Ancol Beach City dihias dengan lampion-lampion cantik. Meski puncak acara pada malam hari, tetapi mulai siang hari telah banyak pengunjung yang berdatangan.

"Tahun ini tahun kedua, tahun lalu ada fashion show. Tahun ini lebih ke acara buat family," ujar Peipei, Chief Event Cap Go Meh Festival Ancol Beach City, saat ditemui Kompas.com di Ancol, Jakarta, Minggu (24/2/2013) malam.

Alasannya, menurut Peipei, biasanya pada perayaan Tahun Baru China, keluarga Tionghoa sangat suka berkumpul-kumpul dengan keluarga mereka.

Banyak pula anak-anak yang hadir pada festival ini. Mereka mengikuti lomba melukis lampion yang diselenggarakan oleh panitia. "Temanya sendiri sebenarnya Cap Go Meh tapi balik lagi ke anak-anaknya ini sendiri sebenarnya nangkapnya apa, kita tidak menjelaskan. Ada yang gambar barongsai, ada yang gambar ular kebetulan tahun ini tahun baru ular," papar Peipei.

Barongsai dan Liong tak ketinggalan dalam memeriahkan Cap Go Meh di tepi pantai ini. Mereka menghibur pengunjung pada sore hari dengan atraksi-atraksinya. Barongsai membagikan permen yang disebar dari atas tonggak. Sedangkan Liong, pada akhir pertunjukan dikerubuti oleh pengunjung yang ingin mencabut janggutnya. Beberapa orang percaya janggut Liong memberi keberkahan dan rezeki.

Yang menarik dalam perayaan Cap Go Meh di Ancol Beach City ini adalah adanya lampion-lampion terbang yang menghiasi langit-langit pantai Ancol pada malam hari. "Ada lampion terbang. Yang diterbangin ada 100 yang kita bagikan free juga," kata Peipei.

Yang tak kalah unik ialah lampion jinjing yang dibawa anak-anak yang ikut serta dalam perayaan Cap Go Meh tersebut. Lampion jinjing dibagikan kepada 500 anak pertama yang hadir pada acara.

"Lampion jinjing kita memang sengaja yang nyalainnya pakai lilin, walaupun sekarang ada yang pakai listrik ya. Kita sengaja cari yang pakai lilin," katanya.

Dengan mendatangkan tema-tema tradisional dalam festival ini, ungkap Peipei, bisa menjadi ajang belajar terutama bagi anak-anak agar mereka tak hanya merasakan kemeriahan acara tetapi juga mengenal budaya-budaya tradisional yang semakin berkurang.

"Biar anak-anak zaman sekarang tahu budaya-budaya dari leluhur mereka. Orang-orang yang sudah veteran pun bisa nostalgia," tambah Peipei.

Ikuti twitter Kompas Travel di @KompasTravel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com