Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/02/2013, 19:38 WIB
Editorkadek

DI atas pegunungan berketinggian 1200 meter dpl di Kabupaten Manggarai, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, bertengger sebuah kampung kuno bernama Wae Rebo. Kampung kecil dengan 7 rumah adat berbentuk kerucut, yang telah dihuni turun temurun selama 19 generasi.

Wae Rebo terletak di barat daya kota Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai. Untuk menuju ke Wae Rebo, butuh perjuangan ekstra, berjalan kaki selama 4,5 jam mendaki pegunungan.

Itu pula yang dijalani Kamga, pembawa acara program "Explore Indonesia" yang tayang di Kompas TV, ketika mengunjungi Wae Rebo. Di tengah pendakian, ada perisiwa yang membuat Kamga kaget.

Ia berpapasan dengan 3 bocah bule perempuan yang sedang turun dari Wae Rebo. Di belakangnya menyusul kedua orangtua mereka. Keluarga wisatawan asal Belanda ini yang baru saja menginap 2 malam di Wae Rebo.

“Lucu banget saya ketemu sama satu keluarga dari Belanda. Mereka membawa 3 anak perempuan, 1 masih kuat jalan, yang 2 udah nggak kuat lagi sampai harus digendong. Ini menjadi sebuah kenyataan yang lucu, apabila 3 anak dari Belanda tadi, justru lebih mengetahui Desa Wae Rebo ketimbang orang Indonesia sendiri,” kata Kamga.

Wae Rebo yang terpencil di pedalaman hutan, memang lebih banyak diminati wisatawan mancanegara ketimbang turis domestik. Tahun 2011, total sebanyak 330 turis berkunjung ke Wae Rebo, yang berasal dari 19 negara.

Akhirnya, rasa lelah trekking menembus hutan dengan medan menanjak, terbayar lunas setelah kaki berhasil menginjakkan kaki di Kampung Wae Rebo. Keindahan kampung adat Wae Rebo tersaji di depan mata.

Daya tarik utama Wae Rebo adalah rumah adatnya, yang disebut mbaru niang. Rumah niang berbentuk kerucut dengan atap terbuat dari daun lontar. Jumlahnya hanya ada 7, tidak boleh lebih.

Selama 3 hari di Wae Rebo, Kamga menyelami kehidupan masyarakatnya. Sebagian besar penduduk menggantungkan hidup dari berkebun kopi. Saat musim panen, warga menjemur biji-biji kopi di halaman di antara rumah-rumah niang. Kopi yang dibudidayakan jenis arabika.

“Sekarang kami juga sedang mencoba berkebun sayur brokoli organik sejak 2 bulan lalu. Ini tanaman brokoli pertama kami, 2 bulan lagi baru panen. Jadi warga masih penasaran seperti apa rasanya,” jelas Yos Katup, warga Wae Rebo.

Sementara ibu rumah tangga memiliki kerja sambilan membuat kerajinan kain tenun yang disebut kain cura. Kain cura bermotif khas Wae Rebo dengan ciri warna cerah.

Di Wae rebo tidak ada sekolahan. Oleh karena itu, anak-anak harus menuntut ilmu di kampung terdekat di Kampung Kombo.

“Anak-anak Wae Rebo menurut saya adalah anak-anak yang sangat hebat karena mereka harus merantau sejak usia 7 tahun. Mereka harus meninggalkan desa ini untuk tinggal bersama keluarga lain di kampung bawah, untuk bersekolah. Karena tidak mungkin mereka harus pulang pergi 3-4 jam setiap hari,” jelas Kamga kagum.

Tidak hanya anak-anak, para orangtua di Wae Rebo juga memiliki semangat belajar. Jumlah wisatawan yang terus bertambah, membuat mereka dituntut untuk bisa berkomunikasi dengan pengunjung, khusus turis asing. Secara berkala, warga mengikuti kursus bahasa Inggris di dalam rumah niang dengan guru relawan dari sebuah LSM.

Meski terpencil di tengah pegunungan, bukan berarti warga Wae Rebo tidak mengenal olah raga. Untuk mengisi waktu luang, usai kembali dari ladang, kaum pria bermain sepak takraw.   

Selain ke Wae Rebo, dalam episode ini, Kamga juga berkunjung ke Liang Bua dan Sawah Lodok di Cancar, Manggarai.

Kisah selengkapnya, saksikan program "Explore Indonesia" episode "Wae Rebo – Manggarai" yang akan tayang di Kompas TV pada Selasa (26/2/2013) pukul 21.00 WIB. (Kompas TV/Anjas Prawioko)

Ikuti twitter Kompas Travel di @KompasTravel

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Harga Tiket Kapal Pelni Naik hingga 100 Persen per 1 Juli 2023

Harga Tiket Kapal Pelni Naik hingga 100 Persen per 1 Juli 2023

Travel Update
4 Suku yang Menghuni Labuan Bajo, Ada yang Dijuluki Pengembara Laut

4 Suku yang Menghuni Labuan Bajo, Ada yang Dijuluki Pengembara Laut

Jalan Jalan
3 Pantai di Maluku yang Populer, Ada yang Pasirnya Terhalus di Asia Tenggara

3 Pantai di Maluku yang Populer, Ada yang Pasirnya Terhalus di Asia Tenggara

Jalan Jalan
Jepang Akan Longgarkan Syarat Jet Pribadi untuk Gaet Pelaku Perjalanan VIP

Jepang Akan Longgarkan Syarat Jet Pribadi untuk Gaet Pelaku Perjalanan VIP

Travel Update
Danau 19, Tempat Wisata Mancing di NTT yang Punya Kisah Pilu

Danau 19, Tempat Wisata Mancing di NTT yang Punya Kisah Pilu

Jalan Jalan
Harga Tiket Masuk Pantai Batu Barak Bali dan Rute Menuju ke Sana

Harga Tiket Masuk Pantai Batu Barak Bali dan Rute Menuju ke Sana

Jalan Jalan
Harga Tiket Pesawat ke Labuan Bajo dari Jakarta, per Juni 2023

Harga Tiket Pesawat ke Labuan Bajo dari Jakarta, per Juni 2023

Travel Tips
7,14 Juta Orang Terbang dari Bandara AP II Sepanjang Mei 2023

7,14 Juta Orang Terbang dari Bandara AP II Sepanjang Mei 2023

Travel Update
5 Fakta Labuan Bajo di NTT, dari Lokasi hingga Oleh-oleh

5 Fakta Labuan Bajo di NTT, dari Lokasi hingga Oleh-oleh

Jalan Jalan
Jembatan Kretek II Bantul Diresmikan, Bakal Dilengkapi Fasilitas Wisata

Jembatan Kretek II Bantul Diresmikan, Bakal Dilengkapi Fasilitas Wisata

Travel Update
Apa Itu Ritual Pensakralan Api dalam Perayaan Waisak?

Apa Itu Ritual Pensakralan Api dalam Perayaan Waisak?

Travel Update
Libur Panjang di Gunungkidul, Bisa Nonton Pameran Batik di Pantai Sepanjang

Libur Panjang di Gunungkidul, Bisa Nonton Pameran Batik di Pantai Sepanjang

Jalan Jalan
Desa Wisata Bukit Peramun Belitung Hasil Kolaborasi Pemerintah dan BCA Raih Rekor MURI

Desa Wisata Bukit Peramun Belitung Hasil Kolaborasi Pemerintah dan BCA Raih Rekor MURI

Travel Update
Perayaan Waisak Dimulai Hari Ini, Diawali Pensakralan Api Dharma

Perayaan Waisak Dimulai Hari Ini, Diawali Pensakralan Api Dharma

Travel Update
2 Atraksi baru di Dufan Ancol, Ada Pertunjukan Sulap dan Badut

2 Atraksi baru di Dufan Ancol, Ada Pertunjukan Sulap dan Badut

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+